Selasa, 08 September 2020

Viral Perawat di China Sampai Luka-luka Tangani Virus Corona, Kok Bisa?

Ramai diperbincangkan di media sosial seorang perawat yang menangani pasien virus corona 2019-nCoV, mengalami luka-luka seperti bekas menggunakan masker pada wajah dan kulit tangan yang pecah-pecah. Apa yang menyebabkan wajah dan tangan perawat tersebut mengalami luka-luka?
Dokter spesialis kulit, dari DNI Skin Centre, dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK, mengatakan faktor pemakaian masker dan juga sarung tangan dalam jangka waktu yang lama bisa menjadi penyebabnya.

"Virus ini kan belum jelas juga penyebarannya seperti apa? Tentu yang merawatnya pasti akan khawatir sekali, dan penggunaan masker dan sarung tangannya dalam jangka lama, dan kesibukan menghandle banyak pasien jadi gak sempat dilepas atau diganti," kata dr Darma kepada detikcom, Senin (3/2/2020).

Menurutnya terlihat sangat jelas pada bagian wajah, seperti efek dari tekanan penggunaan masker yang terlalu lama. Sebab masker N95 yang umumnya digunakan dalam menangani pasien virus corona, memang sangat terasa kencang ketika digunakan.

"Kan masker yang bagus harus benar-benar ditekan, bukan seperti masker bedah, efeknya salah satunya dan mungkin karena dia khawatir karena penularannya lewat udara jadi harus di ikat kuat sekali, dan itu bila dalam jangka panjang bisa seperti itu," jelasnya.

Sementara itu, luka-luka di bagian tangan bisa disebabkan oleh penggunaan sarung tangan yang juga terlalu lama. Sebab sarung tangan lateks, yang biasa digunakan oleh para perawat dan juga dokter memiliki pori-pori yang kecil dan kedap udara.

"Tangan kita sendiri kan mengeluarkan keringat dan keringatnya tidak bisa keluar dari sarung tangan, seperti lembab gitu dan kemudian karena sudah saking lamanya itu akan berefek kulitnya jadi kering," ucap dr Darma.

"Karena terlalu kering, akhirnya pecah-pecah dan jadinya kaya lecet gitu. Jadi memang kalau kering gitu dia harus pakai pelembab gitu sebelumnya biar kulitnya nggak pecah-pecah," pungkasnya.

Menkominfo Ingatkan Sanksi Jika Sebarkan Hoax Virus Corona Berulang-ulang

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melaporkan sebanyak 54 kasus hoax di tengah maraknya informasi terkait wabah virus corona di Wuhan, China. Salah satu hoax yang terbaru adalah penggunaan air wudhu bisa mengatasi novel coronavirus.
Menanggapi hal ini, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate menjelaskan, pihaknya tidak akan sampai men-takedown hoax tersebut.

"Ini kan kita sebarkan dulu, dipersuasi, jangan, stop, ini nambah terus soalnya, Dikasih stempel hoax atau disinformasi," jelasnya saat ditemui di Konferensi Pers Hoax Virus Corona, Senin (3/2/2020).

Menurutnya, penyebar hoax bisa ditindak secara hukum jika dia melakukan penyebaran berita hoax secara terus menerus.

"Kalau berulang-ulang terus ya maka nanti aparat melalui penegakan hukum nanti kita akan proses lebih lanjut," tambahnya.

Alasan WNI yang Pulang dari Wuhan Ditempatkan di Hanggar TNI Natuna

Sebanyak 237 Warga Negara Indonesia (WNI) dan 1 orang WNA yang pulang dari Wuhan, China, ditempatkan untuk karantina di Hanggar Lanud Raden Sadjad Kab Natuna, Kepulauan Riau. Setelahnya, banyak yang bertanya-tanya apa ada alasan khusus mengapa memilih hanggar sebagai tempat karantina WNI tersebut.
"Mengenai mengapa di Natuna, ini adalah kebijakan pemerintah. Tentu pemerintah memiliki banyak pertimbangan karena persoalan jumlah, dan kedaruratan ini sendiri," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr Anung Sugihantono, saat ditemui di Kantor Kementerian Kesehatan Jl HR Rasuna Said, Senin (3/2/2020).

Dijelaskan oleh Anung, karantina bukan berarti tempat pembatasan aktivitas meski dalam kegiatannya, tim kesehatan akan terus melakukan pemantauan kesehatan dan untuk sementara tidak disarankan bepergian, dengan tujuan mengantisipasi penularan dan penyebaran virus corona.

"Petugas kesehatan sudah disiapkan secara bergilir untuk melakukan pengamatan dan observasi serta pelayanan kepada WNI yang di Natuna," sebutnya

Untuk di Natuna sendiri, Kementerian Kesehatan menyiapkan 9 dokter, 6 di antaranya dokter spesialis. Selain itu ada 70 tenaga kesahatan yang memantau kesehatan gizi dan lingkungan kesehatan sekitar.

"Dukungan layanan, penyiapan kebutuhan, dan lain sebagainya, kita pantau, kita memastikan apa yang dikhawatirkan oleh masyarakat tidak terjadi," pungkasya.
https://nonton08.com/jazzy-misfits/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar