Jumat, 01 Mei 2020

Dari Tukang Cukur, Imigran China Ini Jadi Orang Terkaya di Penang

 Yeap Chor Ee ada salah satu orang terkemuka di Malaya, sebuah wilayah yang kini menjadi bagian negara Malaysia. Dia juga menjadi salah satu orang terkaya di negara bagian utara Penang.
Yeap berasal dari China Selatan. Pada 1885 dia bersama dengan 125 ribu orang meninggalkan kampung halamannya lantaran dilanda kelaparan akibat aksi pemberontakan.

Yeap pergi menuju Asia Tenggara yang dulu dikenal sebagai Nanyang, atau laut selatan. Dia menetap di Malaya hingga akhirnya meninggal pada Mei 1952. Saat kematiannya dia telah menjadi salah satu orang paling terkemuka di masa pra-kemerdekaan Malaya.

Melansir SCMP, Kamis (21/1/2020), kisah Yeap ditulis dalam buku King's Chinese yang ditulis oleh cicitnya, Yeap Daryl Yeap. Dalam buki itu dikisahkan bahwa Yeap awalnya hanyalah seorang tukang cukur yang tidak punya uang dan buta huruf.

"Saya pikir akan lebih masuk akal untuk menulis tentang seluruh komunitas daripada hanya satu orang, jadi buku ini tentang kisah orang-orang Selat Cina yang menggunakan kisah kakek buyut saya sebagai jembatannya," kata Yeap.

Buku itu merinci kehidupan Yeap Chor Ee, dari pernikahannya. Yeap memiliki satu istri di China untuk menjaga rumah leluhur, dan tiga di Penang. Dari keempat istrinya dia memiliki 10 anak.

Sebagai tukang cukur, Yeap gemat menabung. Uang tabungannya itu membuat dia bisa membuka toko bernama Ban Hin Lee. Toko pertamanya itu dia bangun bersama mitra bisnisnya Oei Tiong Ham, seorang pengusaha China terkemuka dari Indonesia.

Bisnisnya itu ternyata berkembang pesat dan memupuk pundi-pundi kekayaan Yeap. Kemudian Yeap mulai masuk ke dunia perbankan dengan mendirikan Ban Hin Lee Bank pada tahun 1918, bank milik lokal pertama di Penang yang melayani masyarakat Cina. Bersama dengan bank-bank berbadan hukum lokal lainnya, ini merupakan awal dari struktur keuangan di Malaya.

Ban Hin Lee Bank sendiri pada tahun 2000 sudah diakuisisi oleh Southern Bank yang merupakan bagian dari rencana konsolidasi perbankan yang diinisiasi pemerintah. Setelah itu bank tersebut bergabung dengan beberapa bank lain untuk membentuk CIMB Group.

Kembali ke kisah Yeap, pada akhir abas ke-19 saerah Penang merupakan kota di sebuah pulau yang pertama kali dijajah oleh Kapten Francis Light untuk British East India Company

Para migran Tiongkok mulai berkumpul secara massal di pulau itu setelah Amerika Serikat menerapkan Undang-Undang Pengecualian Tiongkok pada tahun 1882.

"Saat itu diterapkan konsep ekonomi terbuka, di mana siapa pun dapat membuka bisnis. Tidak ada mata uang standar, orang-orang berdagang dengan mata uang Meksiko, Peru, Jepang," katanya cicit Yeap.

Gelombang migran ini menjadi dasar dari wilayah yang disebut Penang saat ini, dengan mayoritas penduduk Cina. Laki-laki bekerja apa pun yang mereka kuasai, banyak di antaranya sebagai buruh kontrak, sampai mereka dapat membayar utang biaya kepergian mereka dari Tiongkok.

Sementara kaum wanita kurang beruntung, kata Daryl Yeap. Hanya 2% dari migran baru adalah perempuan. Beberapa dijual oleh orangtua mereka, ada juga yang diculik untuk menjadi pelacur di Penang dan di tempat lain.

Nasib perempuan migran saat itu sangat mengkhawatirkan, tapi tidak dengan istri keempat Yeap Chor Ee yang termuda, Lee Cheng Kin. Lee berpendidikan, suatu hal yang jarang bagi wanita pada masa itu.

Pada awalnya, Lee enggan menikahi Yeap Chor Ee yang berusia 30 tahun lebih tua darinya, dia memilih menjadi asistennya karena kemampuannya membaca. Dia akhirnya menjadi ibu pemimpin klan Yeap dan menjaga bisnis dan rumah tangga.

Ketika Yeap Chor Ee mendekati usia 80 tahun, tanah miliknya, termasuk aset properti dan perbankan, diperkirakan bernilai 100 juta dolar Malaysia, setara dengan US$ 463 juta, atau jika dirupiahkan mencapai Rp 6,29 triliun (kurs Rp 13.600).

Kebijakan kewajiban memberikan tanah dilakukan oleh pemerintah Inggris pada tahun 1940 untuk mendanai Perang Dunia Kedua. Hal itu menyebabkan kepanikan besar bagi-bagi orang etnis China saat itu. Harta mereka menjadi rejeki nomplok bagi pemerintah kolonial.

Sebagai tanggapan, Yeap mendirikan dua bangunan perwalian, satu di antaranya rumah keluarga di Penang, Homestead, properti lainnya untuk amal, dan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan anak cucunya.

Dia juga menyumbangkan 250.000 dolar Malaysia untuk mendirikan Universitas Malaya, lembaga pendidikan tinggi pertama yang berstatus universitas di negara itu.

Homestead sendiri merupakan sebutan bagi sebuah rumah besar di tepi laut di sepanjang pantai timur laut Pulau Penang. Rumah itu dipercayakan kepada sebuah yayasan pendidikan pada tahun 2006 dan sekarang menjadi kampus Universitas Terbuka Wawasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar