Rabu, 20 Mei 2020

Jangan Langsung Makan Berat Usai Buka Puasa, Ini Waktu Idealnya

 Tak sedikit masyarakat yang berbuka puasa langsung makan berat menggunakan nasi beserta lauk pauknya. Salah satu alasan banyaknya orang melakukan hal ini adalah faktor kebiasaan.
Menurut dokter gizi dari Rumah Sakit MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr Fiastuti Witjaksono, SpGK, pada dasarnya tak masalah berbuka puasa dengan makanan berat. Hal itu kembali lagi pada kebiasaan makan masing-masing orang.

"Kalau saluran cernanya terbiasa dan tidak ada ada keluhan apa-apa yang ya nggak apa-apa, silahkan. Tetapi kalau saluran cernanya terganggu, kita makan tidak terlalu berat dulu," ungkap dr Fiastuti saat dihubungi detikcom, Selasa (19/5/2020).

Namun, dr Fiastuti menganjurkan masyarakat untuk makan ringan terlebih dahulu saat berbuka. Disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang manis dan tidak terlalu berat.

"Kalau saya sih menganjurkan, karena kita sudah 14 jam tidak terisi makanan, sebaiknya makanan kecil dulu. Makanan manis yang penting mengganti kadar glukosa darah," tambahnya.

Ia menyebut waktu ideal makan berat saat berbuka puasa sebaiknya berjarak 30-45 menit. Makan berat saat puasa bagi sebagian orang yang tidak terbiasa dapat menyebabkan masalah dalam sistem pencernaan, seperti sembelit, dan rasa ingin muntah.

"Kalau ditanya berapa jam? biasanya kita ga lama-lama. Abis salat magrib, baru abis itu makan. Ya mungkin setengah jam sampai 45 menit," kata dr Fiastuti.

"Karena kalau kita langsung isi makanan berat terus baru salat magrib, kan nggak enak juga kalau perut penuh terus kita salat. Mungkin kaya mau muntah gitu kan, nah maksudnya supaya hal ini tidak terjadi," tutupnya.

Inggris Klaim Bakal Punya Vaksin Corona September!

Kejutan datang dari Inggris. Pemerintahnya mengatakan akan menyiapkan 100 juta dosis vaksin Corona pada September 2020 mendatang.

Vaksin yang dimaksud adalah yang sedang dikembangkan Oxford University. Pihak universitas sudah melakukan deal dengan pabrik obat AstraZeneca untuk produksi massal vaksin Corona.

Hal itu diungkap Menteri Bisnis Inggris, Alok Sharma dilansir Daily Mail, seperti dilihat Selasa (19/5/2020). Duit £84 juta (Rp 1,5 triliun) siap digelontorkan untuk mempercepat pembuatan virus.

Namun Sharma mengingatkan hingga saat ini belum ada obat yang secara klinik teruji mengatasi COVID-19. Meski begitu, pemerintah Inggris bersiap untuk produksi, begitu vaksin ini lolos uji.

"Jika vaksin ini sukses, AstraZeneca akan bekerja memproduksi 30 juta dosis pada September untuk Inggris sebagai bagian dari total 100 juga dosis," kata dia.

Vaksin buatan Oxford University yang dimaksud adalah ChAdOx1. Ini adalah 1 dari 6 calon vaksin yang sudah diajukan ke WHO dan sedang dalam tahap uji coba pada manusia setelah sukses diuji pada monyet.

Material genetik dari virus Corona dimasukan ke adenovirus yang dilemahkan. Tujuannya agar meniru duri khas pada virus Corona lalu dimasukan ke aliran darah manusia dengan tujuan merangsang kekebalan tubuh menghadapi virus Corona sungguhan.

Uji coba fase dua sudah dilakukan pada 23 April 2020 kepada 1.100 relawan berusia 18-55 tahun. Fase tiga, atau yang terakhir, akan diujikan kepada ratusan sampai ribuan relawan lagi untuk jangka waktu yang lebih panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar