Jumat, 22 Mei 2020

Omzet Terjun Bebas, Victoria's Secret Tutup Permanen 250 Toko

Perusahaan induk L Brands, akan menutup secara permanen 250 toko Victoria's Secret dan PINK di seluruh Amerika Serikat (AS) dan Kanada tahun ini. Penutupan dilakukan karena penjualan perusahaan terimbas pandemi Corona (COVID-19).

Victoria's Secret yang memiliki 1.091 toko di AS dan Kanada, akan menutup 235 gerai Victoria's Secret dan 3 gerai Pink di AS. Sedangkan 12 lainnya yang ditutup berada di Kanada.

Selain 250 toko Victoria's Secret, L Brands juga menutup 50 gerai Bath & Body Works.

Dilansir dari Forbes, Jumat (22/5/2020), penjualan bersih Bath & Body Works yang juga dinaungi oleh L Brands mencatat penjualan bersihnya selama kuartal pertama 2020 turun 37% menjadi US$ 1,65 miliar atau setara Rp 24,42 triliun (kurs Rp 14.800/US$), dibanding periode yang sama tahun lalu.

Secara total, penjualan di Bath & Body Works turun 18% menjadi US$ 712,7 juta. Meski begitu, bisnis online Bath & Body Works melonjak 85% dengan produk yang paling dicari berupa pembersih tangan dan sabun wangi.

Penjualan Victoria's Secret bahkan lebih mengerikan, jatuh 46% menjadi US$ 821,5 juta. Namun pihanya masih berkomitmen untuk membuat Bath & Body Works menjadi prusahaan mandiri, dengan Victoria's Secret yang beroperasi sebagai bisnis mandiri lainnya.

Perusahaan ini telah menunjuk CEO L Brands, L Stuart Burgdoerfer sebagai CEO sementara Victoria's Secret setelah sebelumnya Charles McGuigan mengundurkan diri.

Corona Hantam Bisnis Hotel di Asia Pasifik, Lebih Parah dari SARS

 Pandemi virus Corona (COVID-19) tak bisa dipungkiri telah memukul berbagai sektor properti, terutama lini bisnis perhotelan. Berdasarkan catatan Colliers International, rata-rata tingkat hunian kamar hotel di Asia Pasifik anjlok menjadi hanya 42,1% dan tarif sewa hariannya turun menjadi US$ 97,86 setara Rp 1,46 juta/kamar. Meski demikian, rata-rata penurunan tersebut dinilai tidak menguat bahkan selama wilayah ini mengalami krisis keuangan global.

"Lantaran adanya pembatasan perjalanan hingga lockdown yang diterapkan pemerintah di seluruh dunia menanggapi COVID-19 ini, hotel-hotel di seluruh Asia Pasifik memiliki kinerja yang buruk selama kuartal I-2020 lalu," ujar Direktur Eksekutif Layanan Penilaian dan Konsultasi Colliers Govinda Singh dalam rilis resmi yang diterima detikcom, Jumat (22/5/2020).

Melihat perkembangan tersebut, Singh menyimpulkan bahwa dalam waktu dekat pun, industri perhotelan di kawasan ini belum bisa langsung pulih seperti yang diharapkan. Untuk itu, stimulus dari pemerintah masing-masing negara di wilayah itu sangat diharapkan hadir demi menyelamatkan bisnis tersebut dari keterpurukan yang lebih dalam lagi.

"Prospek ekonomi untuk industri perhotelan di kawasan ini diperkirakan akan tetap landai mengingat ketidakpastian yang berkelanjutan. Untuk itu kami mengharapkan paket stimulus yang kuat dari pemerintah. Sebab kebijakan dan fundamental ekonomi yang kuat dapat menjadi bantalan terhadap dampak jangka pendek sekaligus menempatkan posisi industri ini pada posisi yang kuat saat pemulihan akhirnya terjadi," tuturnya.

Tak hanya itu, pelaku usaha di sektor ini juga diharapkan bisa menyesuaikan diri dengan baik dan memposisikan diri pada kondisi terburuk sekalipun. Tujuannya, agar tetap bisa bertahan dan dapat bangkit dalam sekejap.

"Kami merekomendasikan kepada para pelaku bisnis perhotelan untuk meninjau kembali strategi bisnis mereka dan memposisikan diri mereka untuk peningkatan kasus yang mungkin terjadi. Hotel harus mengadopsi pendekatan proaktif terhadap komunikasi untuk menjaga kepercayaan di antara pemangku kepentingan," sambungnya.

Singh bahkan tak menyarankan opsi menurunkan tarif kamar sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi. Melainkan, ia menyarankan pebisnis hotel untuk bisa mengambil pendekatan yang lebih bijaksana untuk meningkatkan strategi penetapan harga.

"Kami tidak menganjurkan hotel untuk menurunkan tarif kamar karena strategi itu tidak mungkin bisa mendorong hunian di tengah pandemi ini dan cara ini membuat proses pulih industri hotel malah menjadi lebih lama. Sebaliknya, kami menyarankan hotel mengambil pendekatan yang lebih bijaksana untuk mengembangkan strategi penetapan harganya," tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar