Jumat, 15 Mei 2020

Corona Disebut WHO Tak Bisa Hilang, Bagaimana Bila Sudah Ada Vaksinnya?

Ketika beberapa negara secara bertahap sudah melonggarkan pembatasan dan lockdown, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa virus Corona mungkin tidak akan pernah bisa hilang seluruhnya.
"Penting untuk mengingat ini: virus ini bisa menjadi virus endemik lain di komunitas kita dan mungkin tidak akan pernah hilang," kata pakar kedaruratan kesehatan WHO, Mike Ryan, dalam pertemuan daring dan dikutip dari SCMP, Kamis (14/5/2020).

Menanggapi hal itu, banyak orang yang merasa khawatir dan resah karena tidak bisa terbebas dari ancaman virus Corona dan berharap vaksin cepat ditemukan. Tetapi apakah dengan adanya vaksin, COVID-19 masih jadi ancaman?

Menurut ahli penyakit tropik dan infeksi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Erni Juwita Nelwan, SpPD, jika vaksin Corona sudah ditemukan maka risiko infeksi akan menurun. Namun tetap tidak bisa melindungi seseorang 100 persen dari virus Corona.

"Betul, insyaallah kalau sudah ada vaksin, maka risiko terhadap pasien akan menurun," kata dr Erni kepada detikcom, Kamis (14/5/2020).

"Tapi tidak bisa melindungi 100 persen. Misalnya dia ketularan, tapi ringan saja karena sudah ada vaksin. Ibaratnya tetap tertular tapi tidak sampai jadi berat atau bahkan kalau virusnya cuma sedikit atau ringan bisa jadi tidak sakit," lanjutnya.

Nikmat! Tips Tetap Sehat Makan Mi Goreng Saat Berbuka Puasa dari Ahli Gizi

Rasanya yang enak dan murah meriah membuat mi goreng digemari oleh banyak orang. Apalagi kalau dimakan setelah 12 jam lebih menahan lapar saat berpuasa, pasti terasa sangat nikmat.
Ahli gizi dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, dr Titi Sekarindah, MS, SpGK, mengatakan sebenarnya mi goreng tidak dianjurkan untuk dikonsumsi saat berbuka puasa. Tetapi jika hanya untuk sesekali, diperbolehkan.

"Boleh, cuma mi goreng nggak terlalu bagus, karena kandungannya karbohidrat doang dan seratnya nggak ada. Jadi mudah menaikan gula darah dan untuk penderita diabetes dan kegemukan nggak bagus," kata dr Titi kepada detikcom, Kamis (14/5/2020).

Tetapi jika tetap ingin mengonsumsi mi goreng saat berbuka puasa, dr Titi menganjurkan untuk menambahkan sayur dan juga protein di dalamnya agar lebih sehat ketika dimakan.

"Harus ada sayur, bisa yang berwarna-warni. Kalau misalnya sawi, ada sawi putih, sawi hijau terus pakai tomat dan wortel. Sayur itu sangat penting selain dia mengandung vitamin dan mineral, dia itu mengandung serat," jelas dr Titi.

"Terus kalau misalkan biar ada proteinnya mungkin bisa pakai telur," tuturnya.

Bandara Soetta Sempat Padat Penumpang, Ahli Kesehatan Jelaskan Risikonya

Pihak Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) mengirim laporan kronologi antrean yang terjadi di Terminal 2E ke juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto. Dalam laporan tersebut pihak bandara membenarkan adanya antrean panjang yang terjadi. Antrean ini terjadi pada Kamis Pagi (14/5/2020) Sekitar pukul 06.00-08.00 WIB.
"Bahwa itu kejadian jam 06.00-08.00 WIB, di mana antrean tersebut mengantre pemeriksaan dokumen di pintu depan sebelum penumpang masuk terminal untuk check-in," tulis laporan pihak Bandara Soetta kepada Yuri seperti dilihat, Kamis (14/5/2020).

Antrean yang terjadi di Bandara Soetta itu pun menuai banyak kritikan dari masyarakat. Terlebih terjadi di tengah larangan mudik dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Prof dr Ascobat Gani, MPH, DrPH, mengatakan telah terjadi pelanggaran protokol kesehatan apabila kondisinya antrean berdesak-desakkan.

"Berarti kan protokol kesehatannya dilanggar, itu berbahaya. Kan kita udah berkali kali bilang di dunia ini penyebarannya antara manusia ke manusia. Maka memutuskan mata rantai itu adalah antara manusia ke manusia," ujar Prof Ascobat saat dihubungi detikcom, Kamis (14/5/2020).

Mengenai waktu antrean yang dilaporkan pihak bandara hanya berlangsung dua jam, Prof Ascobat juga menjelaskan bahwa virus Corona tidak mengenal waktu penyebaran. Bahkan penyebaran virus Corona dapat terjadi dimanapun dan kapanpun.

"Soal waktu tidak ada, satu detik kena ya kena. Ini bukan soal waktu tapi soal protokol kesehatan, itu diikuti apa tidak," kata Prof Ascobat.

"Di protokol itu tidak ada soal waktu terpapar," tambahnya.

Dalam protokol kesehatan dijelaskan orang yang boleh bepergian, di antaranya petugas kesehatan, kedua keamanan, perbankkan, orang yang mengurus logistik, dan seseorang yang memiliki urusan penting atau mendesak. Ia mengingatkan agar orang-orang yang tidak mempunyai kepentingan seperti disebutkan protokol kesehatan untuk tetap di rumah.

"Setiap orang yang tidak penting, jangan lah pergi-pergi, kan sudah jelas pedomannya," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar