Rabu, 16 September 2020

Pakar Jelaskan Alasan UAE dan Bahrain Pilih Damai dengan Israel

UAE dan Bahrain memilih menormalisasi hubungan dengan Israel. Keputusan tersebut difasilitasi oleh Amerika Serikat (AS). Pengamat politik Timur Tengah lulusan Universitas Al Azhar, Zuhairi Misrawi, membedah keputusan UAE dan Bahrain tersebut.
"Bahrain menyusul UAE dalam rangka memberikan dukungan pada Trump dalam Pilpres bulan November yang akan datang," ujar Zuhairi kepada detikcom, Selasa (16/9/2020).

Pasalnya, kata Zuhairi, politik Luar Negeri Trump di Timur Tengah dinyatakan gagal dalam 4 tahun terakhir. Keputusan damai tersebut, duga Zuhairi, karena ada ketergantungan kedua negara itu dengan Amerika. Diketahui, Amerika menyuplai senjata, teknologi militer, hingga intelijen kepada UAE dan Bahrain.

"Ada kepentingan bersama dalam hal menjaga pertahanan negara dari tarikan kepentingan geopolitik di timur tengah," imbuhnya.

Zuhairi menyebut UAE dan Bahrain telah mengkhianati perjuangan Palestina untuk merdeka dari Israel. Keputusan damai ini, dianggap akan menyulitkan bagi Palestina untuk merdeka dari Israel.

"UAE dan Bahrain telah berkhianat dan melukai perjuangan Palestina. Setelah ini akan terjadi perubahan besar dalam peta politik dan geopolitik di Timur-Tengah. UAE dan Bahrain akan tercatat dalam sejarah sebagai negara yang berkongsi dengan penjajah. Tentu perjuangan bagi kemerdekaan Palestina semakin sulit dan negara-negara Arab telah berpihak pada Israel dan AS," tuturnya.

Sebelumnya, perjanjian normalisasi hubungan terjadi antara Israel dan UEA dan diumumkan pada 13 Agustus oleh Trump. Menurut ketiga pemerintahan tersebut dalam pernyataan bersama, UEA membangun hubungan penuh dengan Israel.

Sedangkan kesepakatan antara Israel-Bahrain diumumkan pada hari Jumat (11/9) lalu.

TikTok Mungkin Tak Jadi Jual Diri

Publik sedang menantikan akhir kisah TikTok di Amerika Serikat (AS). Ke tangan pemilik baru yang mana TikTok akan berlabuh? Namun kabar terbaru menyebutkan, kemungkinan ByteDance tidak jadi menjual TikTok.
Untuk diketahui, TikTok sedang dalam sorotan terkait masalah keamanan nasional dan privasi data. Tekanan bertambah karena pemerintah AS mengancam akan melarang operasionalnya jika tidak diakuisisi oleh perusahaan AS.

Sejumlah perusahaan AS pun berlomba memilikinya. Namun yang paling potensial dan sedang dalam proses adalah Microsoft yang juga didukung oleh retailer Walmart. Dalam perkembangannya, tampaknya ada kemungkinan TikTok tidak perlu lagi menjual diri.

Menurut laporan yang dikutip dari The Wall Street Journal, ByteDance saat ini sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah AS mengenai resolusi yang mungkin belum tentu mengakibatkan TikTok harus dijual.

Dalam video yang diposting akun Twitter CNBC, mereka mengungkapkan bahwa awalnya terjadi pembicaraan tentang restrukturisasi perusahaan sedemikian rupa. Dengan demikian, ByteDance berusaha meyakinkan pemerintah AS bahwa aplikasinya tidak akan menjadi ancaman keamanan nasional.

Pembicaraan ini sebenarnya terjadi sebelum Presiden AS Donald Trump turun tangan dan mengindikasikan bahwa dia lebih suka jika perusahaan AS seperti Microsoft mengambil alih operasional TikTok.

Namun, laporan baru menunjukkan bahwa pembicaraan ini mungkin belum sepenuhnya berakhir dan sejumlah hal dapat berubah sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan langkah yang mengharuskan TikTok dijual.

Belum jelas bagaimana drama TikTok di AS ini akan berakhir. Tapi yang jelas, dari pemerintah China sendiri kini memberlakukan aturan baru yang akan mempersulit ekspor teknologi China, yang dapat berdampak negatif pada potensi penjualan.

Artinya, jika diskusi ini berjalan lancar dan berhasil, bisa jadi akan ada kompromi di mana kedua belah pihak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kita tunggu saja.
https://indomovie28.net/no-mans-land-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar