Kamis, 09 Januari 2020

Menggapai Puncak Tertinggi di Bali

Mendaki gunung tertinggi di Bali pastinya meninggalkan cerita tersendiri. Inilah kisah pengalaman mendaki Gunung Agung yang tak terlupakan.

Kali ini saya ingin berbagi cerita pengalaman seru di Bali. Bali merupakan destinasi favorit bagi para wisatawan dan pastinya banyak cerita atau pengalaman berlibur di Bali. Selain banyak pantai yang eksotis serta banyak Pura yang bagus, Bali memiliki titik tertinggi yaitu Gunung Agung.

Kami bertiga berencana ke Bali dikarenakan ada salah satu rekan kami yang mendapatkan job di Bali dan kami diajak untuk menemaninya. Awalnya tidak terpikirkan bagi kami untuk mendaki gunung, karena yang terlintas di pikiran kami adalah berwisata di pantai dan mungkin menyelam.

Namun suatu hari ada seorang rekanan di Bali yang mengetahui bahwa kami akan ke Bali dan memberikan ide untuk mendaki ke Gunung Agung. Dan kami pun langsung menyetujui ide tersebut.

Saat kami mau melakukan packing ternyata perlengkapan mendaki kami masih dipinjam, alhasil kami langsung membatalkan niat untuk mendaki Gunung Agung tetapi berwisata ke Bali tetap berlanjut. Waktu tempuh Surabaya-Bali -/+ 12 jam naik mobil. Setibanya di Bali rekanan kami pun menelpon dan menanyakan lokasi kami.

Kami lupa memberitahu bahwa mendaki gunung urung dilakukan karena keterbatasan alat. Namun rekanan kami tetap ngotot untuk mendaki gunung (sudah meluangkan waktu untuk kami) dan seketika itu juga kami langsung panik untuk mencari perlengkapan seadanya. Di Bali kami menginap semalam di daerah Kuta baru esoknya kami lanjutkan perjalanan ke Karangasem Bali Utara setelah job selesai.

Rekanan kami memiliki hotel di Karangasem sehingga dia menyuruh kami untuk menginap di sana. Selain itu Gunung Agung juga terletak di daerah Bali Utara. Selama perjalanan menuju Karangasem kami berhenti ke Pasar Sukawati untuk membeli selendang agar kami tetap hangat saat mendaki gunung mengingat kami tidak membawa perlengkapan mendaki.

Setibanya di hotel kami dijamu setelahnya kami berkeliling di daerah Karangasem untuk mencari senter. Karangasem ini merupakan daerah yang jauh dari hinar binar kota sehingga agak sulit untuk mencari minimarket saat itu. Tepat pukul 12 malam kami memulai perjalanan ke Gunung Agung dengan perlengkapan seadanya.

Tiba di pos parkir di daerah Pura Besakih dan pukul 2 subuh kami melakukan pendakian. Sepanjang perjalanan kami bertemu dengan beberapa pendaki, kami kira hanya kami saja yang mendaki.

Jalur pendakian cukup berat karena jalurnya menanjak terus meskipun ada sedikit bonus. Sayang kami tidak bisa menikmati matahari terbit di puncak. Saat matahari terbit kami masih berada di tengah-tengah jalur menuju puncak. Dan tepat pukul 8 pagi kami baru tiba di puncak. Dan boooooommm... Rasa lelah kami terbayarkan.

Walaupun tidak bisa menikmati matahari terbit di puncak setidaknya kami tetap bisa melihat keindahan pemandangan di atas ini. Bisa dikatakan inilah negeri di atas awan!

Selain itu banyak monyet di puncak ini serta ada pula sesajen dari warga sekitar. Tak lupa kami mengabadikan momen ini dan menikmati pemandangan di sekitar kami. Disini pula kami bisa melihat Gunung Rinjani.

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat dan kami pun harus kembali ke titik poin awal. Sekitar jam 9 pagi kami pun turun dari puncak. Waktu kami turun kami hampir tersesat dan beruntung kami langsung menyadarinya.

Jam 3 sore akhirnya kami tiba di Pura Besakih dan langsung kembali ke hotel. Ini merupakan pengalaman yang tak akan terlupakan, karena pertama kalinya bagi kami untuk mendaki dengan peralatan seadanya dan juga pendakian yang langsung kembali tanpa berkemah. Sekian sharing pengalaman mendaki di Gunung Agung.

Melihat Rumah Bolon yang Khas dari Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara tidak hanya terkenal dengan Danau Toba, namun juga aneka ragam budaya. Yang paling menarik tentu saja Rumah Bolon yang bentuknya khas.

Daya tarik wisata di Sumatera Utara antara lain tempat perlindungan gajah sumatera di Tangkahan, rumah orang utan di Bukit Lawang, Istana Maimun yang merupakan kediaman raja-raja Melayu Deli di kota Medan, dan bangunan rumah ibadah dari masjid, gereja, vihara dan lainnya.

Bagi yang menyukai arsitektur, jangan sampai lupa mengunjungi desa-desa tradisional yang ada di sana dan melihat gaya bangunan rumah yang ada disana. Saat berkunjung ke Sumatera Utara kami mengunjungi rumah Bolon. Lokasinya tidak jauh dari air terjun Sipiso-piso yang terkenal sebagai air terjun tertinggi di Pulau Sumatera.

Hanya diperlukan berkendara selama 2 jam untuk tiba di Rumah Bolon. Rumah Bolon berlokasi di Kecamatan Purba, Simalungun sebagai kawasan wisata Rumah Bolon bisa dikatakan cukup terawat selain papan penunjuk arah yang ada di sepanjang jalan jalan menuju ke sana juga cukup bagus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar