Selasa, 08 September 2020

Jokowi Khawatir Klaster Pilkada, Virolog Soroti Fenomena Arak-arakan Massa

Proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 menjadi kekhawatiran baru di era pandemivirus CoronaCOVID-19. Sebagian calon malah menimbulkan kerumunan saat maju dalam kontestasi politik, meski sudah ada larangan dari Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.
Fenomena ini bahkan menjadi kekhawatiran Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam sidang kabinet, Jokowi menekankan jajarannya harus lebih memperhatikan kemunculan klaster Corona di kantor, keluarga, dan Pilkada.

"Hati-hati, perlu saya sampaikan, hati-hati yang namanya klaster kantor. Kedua, klaster keluarga hati-hati. Yang terakhir juga klaster Pilkada hati-hati ini," ucap Jokowi saat Sidang Kabinet Paripurna untuk Penanganan Kesehatan dan Pemulihan Ekonomi Tahun 2021, Senin (7/9/2020).

Ahli virologi Profesor I Gusti Ngurah Kade Mahardika dari Universitas Udayana menjelaskan bahwa kerumunan merupakan tempat ideal untuk terjadinya penularan virus Corona. Oleh karena itu sebetulnya calon kepala daerah yang benar-benar peduli akan sebisa mungkin maju tanpa menempatkan para pendukungnya dalam bahaya.

"Kita harus benar-benar bijaksana. Karena di atas segalanya yang paling penting itu kesehatan, bukan sekedar demokrasi yang hanya show of force menunjukkan kekuasaan politik," kata Prof Mahardika pada detikcom.

"Cukup datang ditemani 1-2 perwakilan pendukung ke KPU. Dengan demikian itu justru menunjukkan kepedulian. Bahwa mereka cerdas, menjalankan Pilkada yang aman," lanjutnya.

Prof Mahardika mengungkapkan situasi pandemi COVID-19 di Indonesia masih belum terkendali. Laporan menunjukkan tingkat kasus positif meningkat di beberapa daerah sampai fasilitas kesehatan terancam kewalahan.

Harga Oximeter Meroket Nyaris Sejuta, Gara-gara Happy Hypoxia dan COVID-19?

 Penjualan pulse oximeter di Pasar Pramuka meningkat belakangan ini. Bahkan karena minat yang begitu banyak dan stok semakin terbatas, kisaran harga pulse oximeter mengalami peningkatan.
Salah satu merek yang biasanya dihargai Rp 200-an ribu, kini dijual 400 hingga 500 ribu rupiah di Pasar Pramuka, Jakarta Timur. Hal ini diakui Ira, seorang petugas di toko alat kesehatan Pasar Pramuka. Menurutnya, kelangkaan stok mulai terasa sejak sebulan terakhir.

"Itu pas Corona kan sekarang katanya ada gejala baru, yang kadar oksigennya rendah nah sejak itu," jelas Ira, merujuk pada maraknya pembicaraan tentang happy hypoxia, kepada detikcom di Pasar Pramuka, Senin (9/7/2020).

Sementara itu, berdasarkan pantauan detikcom di beberapa market place pada Senin (9/7/2020), harga oximeter cukup bervariasi. Salah satu produk yang di Pasar Pramuka dijual dengan harga paling tinggi 500 ribu rupiah, dijual di lapak online nyaris satu juta rupiah, tepatnya 908 ribu rupiah.

Dokter paru dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, dr Adria Rusli, SpP(K), menyebut pulse oximeter bisa menjadi alat deteksi dini pada pasien COVID-19 yang mengalami happy hypoxia.

"Pada orang happy hypoxemia walaupun dia kadar oksigennya rendah, tidak ada gejala sesak napas. Nah, yang pake pulse oximeter itu (bisa dilihat misalnya) di bawah 90, (tapi) orang kelihatan nggak sesak, itu mungkin yang harus kita perhatikan hati-hati bisa jadi happy hypoxemia," lanjutnya.
https://kamumovie28.com/yell-for-the-blue-sky/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar