Selasa, 26 Mei 2020

Ilmuwan Inggris Kembangkan Inhaler untuk Cegah Gejala Corona

Para ilmuwan Inggris mengembangkan inhaler untuk membantu memerangi virus Corona COVID-19 setelah gejala awal muncul. Para peneliti dari University of Southampton sudah mengirim 120 inhaler ke pasien COVID-19, untuk di uji coba. Teknologi baru ini menjanjikan dengan menggunakan obat eksperimental, yang berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang memiliki kode SNG001.
Kekebalan tubuh ini mengandung protein bernama interferon beta, yang diproduksi tubuh setiap kali terinfeksi virus. Sebelumnya, obat ini telah digunakan untuk mengobati multiple sclerosis, dan menunjukkan hasil positif untuk mengurangi gejala COVID-19, saat diuji coba di Hong Kong dikombinasikan dengan obat lain.

"Kami sangat membutuhkan pengobatan yang akan diberikan untuk pasien COVID-19 di awal infeksi, untuk mencegah gejala yang ada berkembang lebih parah," kata pemimpin studi, Profesor Nick Francis, yang dikutip dari The Sun, Selasa (26/5/2020).

Saat obat ini dihirup, itu akan mengirim zat ke paru-paru dan membantu untuk menekan efek virus. Dengan hasil tersebut, para ilmuwan berharap obat ini bisa mencegah kondisi pasien semakin memburuk, yang biasanya terjadi di hari ke-10 setelah terinfeksi.

"Kita bisa menghentikan kondisi pasien COVID-19 semakin memburuk, yang biasanya terjadi di minggu kedua. Di minggu tersebut, akan muncul gejala mirip flu pada pasien COVID-19, seperti terengah-engah dan mengalami radang paru-paru," jelas Richard Marsden, kepala perusahaan Synairgen, di Southampton.

Dalam tahap uji coba, pasien berusia 65 tahun ke atas akan diuji penuh selama 72 jam setelah munculnya masalah pernapasan dan gejala lainnya. Setelah itu, mereka akan diberikan inhaler satu kali sehari dan terus mencatat perubahan saturasi dan suhu oksigen. Selama uji coba ini, para dokter akan memantau kondisinya sampai 14 hari ke depan.

Jika percobaan ini berhasil, obat ini akan dilisensikan oleh regulator obat setempat. Tetapi, para peneliti berharap hasilnya baik agar lebih cepat diproses.

"Jika hasilnya baik, kami akan menyediakan jutaan dosis (obat) di akhir tahun ini," kata Marsden.

Lab Wuhan Punya Tiga Jenis Virus Corona dari Kelelawar, Beda dari COVID-19

Laboratorium Wuhan, China, yang sempat dituduh sebabkan wabah virus Corona COVID-19 mengaku memiliki tiga jenis virus Corona dari kelelawar. Namun pihaknya bersikeras ketiganya bukan menjadi sumber pandemi global virus Corona COVID-19.
Mengutip New York Post, Institut Virologi Wuhan sejak tahun 2004 telah mengisolasi dan memperoleh beberapa jenis virus Corona dari kelelawar. Hal ini disampaikan direktur institut tersebut, Wang Yanyi, dalam sebuah wawancara yang disiarkan Sabtu, menurut Agence France-Presse.

"Sekarang kami memiliki tiga jenis virus hidup. Tetapi kesamaan tertinggi mereka dengan SARS-CoV-2 hanya mencapai 79,8 persen," kata Yanyi, merujuk pada jenis virus Corona yang menyebabkan COVID-19.

"Ini perbedaan yang jelas," lanjut Yanyi menurut laporan AFP.

Yanyi menolak tudingan bahwa pandemi Corona dimulai dari laboratorium Wuhan. Ilmuwan di Institut Virologi Wuhan ditegaskan tidak pernah menemukan, meneliti, atau menyimpan virus Corona COVID-19 sampai pada akhirnya menerima sampel COVID-19 di 30 Desember lalu. Tepat ketika virus Corona secara tidak sadar telah mewabah di Wuhan.

"Faktanya, seperti orang lain, kami bahkan tidak tahu virus itu ada," ujar Yanyi tentang virus Corona COVID-19 telah menginfeksi lebih dari 5,3 juta orang di seluruh dunia.

"Bagaimana itu bisa bocor dari lab kita ketika kita tidak pernah memilikinya?," tegas Yanyi.
http://nonton08.com/death-note-episode-6/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar