Jumat, 03 April 2020

Eksotisme Budaya Suku Dayak Kenyah yang Masih Asli

Singgah di Samarinda, traveler bisa menyaksikan betapa luhurnya kebudayaan Suku Dayak Kenyah yang masih asli. Inilah budaya nusantara yang harus dijaga!

Pesona budaya merupakan opsi alternatif untuk menentukan ke mana tempat liburan akan dituju. Desa budaya Pampang adalah salah satu opsi itu. Untuk menuju desa budaya Pampang, travelers dapat menggunakan mobil atau motor, karena tidak ada angkutan umum yang menuju ke sana.

Letaknya tidak terlalu sulit diakses. Untuk travelers dari arah Samarinda dapat berbelok ke kiri jalan poros sebelum bandara APT Pranoto. Bagi travelers dari arah Bontang dapat berbelok ke kanan jalan poros setelah bandara APT Pranoto.

Desa Pampang, diresmikan sebagai desa budaya dengan tujuan untuk melestarikan kebiasaan adat serta budaya Suku Dayak Kenyah yang ada Samarinda setelah budaya berpindah ladang yang mereka mulai sejak dari Apokayan Kabupaten Malinau terhenti di desa Pampang.

Di desa Pampang terdapat sebuah balai berbetuk rumah panggung yang disebut lamin pemung tawai. Hampir semua dinding lamin diukir motif khas Dayak dengan kombinasi warna hitam, kuning dan putih. Di pawai inilah seni tari diadakan setiap hari minggu.

Untuk menyaksikan pertunjukan seni tari di lamin pemung tawai, travelers akan dikenakan biaya Rp 20.000 per orang. Traveler bebas memilih kursi dengan spot terbaik untuk menikmati seni pertujukkan yang dimulai sekitar pukul 14:00 WITA.

Menjelang pertunjukan dimulai, denting suara alat musik sape seolah membuat jiwa travelers hadir di tengah kehidupan suku Dayak. Di lamin ini, travelers akan disuguhkan sekitar 10 kanjet atau tarian suku Dayak Kenyah secara berurutan.

Sebelum sebuah tarian dimulai, travelers akan terlebih dahulu mendapat penjelasan dari pembawa acara mengenai makna atau filosofi dari tarian yang akan dipertontonkan.

Tarian yang pertunjukan pertama adalah kanjet leman delasan atau tarian membersihkan halaman yang dibawakan oleh Sesepuh suku Dayak Kenyah. Dengan pedang panjang di tangan kanan dan tameng berukir khas Suku Dayak di tangan kiri. Seorang Kakek menari ke sana ke mari dengan penuh penghayatan seiring denting dawai sape yang terdengar begitu magis.

Setelah kanjet leman delasan, maka berbagai tarian dipertontonkan secara beruntun baik yang dibawakan oleh anak  anak, remaja, para ibu hingga kaum sesepuh. Nampaknya syarat untuk menjadi warga desa Pampang adalah harus bisa menari ya travelers?

Mungkin inilah cara untuk melakukan regenerasi dan pewarisan budaya yang ada di desa Pampang agar budaya Dayak Kenyah tetap lestari. Salut!

Selain menampilkan kanjet yang menggambarkan keindahan dan kegembiraan. traveler akan disuguhkan Kanjet hudog yaitu tarian topeng yang menggambarkan penggunaan kekuatan supranatural untuk mengusir kekuatan jahat yang ada dalam kehidupan Suku Dayak.

Selain kanjet yang dibawakan secara perorangan, duet dan kelompok. Terdapat kanjet yang memperbolehkan travelers yang berkunjung untuk berpartisipasi dalam kanjet tersebut.

Kanjet anyam tali yaitu tarian menggambarkan keragaman suku bangsa, bahasa dan agama yang tersatukan oleh sikap saling menghormati dan bersahabat yang disimbolkan oleh aneka tali berwarna-warni. Di atas simpul tali berwarna warni tersebut terdapat patung burung enggang yang menyimbolkan seorang Pemimpin yang dapat menganyomi perbedaan  perbedaan yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar