Selasa, 12 Mei 2020

Jumlah Pasien Sembuh di Indonesia 2.881, Terbanyak ke-2 di ASEAN

 Indonesia pada hari Senin (11/5/2020) mencatatkan penambahan kasus virus Corona COVID-19 sebanyak 233 menjadi 14.265 orang. Dari data tersebut 991 orang meninggal, dan 2.881 dinyatakan sembuh.
"Kasus sembuh meningkat 183 orang sehingga total menjadi 2.881 orang," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona COVID-19, Achmad Yurianto, dalam siaran BNPB pada Senin (11/5/2020).

Penambahan 183 kasus sembuh, membuat Indonesia kini berada di peringkat kedua kesembuhan tertinggi Corona se-ASEAN dengan 2.881 di bawah Malaysia dengan 5.113 orang. Data ini juga menunjukan menggeser Thailand dengan jumlah 2.796 orang.

Sementara itu, jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 terbanyak masih dimiliki Singapura dengan 23.822 kasus, lalu disusul Indonesia sebanyak 14.265 kasus.

Berikut data lima kasus sembuh Corona tertinggi se-ASEAN, dikutip dari Worldometers:

Malaysia 6.726 kasus, sembuh 5.113
Indonesia 14.265 kasus, sembuh 2.881
Thailand 3.015 kasus, sembuh 2.796
Singapura 23.822 kasus, sembuh 2.721
Filipina 11.086 kasus, sembuh 1.999

Sudah Terapkan Jaga Jarak, Kenapa Masih Bisa Terinfeksi Corona?

 Saat ini di Indonesia masih terus menjalankan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sebagai salah satu cara untuk mencegah penyebaran virus Corona COVID-19 semakin meluas.
Tetapi, meski sudah dijalankan masih saja ditemukan banyak kasus positif. Kenapa bisa terjadi?

Para ahli dari empat fasilitas di media San Diego mengatakan ada beberapa alasan kenapa kasus baru masih muncul, meski sudah menjalankan pembatasan. Satu alasan yang paling menonjol adalah orang-orang tidak mematuhi aturan yang ada.

Christian Ramers dari Pusat Kesehatan Keluarga San Diego mengatakan, kasus baru mungkin bisa terjadi di antara individu yang tinggal atau berada dekat dengan orang lain. Selain itu para pekerja yang bisa saja terinfeksi saat bekerja.

"Banyak orang yang tidak sepenuhnya melakukan isolasi diri, terutama mereka yang tinggal di lingkungan yang ramai atau mereka yang masih harus bekerja. Itu mungkin menjadi alasan masih ada yang bisa terinfeksi," kata Ramers yang dikutip dari KPBS News.

Menurutnya, virus itu bisa menyebar ke orang lain dalam rumah tangga. Terutama pada orang-orang yang tidak menunjukkan gejala atau asimptomatik.

Mark Sawyer profesor pediatri klinis UC San Diego juga menunjukkan adanya faktor lain, meskipun sudah melakukan pembatasan dan menggunakan masker. Bisa karena kondisi tubuh yang lemah atau alasan lainnya.

"Ada juga orang yang mungkin sudah mengikuti aturan jaga jarak, tetapi kurang menerapkan aturan mencuci tangan dan menghindari menyentuh permukaan. Kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka," katanya.

Profesor Ini Yakin Virus Corona Bocor dari Lab Wuhan

 Kemungkinan bahwa virus Corona berasal dari laboratorium di Wuhan terus didengungkan, antara lain oleh pemerintah Amerika serikat. Seorang profesor di Australia pun mendukung teori tersebut.
Profesor Clive Hamilton yang terkenal di Negeri Kanguru itu adalah pakar China dan akademisi Australian National University serta Charles Sturt University. Ia menilai asal COVID-19 dari pasar Wuhan meragukan dan lebih cenderung dari laboratorium Wuhan.

Sebab, kasus terawal COVID-19 menurutnya menimpa orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan pasar hewan Wuhan. "Hal ini ditunjukkan oleh studi kualitas tinggi. Jadi, gagasan bahwa virus ini berawal di Desember, akhir Desember, di pasar ini, tidak terukur," cetusnya.

"Satu-satunya penjelasan lain yang masuk akal adalah bahwa virus ini bocor dari Wuhan Institute of Virology," katanya, dikutip detikINET dari Daily Mail.

Ia menyebutkan hipotesis itu justru berawal dari ilmuwan China sendiri dan sempat beredar di internet sebelum mendadak lenyap. Kemudian netizen China sempat mencaritahu tentang seorang wanita yang diduga pasien pertama COVID-19 dan dia bekerja di laboratorium tersebut sebelum hilang.

Pasar Wuhan tersebut letaknya tidak jauh dari Wuhan Institute of Virology, di mana di sana ada riset coronavirus di kelelawar, termasuk kemungkinan dilakukan modifikasi. "Ada potensi virus ini lolos dengan suatu cara," begitu opininya.

Ia mengklaim dua ilmuwan China sempat menulis bahwa coronavirus berasal dari laboratorium tersebut. "Ada hipotesis sangat masuk akal bahwa seseorang terinfeksi di laboratorium, keluar dan mulai menularkan ke orang lain," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar