Selasa, 08 September 2020

Viral WNI Disemprot Disinfektan, Kemenkes Tegaskan Sesuai Protokol WHO

Ratusan warga negara Indonesia dipulangkan dari Wuhan, China, ke Natuna, Kepulauan Riau. Sesaat setelah tiba di Bandara Hang Nadim, Batam, video WNI yang disemportkan cairan disinfektan ramai diperbincangkan netizen.
"Prosedur ini jadi bahan tertawaan dunia. Apakah memang ada SOP disinfeksi seperti ini?" tulis salah satu pengguna Twitter seperti dilihat detikcom, Senin (3/2/2020).

Menanggapi, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, dr Anung Sugihantono, menyebut penyemprotan cairan saat WNI turun dari pesawat sudah sesuai standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

"Saya memahami memang ada terjadi kontroversi terkait itu, tapi itu (penyemprotan disinfeksi) adalah bagian dari protokol WHO. Memang dilakukan untuk orang, alat angkut, dan barang," jelasnya saat dijumpai di Kantor Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.

Diwawancara terpisah, Sesditjen P2P Kemenkes, dr Achmad Yurianto menyebut fungsi penyemprotan adalah untuk mematikan bakteri dan virus yang menempel. Cairan disinfektan yang digunakan pun disinfektan khusus untuk manusia.

"Itu memang dibuat untuk manusia, untuk disemprotkan ke orang," tutup dr Yuri.

Kemenkes Pastikan WNI yang Dikarantina di Natuna Semuanya Sehat

Sejak Minggu, (2/2) warga negara Indonesia di evakuasi dari Wuhan, China, ke Natuna. Berdasarkan hitungan masa inkubasi, akan dilakukan karantina atau observasi kesehatan selama 14 hari. Disampaikan bahwa sampai saat ini semua WNI dalam kondisi baik.
"Sebanyak 237 WNI dan 1 WNA berhasil di evakuasi dari Wuhan, China, ke Natuna, Indonesia. Dan semua WNI dalam kondisi sehat, telah melakukan skrining di China," tegas Kepala Biro Komunikasi dan Pelayana Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, drg Widyawati MKM, saat ditemui pada Senin (3/2/2020).

Saat ini, semua WNI di Natuna kembali menjalani tes kesehatan ulang untuk memastikan kondisi mereka dalam keadaan prima. Adapun kondisi yang menjadi fokus pemantauan atau diamati yakni batuk, sesak napas dan demam.

"Skenario di Natuna, pemeriksaan kesehatan dilakukan dua kali. Jam 23.00 lalu (2/1) semua dalam keadaan baik," tambah Dirjen P2P Kemenkes, dr Anung Sugihantino, saat dijumpai di lokasi yang sama.

Disampaikan bahwa apabila secara komunal dalam 14 hari tidak ada yang mengalami gangguan pernapasan atau yang mengarah pada gejala, maka secara umum, maka observasi kesehatan dicukupkan dan boleh pulang karena telah melalui dua kali cek kesehatan.

"Tetapi jika dalam 14 hari ada satu, dua, atau beberapa orang yang menunjukkan gejala, maka skenarionya akan lain. Makanya kita bisa perpanjang atau evakuasi ke tempat 'spesifik'. Kita sudah siapkan medical evacuation kalau ada yang sakit," tutup dr Anung

Faktor Risiko Aritmia Jantung Seperti Dialami Gus Sholah Sebelum Meninggal

Kabar duka kembali lagi terdengar di tanah air, kali ini terjadi kepada KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, itu wafat usai menjalani operasi jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.
"Gus Sholah baru saja wafat, pada pukul 20.55 WIB," kata putra Gus Solah, Irfan Wahid (Ipang Wahid) lewat akun Twitter-nya, @ipangwahid, Minggu (2/2/2020).

Sebelum menghembuskan napas terakhir, Gus Sholah diketahui mengalami masalah gangguan irama jantung atau aritmia. Dikutip dari Mayo Clinic berikut ini adalah kondisi tertentu yang dapat meningkatkan faktor risiko seseorang bisa mengalami aritmia.

1. Penyakit arteri koroner
Mempunyai riwayat berbagai jenis penyakit jantung, seperti arteri jantung yang menyempit, serangan jantung, katup jantung yang abnormal, dan pernah mengalami gagal jantung. Adanya riwayat melakukan operasi jantung pun bisa meningkatkan risiko aritmia.

2. Tekanan darah tinggi
Hal ini dapat meningkatkan risiko terkena penyakit arteri koroner, yaitu terjadinya penebalan pada dinding ventrikel (bilik jantung). Fungsi jantung dalam memompa darah akan menurun, sehingga aliran darah ke seluruh tubuh menjadi terganggu.

3. Penyakit jantung bawaan
Terlahir mempunyai kelainan jantung pun dapat mempengaruhi ritme jantung.

4. Adanya masalah di tiroid
Tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak pada bagian depan leher, dan berfungsi untuk mengeluarkan hormon-hormon yang mengatur metabolisme tubuh. Kelenjar tiroid yang bermasalah akan meningkatkan risiko aritmia.
https://nonton08.com/lupin-the-third-tokyo-crisis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar