Sabtu, 12 September 2020

Menteri Airlangga: Kapasitas RS Masih Memadai, DKI dan Bali Jadi Perhatian

 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartarto menyebut kapasitas fasilitas kesehatan (faskes) di 8 provinsi prioritas penanganan wabah Virus Corona COVID-19 masih memadai. Namun, DKI Jakarta dan Bali diakuinya jadi perhatian karena tingkat keterisian tempat tidur sudah lebih dari 50 persen.
"Fasilitas kesehatan tadi kita bahas masih memadai. Tercermin dari keterisian tempat tidur ICU pada RS rujukan di 8 provinsi prioritas rata-rata 46,11 persen, kemudian 47,88 persen di ruang isolasi," kata Airlangga usai rapat Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional pada Jumat (11/9/2020).

"Di dua provinsi, Jakarta dan Bali, tentu jadi perhatian karena ini untuk ICU di atas 50 persen dan juga untuk isolasi. Sedangkan 6 daerah lain di bawah 50 persen," lanjut pria yang juga menjabat sebagai ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional ini.

Diketahui 8 provinsi yang jadi prioritas adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Papua. Ini karena provinsi tersebut menyumbang lebih dari 74 persen total kasus Corona di Indonesia.

Sebelumnya Airlangga menepis isu ancaman RS di DKI Jakarta kolaps karena kapasitas yang penuh. Airlangga menyebut kapasitas masih bisa terus ditingkatkan dengan membuka faskes darurat memanfaatkan hotel atau RSD Wisma Atlet.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, Prof Abdul Kadir, menjelaskan tempat tidur di ruang isolasi rumah sakit rujukan COVID-19 DKI Jakarta sudah terisi 72 persen per 11 September.

"Khususnya di DKI Jakarta, dari data itu terlihat kenaikan jumlah pasien yang signifikan. Dari jumlah pasien, jumlah tempat tidur yang tersedia, memang saat ini sudah mencapai 72 persen yang terisi di seluruh RS di DKI," ungkapnya.

Posting Kumpul-kumpul 'Perpisahan' Jelang PSBB, Tandanya Kurang Empati?

 Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan memperketat PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) mulai 14 September. Jelang akhir pekan, media sosial diramaikan wacana 'kumpul-kumpul penutupan sebelum PSBB'. Walah!
Bukan tanpa alasan jika PSBB di DKI kembali diperketat. Angka penularan masih sangat tinggi dan diperkirakan kapasitas ruang isolasi dan ICU hanya bisa bertahan dalam hitungan pekan jika tidak ada langkah antisipasi.

Kumpul-kumpul jelas akan meningkatkan risiko penularan, sehingga harus dihindari. Meski PSBB total baru akan diterapkan mulai 14 September, bukan berarti akhir pekan nanti boleh mengadakan kumpul-kumpul perpisahan.

Apalagi, setelah kumpul-kumpul lalu memamerkannya di media sosial. Psikolog dan konselor Nuzulia Rahma Tristinarum mengingatkan bahwa posting foto atau video kumpul-kumpul bisa berdampak pada psikologis orang lain yang melihatnya.

"Postingan cerita atau foto foto yang muncul di media sosial sifatnya sama seperti informasi, sama seperti iklan. Jika dilakukan berulang dan sering maka akan dapat mengubah persepsi seseorang dan mempengaruhi keputusannya dalam berperilaku, misalnya membeli atau mengikuti apa yang disampaikan," jelas Rahma.

Terlebih, sudah lebih dari 100 dokter gugur di garda terdepan penanganan COVID-19. Belum termasuk tenaga kesehatan lainnya, seperti perawat. Menurut Rahma, empati bagi para 'pejuang' di garis depan harus ditunjukkan dengan tidak kumpul-kumpul dulu.

"Berempatilah pada beberapa nakes yang sedang berjuang, yang bahkan bisa jadi sedang berjuang demi salah satu anggota keluarga kita. Salah satu ciri manusia masih menjadi manusia adalah jika masih memiliki hati dan empati," pesan Rahma.
https://indomovie28.net/69-general-hospital-nurse-special-services-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar