Selasa, 08 September 2020

Keinginan Pria Prancis Live-kan Detik-detik Kematian Ditolak Facebook

Seorang pria di Prancis bernama Alain Cocq berencana untuk menyiarkan langsung proses kematiannya di media sosial. Tapi, platform media sosial Facebook menegaskan akan memblokir upaya yang akan dilakukan Cocq.
Sebelumnya pria 57 tahun tersebut yang mengalami penyakit langka yang tidak bisa disembuhkan, mengumumkan akan menyiarkan langsung proses kematiannya sebagai salah satu bentuk protes kepada Presiden Emmanuel Macron karena permintaan suntik mati atau euthanasia ditolak. Dia mengalami kondisi langka yakni dinding arterinya saling menempel.

"Meskipun kami menghormati keputusan (Cocq) untuk menarik perhatian seputar permasalahannya yang kompleks ini, mengikuti saran para ahli, kami mengambil langkah-langkah untuk mencegah siaran langsung di akun Alain. Aturan kami tidak mengizinkan menyiarkan upaya bunuh diri," jelas juru bicara Facebook, dikutip dari laman News.com.au.

Pada Sabtu (5/9/2020) lalu, Cocq menolak semua makanan, minuman, dan obat-obatan. Dia memperkirakan bahwa usianya tidak akan sampai sepekan.

Cocq mengaku telah mencoba mengunggah video lain pada Sabtu pagi setelah Facebook memblokir siaran langsungnya.

Kepada semua orang yang mendukungnya, Cocq meminta pendapat mengenai kebijakan Facebook tersebut.

"Terserah Anda sekarang, sehingga Anda bisa memberitahu mereka pendapat tentang metode membatasi kebebasan berbicara. Akan ada waktu dalam 24 ja untuk melanjutkan video tersebut," kata Cocq.

Lagi Banyak Dicari, Perlukah Punya Oximeter untuk Deteksi Happy Hypoxia?

 Gejala happy hypoxia pada pasien COVID-19 terjadi saat mereka secara tidak sadar kekurangan kadar oksigen tanpa disertai sesak napas. Perlukah punya pulse oximeter sendiri untuk mendeteksi gejala ini?
Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, dr Adria Rusli, SpP(K), menjelaskan sangat baik jika seseorang memiliki pulse oximeter untuk mendeteksi dini gejala happy hypoxia COVID-19. Alat ini pun bisa dipakai banyak orang asal alat pulse oximeter dipastikan tetap bersih.

"Paling baik punya alat sendiri, dan alat itu nggak terlalu mahal kok. Mahal sih relatif ya, tetapi itu baik sekali kok, itu semacam pengukur nadi, nadinya juga ada nanti, nadi sama saturasi oksigen muncul di sana," bebernya saat dihubungi detikcom Senin (7/9/2020).

Menurut dr Adria, meningkatnya minat untuk membeli alat ini tidak akan memicu kelangkaan seperti masker di awal pandemi. Hal ini dikarenakan alatnya cukup sederhana dan bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama.

"Kan sangat sederhana ya, alatnya ini tidak untuk satu orang satu. Tidak seperti masker, walaupun memang saya setuju mesti dibersihkan. Cukup dibersihkan dengan cairan yang mengandung alkohol," lanjutnya.

"Jadi memang paling ideal punya sendiri, tapi kalau nggak pun satu keluarga cukup satu. Masker kan sekali pakai, ini bisa berkali-kali dipakai, bisa seumur hidup kalau batrenya diganti segala macam," pungkasnya.

Alternatif lain jika tidak membeli pulse oximeter, ada beberapa hal yang bisa dilihat jika seseorang mengalami gejala happy hypoxia COVID-19, seperti yang dijelaskan dr Adria.

Pucat
Kebiruan
Jari-jari pucat.
Tetapi hal ini disebut terjadi pada pasien dengan kondisi parah. Maka dari itu, dr Adria menyarankan penggunaan pulse oximeter lebih baik.

Seseorang yang ingin mengetahui apakah memiliki gejala ini, disebut dr Adria, untuk terlebih dahulu memastikan positif COVID-19 atau tidak. "Iya sebetulnya dipastikan dulu ada COVID-19 atau tidak, penciumannya berkurang," pungkasnya.
https://kamumovie28.com/taxi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar