Selasa, 15 September 2020

WHO Prediksi Eropa Akan Hadapi Banyak Kematian karena Corona

 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa Eropa akan mengalami peningkatan jumlah kasus kematian harian virus Corona COVID-19 pada bulan Oktober dan November.
Hal ini dikarenakan kasus di Eropa meningkat tajam dalam beberapa minggu terakhir, terutama di Spanyol dan Prancis. Lebih dari 51.000 kasus baru dilaporkan pada hari Jumat (11/9/2020) di 55 negara yang dipantau oleh WHO Eropa, ini lebih tinggi dari puncak kasus di April 2020 lalu.

"Ini akan menjadi lebih sulit. Pada bulan Oktober, November, kita akan melihat lebih banyak kematian," jelas direktur WHO Eropa Hans Kluge, seperti dikutip dari laman Channel News Asia.

Lebih dari 50 negara anggota WHO Eropa mengadakan pertemuan online pada hari Senin dan Selasa untuk membahas respon mereka terhadap virus Corona dan menyepakati strategi lima tahun mereka secara keseluruhan.

Namun Hans Kluge, mengeluarkan peringatan kepada mereka yang yakin bahwa pengembangan vaksin akan mengakhiri pandemi.

"Saya mendengar sepanjang waktu: 'vaksin akan menjadi akhir dari pandemi'. Tentu saja tidak. Kami bahkan tidak tahu apakah vaksin itu akan membantu semua kelompok populasi," ujar Kluge.

Kluge memperingatkan pendekatan yang digunakan untuk mengatasi pandemi COVID-19 harus berdasarkan pada data epidemiologis dan kesehatan masyarakat. Dia juga membela pihak berwenang yang ragu-ragu untuk memberlakukan dan melonggarkan lockdown dalam beberapa bulan terakhir karena mereka menghadapi penyakit baru.

"WHO telah disalahkan beberapa kali, tetapi mengomunikasikan sesuatu yang tidak benar-benar kamu ketahui sangatlah sulit," ujarnya.

15,2 Persen Warga Indonesia Semakin Sering Merokok Saat Pandemi Corona

Sebanyak 50,2 persen warga Indonesia masih merokok selama pandemi Corona dengan jumlah yang sama sebelum wabah merebak. Namun, terdapat 15,2 persen warga lainnya yang intensitas merokoknya meningkat selama wabah Corona.
Data tersebut terungkap dalam survei Komnas Pengendalian Tembakau terkait perilaku merokok saat pandemi COVID-19. Ada 612 orang dari 25 provinsi di Indonesia yang mengikuti survei tersebut.

Adapun salah satu alasan yang membuat seseorang semakin sering merokok selama pandemi Corona adalah karena ada klaim nikotin bisa mencegah masuknya COVID-19 ke dalam tubuh. Padahal, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Agus Dwi Susanto, menegaskan merokok bisa meningkatkan risiko tertular COVID-19. Hal ini dikarenakan kebiasaan tangan saat sedang merokok.

"Sering meletakkan tangan ke mulut saat merokok dapat mentransfer virus ke dalam tubuh," demikian paparan dr Agus dalam sebuah acara webinar.

"Ada empat hal yang dapat menjelaskan risiko terinfeksi COVID-19. Merokok menyebabkan gangguan sistem imunitas, meningkatkan regulasi aseptor ACE2, menyebabkan terjadinya komorbid, dan meningkatkan transmisi virus ke tubuh," lanjut dr Agus.

Demikian juga perokok pasif, perokok pasif memiliki risiko yang sama tingginya dengan perokok aktif pada paparan infeksi COID-19. "Perokok pasif kemungkinan memiliki risiko yang sama terhadap COVID-19 seperti halnya perokok aktif," bebernya.

Sebagai gambaran risiko merokok dengan paparan COVID-19 juga terbukti dari perawatan ICU lebih banyak pada pasien yang merokok dibandingkan tidak merokok. dr Agus mengambil data pada riset seribu pasien di China terkait perokok dengan COVID-19 yang lebih membutuhkan perawatan intensif yaitu 12,3 persen perokok, sementara bukan perokok sebanyak 4,7 persen.
https://cinemamovie28.com/ge-er-gede-rasa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar