Selasa, 15 September 2020

Benarkah Ospek 'Keras' Bantu Membentuk Mental Maba? Ini Kata Psikolog

Di media sosial viral cuplikan video ospek masiswa baru (maba) di bentak-bentak saat ospek virtual. Sebagian netizen menyebut kebiasaan ospek yang 'keras' seperti ini sudah biasa dilakukan untuk membentuk mental yang lebih kuat dan disiplin.
"Tetap perlu sih, menurut gue melatih mental dan latihan berpikir sama nyelesaiin masalah saat menghadapi tekanan. Selama ospeknya batas wajar dan beresensi ya kenapa enggak. Tapi kalau udah pakai kekerasan atau emang sengaja senioritas ya baru deh diudahin aja," komentar satu pengguna Twitter.

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dra Ratna Djuwita, Dipl. Psych, mengatakan ospek yang menerapkan kekerasan verbal tidak bisa membantu membentuk disiplin maba. Budaya ospek seperti ini malah bisa menimbulkan perpecahan dan menjadi siklus karena ada rasa dendam.

"Nanti mereka (maba -red) ketika status sosialnya naik, jadi kakak tingkat, membalas itu karena diperlakukan seperti itu dengan rasionalisasi akan membuat tegar, kreatif, kompak," kata Ratna pada detikcom, Selasa (15/9/2020).

"Di dunia pendidikan luar negeri hal seperti ini enggak ada tapi mereka bisa tetap berprestasi," lanjutnya.

Ratna mengatakan ospek atau program orientasi seharusnya membantu maba mengenali kehidupan kampus. Para senior seharusnya bisa mengajarkan hal-hal yang akan dibutuhkan kelah seperti misalnya bagaimana berpikir kritis atau mencari informasi di perpustakaan.

"Kalaupun mau bikin games yang aneh-aneh, diharapkan justru respons yang memancing kreatifitas dan harusnya fun gitu. Belajar karena fun itu jauh lebih efektif daripada belajar karena takut," pungkas Ratna.

Awal Mula Sekeluarga Terkena Corona, Pilu Kehilangan Ayah-Ibu Selisih 30 Menit

Baru-baru ini, viral di media sosial potongan cerita sekeluarga terpapar Corona. Sang pemilik akun @Nonameaja35 menceritakan dirinya kehilangan ibu dan ayah hanya selisih 30 menit.
Saat sang ibu dan ayah meninggal dunia selisih 30 menit, Syah kala itu tengah dirawat di RS, masih berjuang melawan infeksi COVID-19. Kabar duka pertama datang dari laporan meninggalnya ayah Syah, lalu kabar duka terkait ibunya.

"Waktu meninggal itu saya sudah dirawat di RS, jadi tidak diberitahu sama keluarga," kata Syah kepada detikcom Selasa (15/9/2020).

"Ayah dan ibu juga beda RS, jadi waktu meninggal itu sodara sedang proses pengurusan jenazah di RS tempat ayah dirawat, ternyata dapat telepon dari tempat ibu dirawat katanya meninggal juga, jadi sekeluarga bingung pada saat itu," lanjutnya.

Peristiwa meninggalnya ayah dan ibu Syah Fridan Alif, pemilik akun @Nonameaja35, terjadi 11 Juni lalu. Warga asal Sidoarjo ini menceritakan sang ayah pertama kali terpapar Corona dengan mengeluhkan gejala batuk kering 30 Mei lalu.

Usai sang ayah tertular Corona, ibunya pun ikut terinfeksi. Keduanya lalu sama-sama mengeluhkan gejala batuk disertai gangguan pada indra perasa dan penciuman, serta yang paling fatal sesak napas.

Tidak lama berselang, ternyata sang nenek juga dinyatakan positif Corona. Kondisi mereka terus memburuk setiap harinya, hingga akhirnya ketiganya tidak berhasil melawan COVID-19.

Syah sendiri dinyatakan positif Corona tidak lama dari laporan sang nenek yang ikut terpapar. Namun, asal muasal sang ayah terinfeksi tidak diketahui pasti, dugaan hingga saat ini ayah kemungkinan tertular saat menerima tamu di momen Hari Raya Idul Fitri.

"Covid nggak main2 lo ya, keluargaku kena semua, ayah dan mamaku meninggal dalam 1 hari, selisih 30 menit aja, kemudian besoknya nenekku juga meninggal, sedangkan aku dirawat 18 hari, dan skrg harus hidup sendirian, jadi jgn dianggap remeh," tulis Syah dalam akun Twitter miliknya @nonameaja35.
https://cinemamovie28.com/burnt/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar