Selasa, 26 Mei 2020

Mal Segera Dibuka 5 Juni, Amankah dari Risiko Penularan?

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Dewan Pengurus Daerah (DPD) DKI Jakarta, Ellen Hidayat mengatakan mal-mal di Ibu Kota bisa operasional 5 Juni 2020. Hal itu karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) wilayah Jakarta yang akan berakhir 4 Juni 2020.
"Kan PSBB tanggal 4 selesai, ya tentu kita beranggapan tanggal 5 sudah boleh buka dong. Sekarang ditutup karena ada PSBB, di kota-kota lain nggak ada PSBB, buka," kata Ellen kepada detikcom, Senin (25/5/2020).

Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, mengatakan selama kasus penularan virus Corona belum stabil, maka pembukaan mal-mal tersebut tidaklah aman dilakukan.

"Jadi kalau Kota Bekasi kasus barunya belum nol rasanya belum aman. Kalau kasus barunya belum stabil dalam satu atau dua minggu itu belum aman. Jadi kalau dibuka menurut saya itu berisiko akan menambah kasus baru," jelas dr Miko kepada detikcom, Selasa (26/5/2020).

Menurut dr Miko, apabila kasus penularan menjadi semakin bertambah, itu akan lebih untuk dikendalikan.

"Masalahnya sekarang kalau dibuka dengan new normal, dan kasus barunya bertambah banyak itu akan bertambah susah. Jadi ini (harus) hati-hati begitu," ucap dr Miko.

"Jadi kalau dibuka kemudian kasus barunya bertambah banyak, kita tidak bisa kembali lagi," tuturnya.

Studi Sebut Mutasi Virus Corona Tak Tingkatkan Penularannya

 Studi yang dipimpin University College London menyebut mutasi virus Corona tak tingkatkan karakteristik penularan virus. "Tak satupun dari mutasi yang saat ini didokumentasikan dalam virus SARS-CoV-2 tampaknya meningkatkan penularannya," sebut penelitian UCL.
Dikutip dari Medical Xpress, temuan ini berdasarkan studi peer-review yang diterbitkan dalam Infection, Genetics, dan Evolution awal bulan ini soal pola keragaman dalam genom SARS-CoV-2. Virus Corona yang menyebabkan pandemi penyakit COVID-19.

"Semakin banyak mutasi telah didokumentasikan, para ilmuwan dengan cepat berusaha mencari tahu apakah ada di antara mereka yang dapat membuat virus lebih menular atau mematikan, karena sangat penting untuk memahami perubahan seperti itu. Secepat mungkin," kata penulis utama Profesor Francois Balloux UCL Genetics Institute.

"Kami menggunakan teknik baru untuk menentukan apakah virus dengan mutasi baru benar-benar ditularkan pada tingkat yang lebih tinggi, dan menemukan bahwa tidak ada kandidat mutasi yang tampaknya menguntungkan virus," lanjut prof Francois.

Tim peneliti dari UCL, Cirad, dan Université de la Réunion, University of Oxford, sejauh ini telah mengidentifikasi 6.822 mutasi dalam SARS-CoV-2 di seluruh data global. Untuk 273 mutasi, ada bukti kuat bahwa mereka telah mutasi berulang kali secara independen.

Dari 273 mutasi tersebut, para ahli meneliti 31 mutasi virus Corona telah terjadi setidaknya 10 kali secara independen selama pandemi. Hasilnya, para peneliti tidak menemukan bukti bahwa mutasi umum ini meningkatkan penularan virus.

Mutasi yang dianalisis termasuk satu dalam protein lonjakan virus yang disebut D614G. D614G ini telah banyak dilaporkan sebagai mutasi umum yang dapat membuat virus lebih mudah menular. Bukti baru menemukan bahwa mutasi ini sebenarnya tidak terkait dengan peningkatan penularan virus.

"Hanya diharapkan bahwa virus akan bermutasi dan akhirnya menyimpang menjadi garis keturunan yang berbeda karena menjadi lebih umum pada populasi manusia, tetapi ini tidak selalu menyiratkan bahwa ada garis keturunan apa pun akan muncul yang lebih mudah menular atau berbahaya," ungkap penulis penelitian, dr Lucy van Dorp dari UCL Genetics Institute.
http://nonton08.com/death-note-episode-1/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar