Minggu, 16 Agustus 2020

5 Cara Ini Bisa Buat Kamu Berhenti Ngorok Saat Tidur

Ketika seseorang tertidur, lidah, mulut, tenggorokan, dan saluran udara menjadi rileks. Akibatnya, saluran pernapasan yang rileks itu bisa bergetar menimbulkan suara mendengkur atau ngorok.
Penyebab mendengkur juga dikaitkan dengan gaya hidup seseorang, seperti merokok, konsumsi alkohol, dan kelebihan berat badan. Faktor lainnya bisa dikarenakan gangguan tidur, seperti sleep apnea, atau posisi tidur, misalnya terlentang.

Mendengkur merupakan masalah tidur normal yang bisa diatasi sendiri. Akan tetapi apabila mendengkur disertai dengan kesulitan bernapas, sakit kepala di pagi hari, bangun dengan keadaan tenggorokan dan mulut kering, serta mengalami tersedak saat tidur, maka kamu harus konsultasi ke dokter.

Berikut tips berhenti mendengkur yang dapat kamu lakukan di rumah, seperti dikutip dari Medical News Today:

1. Mengatur posisi tidur di satu sisi
Seseorang lebih mungkin mendengkur jika mereka tidur telentang karena dapat menyebabkan lidah bergerak ke belakang tenggorokan. Hal ini membuat pernapasan menjadi lebih sulit, sehingga menyebabkan getaran mendengkur.

Tidur di satu sisi memungkinkan udara mengalir lebih lancar, sehingga mengurangi getaran. Cara ini dapat mengecilkan, bahkan menghentikan suara dengkuran.

2. Berhenti merokok
Selain membahayakan kesehatan secara keseluruhan, merokok dapat mengiritasi saluran udara, sehingga berpotensi memperparah dengkuran.

Berhenti merokok bisa menjadi salah satu upaya mengurangi, bahkan menghilangkan dengkuran.

3. Menambah bantal kepala
Menambah bantal kepala dapat membuat posisi kepalamu lebih tinggi. Hal ini dapat membantu membuka saluran udara, sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan dengkuran.

4. Menurunkan berat badan
Orang yang kelebihan berat badan lebih cenderung mendengkur. Jaringan lemak dan otot yang buruk, terutama di sekitar tenggorokan, sangat berkontribusi dalam membuat dengkuran.

Makan dengan kalori terkontrol, melakukan diet sehat, dan olahraga teratur adalah cara terbaik untuk menurunkan berat badan.

5. Tidak mengkonsumsi alkohol sebelum tidur
Konsumsi alkohol dalam jumlah banyak dapat melemaskan otot tenggorokan. Saat otot-otot rileks, mereka lebih cenderung bergetar.

Menghindari alkohol sebelum tidur dapat mengurangi atau menghentikan dengkuran

Nyeri Pinggang Sering Disepelekan, Hati-hati Gejala Awal Penyakit Autoimun

 Sakit pinggang biasanya disepelekan oleh penderita dan mengira akan sembuh dengan sendirinya. Padahal, sakit pinggang bisa jadi gejala awal penyakit autoimun ankylosing spondylitis (AS).
Ankylosing Spondylitis merupakan gangguan imun atau penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan yang sehat sehingga menyebabkan peradangan (artritis) pada sendi tulang belakang.

Laniyati Hamijoyo selaku dokter ahli penyakit dalam bagian penyakit rematik dan autoimun mengungkapkan, berdasarkan penelitian 70 persen populasi dunia yang pernah mengeluhkan nyeri pinggang pada bagian bawah tidak menyadari bahwa ini gejala awal dari penyakit AS. Diketahui kondisi ini memiliki prevalensi 0,2 persen di Asia Tenggara.

"Penyakit ini dapat membuat ruas tulang belakang menyatu, sehingga penderita sulit bergerak, menjadi bungkuk dan mengalami kesulitan bernapas," ujar Lani dalam webinar Novartis dan Phase Academia Klinik, Sabtu (15/8/2020).

AS merupakan salah satu penyakit rematik inflamasi (inflammatory rheumatic) yang terkait dengan gen HLA-B27, yaitu gen kuat yang meningkatkan risiko beberapa penyakit rematik.

Lani mengatakan, seseorang yang mengeluhkan sakit pinggang tanpa disebabkan oleh pekerjaan, aktivitas, atau cedera tertentu jadi diagnosa awal nyeri pinggang autoimun. Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya gen HLA-B27 adalah dengan pemeriksaan darah di laboratorium.

"Kebanyakan pasien AS tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit tersebut. Biasanya mereka baru mengetahui dan memeriksakan diri setelah rasa sakit yang semakin menjadi, seperti rasa sakit yang terus menerus hingga gangguan fungsi gerak tubuh," jelas Lani.

"Hal ini biasanya terjadi beberapa tahun setelah pasien merasakan gejala awal. Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat berperan penting dalam memperbaiki gejala (terutama rasa nyeri), fungsi gerak dan kualitas hidup pasien," tambahnya.

Selain terjadi pada pinggang, pasien dengan AS biasanya juga mengalami gejala seperti peradangan (rasa sakit, dan kekakuan) di bagian bahu, pinggul, atau tumit. Kadang disertai pula dengan kondisi mudah lelah dan kehilangan energi untuk beraktivitas.

Pria memiliki peluang lebih tinggi menderita AS dibandingkan wanita, umumnya gejalanya mulai timbul pada usia 15-45 tahun.

Lani memaparkan ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk penderita AS.
https://nonton08.com/miracles-from-heaven/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar