Sabtu, 29 Agustus 2020

Karena Pandemi Corona, Semakin Banyak Millennial Kesulitan Beli Rumah

Kehidupan millennial memang banyak dimudahkan dengan kecanggihan teknologi. Tapi generasi ini juga menemukan lebih banyak tantangan dalam hal karier dan keuangan. Karena walau banyak dari mereka yang sekolah tinggi, bayaran yang diterima belum tentu sebanding.
Apalagi dengan fakta bahwa penghasilan mereka banyak dihabiskan untuk memenuhi gaya hidup. Tak sampai di situ, pakar juga mengungkap jika millennial adalah generasi yang sulit beli rumah apalagi dengan adanya pandemi Corona.

Banyak millennial ingin selamanya tinggal dengan orangtua. Salah satunya alasannya adalah karena mahalnya harga rumah dan kesulitan mereka untuk mengumpulkan uang. Susahnya generasi ini punya kediaman juga diperparah dengan pandemi Corona yang masih jadi problema dunia. Masalah global yang menyebabkan resesi hingga banyaknya pengangguran ini tentu membuat tabungan mandek.

Hal tersebut diungkap oleh situs Realtor dalam analis terbarunya. Dikatakan bahwa rata-rata millenial membutuhkan uang sebanyak sembilan bulan tabungan untuk memenuhi pengeluaran sebulan mereka. Mengingat banyaknya generasi berusia awal 20an hingga akhir 30an tersebut yang kehilangan pekerjaan karena Corona berarti tak sedikit pula impian beli rumah yang akan tertunda.

Jika seseorang menganggur hingga enam bulan, mereka butuh hingga 4,5 tahun untuk mengembalikan tabungan yang hilang. Hal ini pun dilaporkan paling parah menimpa para millennial yang punya gaya hidup urban. Karena banyaknya pengeluaran, mereka akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk memulihkan tabungan. Kira-kira kamukah salah satunya?

Di Amerika, hal ini diperparah dengan semakin sulitnya sejumlah bank yang memberikan pinjaman kepada millennial. Belum lagi banyak dari mereka yang masih harus membayar pinjaman uang kuliah. Berdasarkan data Fed Reserve, hanya 4% millennial di AS yang punya properti sedangkan sebanyak dulu 32% baby boomer sudah bisa beli rumah di usia yang sama.

Ekonomis Danielle Hale pun memperkirakan bahwa millennial bisa menunda pembelian rumah mereka hingga bertahun-tahun. Terlebih mereka harus mengeluarkan uang 39% lebih banyak untuk membeli rumah pertama dibanding 40 tahun lalu.

Saat Orangtua Cerai karena Selingkuh, Ini yang Bisa Bikin Anak Trauma

 Perselingkuhan bisa berdampak fatal pada sebuah pernikahan. Biasanya perceraian yang menjadi pilihan ketika salah satu pasangan berselingkuh. Jika perceraian jadi pilihan, anak-anak pun ikut terkena efeknya. Mereka akan kehilangan keluarga yang utuh. Belum lagi jika anak tersebut ikut melihat perselingkuhan orangtuanya.

Apa dampak perselingkuhan orangtua pada anak-anak? Benarkah anak yang melihat orangtuanya selingkuh bisa trauma?

Menurut psikolog Meity Arianty, STP., M. Psi, setiap anak memiliki konsep yang berbeda tentang selingkuh. Konsep ini tergantung dari usia dan kematangan berpikir dari anak tersebut.

Beberapa anak ada yang tidak memahami konsep selingkuh. Mereka tidak dapat membedakan secara jelas perselingkuhan orangtuanya tersebut. Jika ini yang terjadi pada anak maka perselingkuhan orangtua itu belum tentu berimbas pada kondisi psikologisnya.

"Namun jika anak memahami konsep selingkuh maka tentu akan berimbas pada kondisi psikologisnya," ujar Mei saat dihubungi oleh Wolipop, Senin (8/6/2020).

Apapun kondisinya, orangtua yang berselingkuh dan kemudian bercerai tidak boleh menganggap remeh dampak perilaku buruk mereka itu pada perkembangan sang anak. Anak bisa trauma, namun efek ini kata Meity juga tergantung beberapa faktor.

"Jadi tergantung beberapa hal, misalnya dilihat dari kondisi anak tersebut, beberapa anak yang mengalami trauma tergantung besar kecilnya kejadian, benturan atau permasalahan yang terjadi saat itu yang membuatnya shock. Beberapa penelitian menyebutkan faktor risiko yang membuat seseorang mengalami trauma," jelasnya.

Meity pun menjabarkan beberapa faktor risiko yang menyebabkan anak mengalami trauma, karena perselingkuhan kedua orangtuanya :

1. Pernah mengalami peristiwa berbahaya yang membuatnya trauma.
2. Merasa tidak berdaya, ketakutan yang ekstrim terhadap sesuatu.
3. Mengalami kejadian yang beruntun. Setelah mengalami kejadian yang menyedihkan misalnya kehilangan orang yang dicintai kemudian kehilangan pekerjaan atau tidak memiliki tempat tinggal.
4. Dan beberapa faktor lainnya.
https://kamumovie28.com/sexercise-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar