Sabtu, 11 Januari 2020

Danau Rawapening, Mau Gitu-gitu Aja?

Rawapening di Semarang menjadi salah satu 15 danau prioritas destinasi pariwisata. Mengalami penurunan kualitas, apakah langkah penyelamatannya?

Keindahan Danau Rawapening menjadikan tempat ini sebagai salah satu tempat wisata di Semarang yang menjadi unggulan Jawa Tengah. Teeletak di Ambarawa, Semarang, Rawapening menjadi salah satu dari 15 danau prioritas destinasi pariwisata Indonesia.

Panorama yang suguhkan oleh Rawapening tak perlu diragukan lagi. Namun masalah seperti melimpahnya eceng gondok juga menjadi hal yang harus diatasi.

Melalui Seminar Pengembangan 15 Danau Priositas Sebagai Destinasi Pariwisata, di Hotel Dafam Teraskita, Jakarta, Rabu (17/7/2019), Naswardi, Kabid Danau Situ dan Embung Direktorat Bendungan Ditjen Sumber Daya Air, juga ikut memberikan informasi tentang Rawapening di Semarang.

Naswardi menjelaskan bahwa danau dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu badan danau dan sempadan. Badan danau adalah area tampungan air danau.

Sedangkan sempadan adalah area pinggir danau di atas air. Di area sempadan inilah yang jadi tempat aktivitas manusia.

Banyak yang tidak tahu bahwa sempedan ini seringkali terjadi karena sedimentasi. Aktivitas di area sempedan rupanya mengganggu keberlangsungan danau.

"Salah satu danau yang mengalami pendangkalan adalah Rawapening. Dulu 15 meter kedalaman, sekarang hanya 3 meter," kata Naswardi.

Rawapening mengalami pengangkatan tanah karena sedimentasi. Melihat hal ini, banyak warga Rawapening yang melakukan pertanian di area tersebut.

"Hal ini mengganggu keberlangsungan danau, karena area yang digunakan untuk bertani adalah sempedan. Sempedan menjadi tempat penyimpanan air," tambah Naswardi.

"Untuk itu kita adakan revitalisasi danau," ungkap Nur Hygiawiati Rahayu, mewakili Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air.

Salah satu cara yang kini dilakukan adalah dengan memanfaatkan eceng gondok sebagai biogas dan suvenir. Eceng gondok akan diolah menjadi suvenir berupa kripik atau makanan lainnya.

"Bukan cuma makanan, eceng gondok juga menjadi tikar dan anyaman. Karena pembersihan eceng gondok dengan pengangkatan hanya bertahan sebentar karena akar yang tertinggal di dalam danau," tutur Prof Winarni D Monoarfa, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bidang Hubungan Antar Lembaga Pusat dan Daerah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Jadi, Rawapening mau gitu-gitu aja nih?

Kabar Bahagia dari Danau Toba

Ada kabar menggembirakan dari Danau Toba. Kawasan danau indah ini bakal jadi destinasi kelas dunia yang semakin eksotis.

Pengembangan kawasan Danau Toba terus dilakukan hingga tenggat akhir pada tahun 2020. Dalam Seminar Pengembangan 15 Danau Prioritas Sebagai Destinasi Pariwisata, di Hotel Dafam Teraskita, Jakarta, Rabu (17/7/2019) Danau Toba memberikan beberapa kemajuan.

"Danau Toba sedang dirintis dengan nomadic tourism, ada glamping dan karavan," ujar Dadang Rizki Rahmat, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kemenpar.

Dadang menambahkan bahwa glamping menjadi salah satu cara bagi suatu destinasi agar cepat berkembang. Lagi, konsep glamping ini tidak memakan waktu lama untuk pembangunan.

"Isinya glamping lebih bagus. Semoga diikuti oleh danau-danau prioritas lainnya," ungkap Dadang.

Naswardi, Kabid Danau Situ dan Embung Direktorat Bendungan Ditjen Sumber Daya Air, juga ikut memberikan informasi terkait pengembangan Danau Toba.

"Untuk mendukung pariwisata, Danau Toba melakukan pelebaran alur. Nantinya kapal besar bisa mengelilingi Danau Toba. Lalu ada penambahan jembatan," papar Naswardi.

Selain itu, Kemenpar dan beberapa kementerian terkait juga melakukan langkah besar untuk kemajuan Danau Toba. Saat ini, Kemenpar sudah menyarankan nama Danau Toba sebagai salah satu UNESCO Global Geopark Dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar