Jumat, 22 Mei 2020

Corona Hantam Bisnis Hotel di Asia Pasifik, Lebih Parah dari SARS

 Pandemi virus Corona (COVID-19) tak bisa dipungkiri telah memukul berbagai sektor properti, terutama lini bisnis perhotelan. Berdasarkan catatan Colliers International, rata-rata tingkat hunian kamar hotel di Asia Pasifik anjlok menjadi hanya 42,1% dan tarif sewa hariannya turun menjadi US$ 97,86 setara Rp 1,46 juta/kamar. Meski demikian, rata-rata penurunan tersebut dinilai tidak menguat bahkan selama wilayah ini mengalami krisis keuangan global.

"Lantaran adanya pembatasan perjalanan hingga lockdown yang diterapkan pemerintah di seluruh dunia menanggapi COVID-19 ini, hotel-hotel di seluruh Asia Pasifik memiliki kinerja yang buruk selama kuartal I-2020 lalu," ujar Direktur Eksekutif Layanan Penilaian dan Konsultasi Colliers Govinda Singh dalam rilis resmi yang diterima detikcom, Jumat (22/5/2020).

Melihat perkembangan tersebut, Singh menyimpulkan bahwa dalam waktu dekat pun, industri perhotelan di kawasan ini belum bisa langsung pulih seperti yang diharapkan. Untuk itu, stimulus dari pemerintah masing-masing negara di wilayah itu sangat diharapkan hadir demi menyelamatkan bisnis tersebut dari keterpurukan yang lebih dalam lagi.

"Prospek ekonomi untuk industri perhotelan di kawasan ini diperkirakan akan tetap landai mengingat ketidakpastian yang berkelanjutan. Untuk itu kami mengharapkan paket stimulus yang kuat dari pemerintah. Sebab kebijakan dan fundamental ekonomi yang kuat dapat menjadi bantalan terhadap dampak jangka pendek sekaligus menempatkan posisi industri ini pada posisi yang kuat saat pemulihan akhirnya terjadi," tuturnya.

Tak hanya itu, pelaku usaha di sektor ini juga diharapkan bisa menyesuaikan diri dengan baik dan memposisikan diri pada kondisi terburuk sekalipun. Tujuannya, agar tetap bisa bertahan dan dapat bangkit dalam sekejap.

"Kami merekomendasikan kepada para pelaku bisnis perhotelan untuk meninjau kembali strategi bisnis mereka dan memposisikan diri mereka untuk peningkatan kasus yang mungkin terjadi. Hotel harus mengadopsi pendekatan proaktif terhadap komunikasi untuk menjaga kepercayaan di antara pemangku kepentingan," sambungnya.

Singh bahkan tak menyarankan opsi menurunkan tarif kamar sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi. Melainkan, ia menyarankan pebisnis hotel untuk bisa mengambil pendekatan yang lebih bijaksana untuk meningkatkan strategi penetapan harga.

"Kami tidak menganjurkan hotel untuk menurunkan tarif kamar karena strategi itu tidak mungkin bisa mendorong hunian di tengah pandemi ini dan cara ini membuat proses pulih industri hotel malah menjadi lebih lama. Sebaliknya, kami menyarankan hotel mengambil pendekatan yang lebih bijaksana untuk mengembangkan strategi penetapan harganya," tambahnya.

Beberapa negara dengan penurunan paling tajam terjadi di China, Hong Kong dan Taiwan. Ketiga negara ini mengalami penurunan tingkat hunian hingga menjadi hanya 7% pada Februari 2020 lalu. Penurunan tajam ini dirasakan di semua tingkatan hotel, terutama untuk hotel skala menengah dan lebih rendah, penurunnya paling curam.

Colliers melihat dampak yang dialami kali ini tentu lebih parah dari pada saat diserang pandemi SARS di 2003 lalu. Saat itu, hunian kamar hotel di kota-kota besar di Asia masih melonjak kuat setelah adanya pelonggaran pembatasan wilayah. Namun, dari sisi pengeluaran, justru terjadi peningkatan tajam terutama di China, sejak 2003, pengeluaran di sektor pariwisata menjadi pengeluaran utama pemerintah di sana.

"Dampak SARS pada kinerja hotel pada 2003 lalu relatif kurang parah dan hunian kamar hotel di kota-kota utama di Asia masih melonjak kuat setelah pemerintah meringankan pembatasan perjalanan," ungkapnya.

Sedangkan dari sisi rata-rata tarif sewa harian, hanya Bali, New Delhi, dan Sanya (kota di tenggara China) yang mengalami peningkatan melebihi 1% pada kuartal I-2020 ini. Lantaran, ketiga kota ini menerapkan pembatasan wilayah lebih lambat dari wilayah lainnya.

Sebaliknya, Hong Kong, Osaka dan Shanghai justru mengalami penurunan rata-rata tarif sewa harian hingga dua digit dibanding rata-rata tarif tahun lalu selama periode tersebut.

Untuk itu, Colliers melihat kondisi ini akan membawa banyak perubahan bahkan saat pandemi ini bisa dikendalikan.

"Sepertinya industri ini akan beroperasi secara berbeda, keselamatan dan kebersihan akan menjadi fokus utama dan penerapan digital bakal lebih digencarkan lagi demi meminimalkan kontak yang tidak perlu," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar