Jumat, 03 April 2020

Cahaya Kemanusiaan dari Gedung Empire State New York

Wabah pandemi Corona membuat penduduk dunia bersama-sama meneriakkan gerakan kemanusiaan. Empire State New York membuat cahaya indah dari pencakar langitnya.

BUrj Khalifa sampai Menara Eiffel memberikan sumbangsihnya di tengah pandemi Corona. Bangunan-bangunan tersebut dihiasi oleh lampu bertuliskan dukungan. Empire State di New York pun ikut memberikan dukungan. Selama pandemi Corona, pencakar langit setinggi 443,2 meter ini akan mengubah cahaya gedungnya.
Baca juga: 884 Kematian dalam Sehari, 213 Ribu Orang Positif Virus Corona di AS


Tiap malam, Empire State akan menggunakan lampu berwarna putih dan merah dengan nama Heartbeat of America. Cahaya lampu akan dibuat layaknya detak jantung.


Empire State Building
@EmpireStateBldg
[1/2] We’ll never stop shining for you. 

Starting tonight through the COVID-19 battle, our signature white lights will be replaced by the heartbeat of America with a white and red siren in the mast for heroic emergency workers on the front line of the fight.

Lihat gambar di Twitter
13,1 rb
04.47 - 31 Mar 2020
Info dan privasi Iklan Twitter
4.537 orang memperbincangkan tentang ini

Heartbeat of America memang dikhususkan untuk para medis yang berjuang keras untuk membantu pasien Corona. Cahaya ini jelas terlihat mencolok di antara deretan pencakar langit lainnya.

Cahaya kemanusiaan ini juga akan diikuti oleh lagu Alicia Keys yang berjudul Empire State of Mind. Lagu akan diputar tiap pukul 21.00 waktu setempat.

Amerika Serikat sendiri telah memberlakukan sejumlah kebijakan untuk mencegah penyebaran Corona. Salah satunya tak ada turis Eropa yang boleh masuk AS. Hingga kini AS menjadi negara dengan kasus tertinggi dunia, yaitu 188.592 orang.

Eksotisme Budaya Suku Dayak Kenyah yang Masih Asli

Singgah di Samarinda, traveler bisa menyaksikan betapa luhurnya kebudayaan Suku Dayak Kenyah yang masih asli. Inilah budaya nusantara yang harus dijaga!

Pesona budaya merupakan opsi alternatif untuk menentukan ke mana tempat liburan akan dituju. Desa budaya Pampang adalah salah satu opsi itu. Untuk menuju desa budaya Pampang, travelers dapat menggunakan mobil atau motor, karena tidak ada angkutan umum yang menuju ke sana.

Letaknya tidak terlalu sulit diakses. Untuk travelers dari arah Samarinda dapat berbelok ke kiri jalan poros sebelum bandara APT Pranoto. Bagi travelers dari arah Bontang dapat berbelok ke kanan jalan poros setelah bandara APT Pranoto.

Desa Pampang, diresmikan sebagai desa budaya dengan tujuan untuk melestarikan kebiasaan adat serta budaya Suku Dayak Kenyah yang ada Samarinda setelah budaya berpindah ladang yang mereka mulai sejak dari Apokayan Kabupaten Malinau terhenti di desa Pampang.

Di desa Pampang terdapat sebuah balai berbetuk rumah panggung yang disebut lamin pemung tawai. Hampir semua dinding lamin diukir motif khas Dayak dengan kombinasi warna hitam, kuning dan putih. Di pawai inilah seni tari diadakan setiap hari minggu.

Untuk menyaksikan pertunjukan seni tari di lamin pemung tawai, travelers akan dikenakan biaya Rp 20.000 per orang. Traveler bebas memilih kursi dengan spot terbaik untuk menikmati seni pertujukkan yang dimulai sekitar pukul 14:00 WITA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar