Minggu, 17 Mei 2020

WHO Selidiki Sindrom Langka Pada Anak Diduga Berkaitan dengan Corona

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan sedang mempelajari kemungkinan hubungan antara virus Corona dan sindrom langka pada anak-anak di Eropa dan Amerika Serikat.
Dilansir dari Aljazeera, beberapa negara telah melaporkan kasus anak-anak yang terkena penyakit radang dengan gejala mirip dengan kondisi langka, yakni penyakit Kawasaki.

"Laporan awal berhipotesis bahwa sindrom ini mungkin terkait dengan COVID-19," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam briefing virtual pada Jumat (15/5/2020).

"Sangat penting untuk hati-hati menandai sindrom klinis ini, memahami hubungan sebab akibat dan untuk menggambarkan intervensi pengobatan," tambahnya.

Tedros mengatakan WHO telah mengembangkan definisi kasus awal untuk penyakit ini, yang disebut 'Multisystem Inflammatory Syndrome in Children'. WHO juga meminta dokter di seluruh dunia untuk waspada dan lebih memahami sindrom ini.

Komentar Tedros muncul setelah seorang dokter di Prancis pada Jumat (15/5/2020) mengatakan seorang anak lelaki berusia sembilan tahun yang dites positif COVID-19 meninggal karena sindrom tersebut. Kematian anak yang serupa sedang diselidiki di New York dan London. Pejabat AS juga telah memperingatkan kondisi terkait COVID-19 pada anak-anak.

Pakar WHO Maria Van Kerkhove, mengatakan pada Jumat (15/5/2020) bahwa kaitan sindrom peradangan langka tersebut dengan COVID-19 belum jelas. Karena beberapa anak dengan sindrom belum dites positif terkena virus Corona.

"Kita perlu memahami apakah sindrom ini terkait dengan COVID-19 atau tidak, kita perlu semua negara waspada untuk ini," tambah Van Kerkhove.

Kenapa Harus Berbuka dengan yang Manis? Ini Alasannya

Saat berbuka puasa, sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan serta minuman yang manis. Hal ini pun menjadi salah satu hal sunnah dalam agama Islam, seperti makan kurma dan minum minuman yang manis.
Tapi, apakah ada alasan kenapa harus berbuka dengan yang manis untuk kesehatan tubuh?

Dr Kaseem Halmar dari University of Warwick, Inggris, mengatakan hampir 14 jam tubuh seseorang yang menjalani puasa tidak mendapatkan asupan cairan dan sari makanan. Itu membuat kadar gula dalam darah menurun dan menyebabkan lemas menjelang buka puasa.

Menurut Dr Kaseem, jika seseorang berbuka dengan makanan atau minuman yang manis akan menyeimbangkan kembali kadar insulin, sehingga bisa kembali memproduksi energi. Tetapi, ia mengingatkan untuk tetap ada batasan dalam mengkonsumsinya.

"Namun harus diingat, bahwa tetap ada batasan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis itu. Sekitar lima persen dari total jumlah asupan kalori yang dikonsumsi," katanya yang dikutip dari Nutrition.org.uk, Sabtu (16/5/2020).

Beredar Surat Penerimaan Sampel COVID-19 Diliburkan, Ini Faktanya

Beredar surat pemberitahuan yang mengatasnamakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Dalam edaran tersebut, berisi pemberitahuan bahwa selama libur hari raya Idul Fitri tahun 1441 H, penerimaan sampel COVID-19 diliburkan.
"Bersama ini diberitahukan bahwa dalam rangka libur hari raya Idul Fitri tahun 1441 H, maka penerimaan sampel COVID-19 dan lingkungan di BBTKLPP Jakarta diterima terakhir pada tanggal 20 Mei 2020 pukul 12.00 WIB. Penerimaan sampel akan dibuka kembali pada tanggal 26 Mei 2020," tulis edaran tersebut.

Menanggapi hal ini, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona COVID-19, Achmad Yurianto, menegaskan bahwa surat pemberitahuan yang beredar atas nama Kemenkes itu tidak benar.

"Tidak benar, saya telusuri," tegasnya saat dihubungi detikcom, Sabtu (16/5/2020).

Menurutnya, penanganan COVID-19 akan terus berjalan meskipun saat hari raya Idul Fitri sesuai instruksi.

"Instruksi saya jelas, TIDAK ADA HARI LIBUR dalam penanganan COVID-19," lanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar