Rabu, 02 September 2020

Menristek Tegaskan Mutasi Corona D614G Tak Lebih Ganas dan Menular

Heboh mutasi virus Corona D614G yang disebut 10 kali lebih menular. Prof Bambang Brodjonegoro, Menteri Riset dan Teknologi ikut menanggapi mutasi D614G yang tengah heboh diperbincangkan. Ia mengaku sudah berbicara kepada presiden GISAID, bank yang mengumpulkan data-data whole genome sequencing (WGS).
Mutasi virus Corona ini disebut-sebut 10 kali lebih menular dan menjadi dominan yang ditemukan di dunia. Namun, Prof Bambang menegaskan tidak ada bukti bahwa mutasi ini bisa memperparah penyakit COVID-19 maupun membuatnya lebih menular.

"Kami baru saja melakukan komunikasi dengan presiden GISAID yang melakukan analsis ini. Tidak ada bukti, belum ada bukti yang menyatakan bahwa mutasi D614G ini lebih ganas atau lebih berbahaya," tegasnya dalam siaran pers BNPB Rabu (2/8/2020).

Prof Bambang menjelaskan mutasi virus Corona D614G ini telah ditemukan sejak Januari. Mutasi virus Corona ini awalnya ditemukan di Jerman dan China.

"Perlu kami sampaikan bahwa mutasi ini, SARS-CoV-2 dalam bentuk D614G pertama kali ditemukan Januari 2020 di Jerman dan China,
dan saat ini kalau melihat seluruh whole genome sequencing yang sudah ada di GISAID pada dasarnya sudah sekitar 78 persen yang punya mutasi ini," bebernya.

Menurut Prof Bambang mutasi ini artinya sudah mendominasi virus sendiri. Prof Bambang juga menekankan perubahan mutasi tidak mengganggu pengembangan vaksin.

"Mutasi ini tidak menyebabkan perubahan struktur maupun fungsi pada protein blinding domain sehingga tidak mengganggu pengembangan vaksin," sebutnya.

6 Bulan Pandemi, Satgas COVID-19 Sebut Deretan Aktivitas Rawan Corona

Setidaknya sudah 6 bulan Indonesia menghadapi wabah Corona. Banyak masyarakat yang mulai menjalani aktivitas sosial.
Namun, beberapa di antara mereka masih ada yang tidak menerapkan protokol kesehatan. Padahal, banyak aktivitas-aktivitas yang rawan penularan Corona dan perlu ekstra hati-hati.

Seperti yang disampaikan Dewi Nur Aisyah, anggota tim pakar Satgas COVID-19. Dewi menyebut ada sederet aktivitas yang perlu diwaspadai atau perhatian ekstra, mengingat risiko penularan Corona masih sangat mungkin terjadi.

Berikut deretan aktivitas yang perlu perhatian ekstra:

- Kegiatan sosial
- Tahlilan
- Pengajian
- Pernikahan
- Ibadah
- Asrama
- Pesantren
- Panti Asuhan
- Perkantoran/Industri
- Faskes
- Transportasi umum
- MRT, LRT, KRL
- Komunitas Olahraga
- Tempat Wisata
- Hiburan

Dewi menjelaskan perlunya kehati-hatian saat kembali menjalani aktivitas sosial. Hal-hal seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan jangan sampai disepelekan.

"Ada aktivitas-aktivitas masyarakat yang memang perlu sekali kita hati-hati, hati-hatinya ekstra," sebut Dewi dalam siaran pers BNPB 'Covid-19 dalam Angka' melalui kanal YouTube Rabu (2/9/2020).

"Banyak yang keluar rumah menghadiri kondangan misalnya, jalan-jalan, belanja ke pasar, tetap kalau bisa waktunya se-sebentar mungkin," lanjutnya.

Positivity Rate COVID-19 RI Capai 15,43 Persen, Belum Penuhi Standar WHO

Satgas Penanganan COVID-19 menyebut positivity rate di Indonesia pada Agustus mencapai 15,43 persen. Angka ini masih jauh dari standar WHO, yakni kurang dari 5 persen.
"Semakin banyak positifnya ini adalah alert buat kita semua bahwa kita harus waspada," kata Dewi Nur Aisyah, Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 di siaran pers BNPB, Rabu (2/8/2020).

Positivity rate adalah persentase banyaknya jumlah orang yang dinyatakan positif COVID-19 dari hasil total orang yang diperiksa. Misalnya, dari 100 orang yang diperiksa ada 10 orang dinyatakan positif, maka persentase positivity rate-nya adalah 10 persen.

Dewi juga mengatakan, positivity rate COVID-19 di Indonesia mengalami peningkatan selama tiga bulan terakhir. "Di bulan Juni sekitar 11,71, bulan Juli sekitar 14,29, dan terakhir bulan Agustus 15,43," ucapnya.

"Target kita sampai dengan standar WHO yaitu kurang dari 5 persen positif ratenya," ujar Dewi.

Meski begitu, Dewi menjelaskan bahwa tingkat positivity rate ini lebih banyak berasal dari hasil pemeriksaan pasien yang datang ke rumah sakit, dibandingkan dari hasil pelacakan secara massal.

"Kita juga harus pahami positify rate ini lebih banyak kebanyakan berasal dari pasien yang datang ke rumah sakit sebenarnya," jelasnya.

"Jadi memang beberapa daerah baru melakukan active case finding di beberapa daerah saja, sehingga kita lihat memang rata-rata orang yang datang ke rumah sakit mungkin sekitar persentasenya lebih dari 67 persen, dari angka yang ada di sini. Ini kurang lebih positivity rate mereka adalah 15,43," tuturnya.
https://cinemamovie28.com/run-with-the-hunted/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar