Selasa, 26 Mei 2020

Kisah Unik Wanita yang Mendapat Tangan dari Donor Pria

Shreya Siddanagowder dari India disebut-sebut sebagai orang Asia pertama yang menjalani transplantasi tangan intergender. Pada tahun 2016 lalu Shreya yang masih berusia 18 tahun kehilangan kedua tangannya dalam kecelakaan bus dan mendapat tangan pengganti dari seorang donor pria.
Tim dokter yang terdiri dari 20 ahli bedah dan 16 anestesiolog memerlukan waktu 13 jam untuk memasang tangan donor ke tubuh Shreya. Selama satu setengah tahun Shreya menjalani terapi sehingga perlahan fungsi gerak tangannya kembali pulih.

Hal yang menarik, setelah beberapa tahun berlalu tangan donor yang tadinya berkulit cenderung hitam perlahan berubah menjadi lebih putih dan mengecil. Shreya mengatakan tangannya kini tampak lebih feminin meski berasal dari seorang pria.

Ahli fisioterapi Ketaki Doke dari Pune, India, mengatakan kemungkinan yang terjadi tangan beradaptasi dengan kondisi tubuh Shreya.

Sebagai contoh bisa jadi Shreya memproduksi lebih sedikit melanin sehingga tangan kehilangan warna kulit. Selain itu otot-otot menyusut untuk menyesuaikan kebutuhan wanita.

"Saraf mulai mengirim sinyal, disebut reinnervasi, dan otot-otot menyesuaikan kebutuhan tubuh," kata Ketaki seperti dikutip dari Live Science, Selasa (26/5/2020).

Menurut Johns Hopkins Medicine, kasus transplantasi tangan di dunia tak lebih dari 100 kasus.

Duh! Banyak yang Cari Herd Immunity dan Mengaku Tak Takut Tertular Corona

Seorang perawat di North Carolina, Amerika Serikat, mengatakan ia merawat pasien yang menghadiri 'pesta virus Corona' untuk mencari kekebalan akan virus Corona.
"Selama beberapa hari terakhir, kami mendengar dari pasien dan masyarakat bahwa mereka tak takut terkena virus (COVID-19)," kata Yolanda Enrich, perawat di Novant Health Medical Center, dikutip dari New York Post.

"Orang benar-benar keluar dan mencoba terinfeksi virus, jadi mereka menghadiri pertemuan dan memaksimalkan peluang mereka terpapar," sambungnya.

Enrich menyebut pasien dengan usia yang lebih muda mengatakan kepadea petugas kesehatan bahwa mereka berusaha mengembangkan antibodi sehingga tak lagi harus melakukan tindakan pencegahan saat keluar rumah.

Namun hingga kini masih belum diketahui secara pasti apakah antibodi virus Corona benar-benar memberikan kekebalan.

"Kami benar-benar prihatin dengan tren ini. Mereka dapat dengan mudah menyebarkan virus dan menginfeksi kelompok rentan," sebutnya.

Mandy Cohen, dari Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan North Carolina mengatakan lebih banyak kasus Corona berarti akan meningkatkan risiko bagi penduduk yang rentan.

"Tidak ada keadaan di mana kami ingin orang-orang secara aktif sengaja tertular COVID-19," kata Cohen.

"Alasan kami bekerja sangat keras secara kolektif untuk menjaga penyebaran virus tetap rendah adalah kenyataan bahwa ketika ada lebih banyak infeksi virus, itu tidak hanya berdampak pada mereka yang memilikinya, tetapi juga pada mereka yang berisiko tinggi mendapatkan reaksi parah terhadap penyakit," lanjutnya.

Soumya Swaminathan, pakar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan konsep herd immunity akan sangat berbahaya apabila diterapkan dalam rangka mencari kekebalan Corona. Mencari herd immunity berarti 'menerima kematian yang tinggi'.
http://nonton08.com/chrisye/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar