Sabtu, 30 Mei 2020

Panduan Meracik Jamu Herbal dari BPOM untuk Tingkatkan Imunitas

Pandemi virus Corona sampai saat ini masih terus menghantui masyarakat di dunia, termasuk juga di Indonesia. Agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi virus, imunitas tubuh harus dijaga, salah satunya dengan mengkonsumsi jamu atau ramuan herbal.
Berbagai tumbuhan herbal bisa diracik menjadi ramuan untuk penguat imunitas tubuh, seperti daun sambiloto, temulawak, hingga jahe. Tetapi, tak hanya bahannya yang harus diperhatikan, cara pengolahannya pun juga penting dijaga.

Berdasarkan buku 'Serba COVID' yang diterbitkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), berikut beberapa tips dalam mengolah bahan herbal menjadi jamu yang sangat bermanfaat untuk imunitas tubuh.

1. Perhatikan cara penyimpanan bahannya
Saat akan menyimpannya, pastikan bahan jamu segar ini sudah dicuci bersih dengan air mengalir dan dikeringkan. Setelah itu, simpan di tempat yang bersih dan kering.

2. Pastikan alat yang dipakai bersih
Sebelum mengolah bahan tersebut menjadi jamu, pastikan tempat dan alat yang akan dipakai bersih dan steril. Disarankan untuk menggunakan peralatan yang terbuat dari stainless steel.

3. Jangan lupa cuci tangan
Hal yang paling penting adalah kebersihan si pembuat jamu. Gunakan pakaian yang bersih, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik, baik sebelum maupun sesudah mengolahnya. Jangan lupa juga gunakan masker ya.

4. Pastikan air yang digunakan bersih dan matang
Selama membuat jamu, pastikan kamu menggunakan air yang bersih. Lalu rebus air untuk merebus bahan sampai benar-benar mendidih dan matang.

5. Simpan hasil jamu dengan baik dan bersih
Setelah jamunya jadi, gunakan wadah atau botol yang bersih dan sesuai untuk standar aman makanan. Jangan pakai wadah atau botol bekas air mineral yang sekali pakai.

Simpan jamu pada suhu yang sejuk dan jangan disimpan terlalu lama, nanti nggak bisa dikonsumsi deh. Hal penting sebelum mengkonsumsinya, pastikan tidak ada perubahan warna, bau, dan rasa pada jamu setelah disimpan.

Selain itu, ada hal penting lain yang perlu diperhatikan jika mengkonsumsi racikan herbal yang dibuat sendiri, yaitu:

- Pastikan tidak ada reaksi alergi yang muncul.
- Takaran dan kombinasi harus sesuai, tidak berlebihan.
- Jangan asal diberikan pada bayi, anak-anak, wanita hamil, orang lanjut usia, dan orang dengan penyakit penyerta.
- Hati-hati jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
- Akan lebih baik untuk berkonsultasi dengan dokter untuk penggunaan jamu dan obat secara bersamaan.

Saran Ahli Gizi UNS Soal Tradisi Kupatan di Tengah Pandemi

Mewabahnya virus Corona membuat masyarakat yang memiliki tradisi kupatan di bulan Syawal harus lebih waspada. Dikhawatirkan, tempat penjualan ketupat yang biasa ramai diserbu pembeli dapat menjadi sumber penularan COVID-19.
Tak hanya ketupat, bahan-bahan untuk membuat ketupat, seperti janur, juga harus diperhatikan kebersihannya. Ahli gizi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Diffah Hanim, menyarankan agar lebih baik masyarakat membuat ketupat sendiri.

"Lebih baik membuat ketupat sendiri, jadi kita bisa memastikan kebersihannya. Janur yang dijual di pasar itu kita bersihkan dahulu," kata Diffah saat dihubungi detikcom, Jumat (29/5/2020).

Tentunya membuat ketupat sendiri adalah hal yang tidak mudah. Alternatif lain yang mungkin bisa dicoba ialah membuat lontong.

"Tapi karena kaitannya dengan tradisi, tentu tidak bisa lepas begitu saja. Namun yang terpenting ialah menjaga kebersihan," katanya.

Untuk bisa memperkuat antibodi, Diffah mengingatkan agar makanan yang disajikan saat kupatan juga dilengkapi sayur dan buah. Selain itu, telur, juga wajib disajikan sebagai lauknya.

"Sayur mungkin bisa pakai labu siam, cocok untuk ketupat. Telur itu wajib, terutama bagian putihnya karena bagus meningkatkan antibodi," ujar dia.

Selebihnya, dia mengingatkan agar masyarakat selalu menjaga jarak ketika berbelanja kebutuhan untuk tradisi kupatan. Baik pedagang maupun pembeli wajib mengenakan masker untuk mencegah penyebaran virus Corona.
http://cinemamovie28.com/the-walk/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar