Rabu, 01 April 2020

Kasus Virus Corona Meningkat, Jepang Akan Batasi Turis Asing?

Jepang dikabarkan bakal lebih selektif menerima orang asing dari sejumlah negara lain untuk menekan laju wabah virus Corona. Turis asing dilarang masuk.
Saat ini, Jepang telah menerapkan kebijakan melarang masuknya warga dari beberapa bagian Korea Selatan, China, dan sejumlah negara Eropa. Selain itu, Jepang mewajibkan turis dari Amerika Serikat, China, dan Korea Selatan untuk melakukan karantina mandiri selama dua minggu.

Tapi, peningkatan kasus virus Corona hingga 194 kasus positif baru pada Minggu (29/3/2020) membuat pemerintah mewacanakan untuk melarang masuknya orang asing. Dengan tambahan itu, kini Jepang memiliki 1.866 kasus dengan 54 meninggal dunia dan 424 sembuh. Angka-angka itu tidak termasuk 712 kasus dan 10 kematian dari kapal pesiar yang ditambatkan di dekat Tokyo bulan lalu.

Agar jumlah kasus virus Corona tak meroket, pemerintah Jepang bakal menerapkan pembatasan orang asing yang memasuki Jepang. Yakni, turis dari Amerika Serikat, China, Korea Selatan dan sebagian besar Eropa. Begitu pula warga asing yang baru saja bertandang ke negara tersebut dalam 14 hari terakhir.

Tokyo juga disebut bakal melarang warganya untuk melakukan perjalanan ke dan dari beberapa negara di Asia Tenggara dan Afrika. Tapi, pejabat pemerintah belum ada yang bisa mengonfirmasi wacana tersebut.

"Kami berada dalam tahap kritis, pada keadaan darurat," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga dalam konferensi pers, Senin (30/3/2020), seperti dikutip Reuters.

Sinyal penutupan Jepang untuk orang asing itu diutarakan oleh pemerhati ekonomi.

"Saya pikir kemungkinan penutupan daerah metropolitan Tokyo meningkat," kata Hideo Kumano, kepala ekonom di Dai-ichi Life Research Institute.

"Ini seperti menghentikan aliran darah melalui ekonomi Jepang," katanya.

Risiko lockdown Jepang memang diprediksi bakal amat merugikan ekonomi mereka. Setidaknya, Jepang bakal mengalami kerugian hingga 5,1 triliun yen (atau sekitar USD 47 miliar) andai kota dikunci selama sebulan.

Mahasiswa Menari Hibur Awak Kabin di Penerbangan Terakhir SQ

Maskapai Singapore Airlines atau SIA merupakan salah satu yang terdampak akibat corona. Di penerbangan terakhirnya, mereka dapat apresiasi yang tak biasa.
Akibat pandemi corona atau Covid-19, maskapai SIA asal Singapura mau tidak mau memangkas mengumumkan pengurangan kapasitas sebesar 96% dari total kapasitas yang semula dijadwalkan hingga akhir April 2020. Kebijakan itu muncul seiring semakin ketatnya kontrol perbatasan di seluruh dunia selama sepekan terakhir guna mengendalikan wabah COVID-19.

Hal ini akan menyebabkan grounding terhadap sekitar 138 dari total 147 armada milik SIA dan SilkAir, di tengah tantangan terbesar yang dihadapi SIA Group selama ini.

Adapun, salah satu tugas terakhir dari maskapai SQ adalah untuk membawa para warganya yang masih terdampar di negara asing. Khususnya sebelum penutupan atau lockdown terjadi.

Kisah menyentuh pun terjadi dalam penerbangan terakhir SIA dari Selandia Baru ke Singapura yang berisi para warganya beberapa waktu lalu. Kebetulan, PM Selandia Baru mengumumkan status lockdown untuk negaranya terhitung sejak 26 Maret 2020 lalu seperti diberitakan media Mothership.

Dalam penerbangan terakhir SIA dari Selandia Baru, ikut serta enam warga Singapura yang merupakan penari yang menuntut ilmu di New Zealand School of Dance di Wellington. Tak disangka, mereka melakukan sebuah aksi sebagai bentuk ucapan terima kasih seperti diberitakan media Stuff.

Diunggah lewat laman resmi Facebook New Zealand School of Dance pada 25 Maret lalu seperti dilihat detikcom, Selasa (31/3/2020), tampak video berdurasi 2 menit yang menampilkan aksi keenam pelajar tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar