Di hari kedua kami kembali ke kota tua Yerusalem untuk memasuki Al Aqsha. Informasi yang didapat oleh guide lokal kami bahwa otoritas Israel akan membuka jalan di Yerusalem yang menuju kota tua pada sekitar pukul 2 siang. Namun, ternyata mundur menjadi jam 6 sore.
Masuk melalui gerbang Dung (Dung gate) dan kami harus mengantre untuk pemeriksaan keamanan. Pemeriksaan dan penjagaan di gerbang masuk kota tua Yerusalem sangat ketat. Satu per satu pengunjung diperiksa dan diharuskan membuka tas yang dibawa untuk diperiksa.
Saat berjalan menuju kubah Shakhrah kami melewati dinding ratapan tempat kaum Yahudi berdoa. Di sekitar dinding ratapan, pengunjung tidak diperbolehkan untuk memotret dan bagi yang tidak berkepentingan untuk berdoa di dinding ratapan diharuskan untuk terus berjalan.
Sholat Maghrib berjamaah pun terlewat karena lamanya pemeriksaan dan cukup jauh lokasi Al Aqsha dari gerbang Dung tempat kami masuk. Kami berkesempatan melakukan sholat Maghrib di dalam kubah Shakhrah, yang lebih dikenal dengan sebutan dome of the rock.
Kubah berwarna kuning emas yang di dalamnya terdapat batu gantung yang bagi umat Muslim batu tersebut diyakini sebagai tempat berpijak Nabi Muhammad saw saat naik ke sidratul muntaha dan bagi umat Yahudi batu tersebut diyakini sebagai tempat Nabi Ibrahim melakukan qurban atas perintah Tuhan.
Al Aqsha adalah tempat suci ketiga di dunia bagi umat Muslim setelah Kakbah di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Di Al Aqsha Nabi Muhammad melakukan Isra Miraj, perjalanan dari Mekkah ke Yerusalem dan kemudian menuju sidratul muntaha.
Non Muslim menyebut Haram Esh-Sharif (Al Aqsha) dengan nama temple mount (bukit kuil) karena umat Yahudi meyakini bahwa di bawah kubah Shakhrah terdapat kuil pertama yang dibangun oleh Raja Solomon (Nabi Sulaiman).Â
Selesai sholat Maghrib, kami berkeliling disekitar Al Aqsha sambil menunggu waktu sholat Isya. Dan saat adzan Isya berkumandang, kami bergegas menuju mesjid Al Qibli dengan kubah berwarna hitam. Mesjid Al Qibli merupakan arah sholat (kiblat) pertama umat Muslim sebelum dipindah ke Kakbah di Mekkah.
Kami melewati gerbang yang berbeda saat pulang. Kali ini kami melalui gerbang singa (Lion's gate) karena di gerbang ini terdapat 4 patung singa dimana menuju gerbang ini kami melewati gereja St. Anne yang diyakini dahulu sebagai rumah dimana Siti Maryam tinggal.
Hari berikutnya kami kembali lagi Haram Esh-Sharif untuk sholat di mesjid. Kali ini kami masuk melalui gerbang Jaffa (Jaffa gate) yang merupakan gerbang utama masuk ke Haram Esh-Sharif dan melalui jalan kecil aiantara pertokoan di sepanjang jalan menuju Al Aqsha. Tidak ada pemeriksaan satu per satu di gerbang ini. Karena masih dalam perayaan keagamaan, sepanjang jalan penuh sesak dengan para peziarah dan rawan untuk terpisah dari rombongan. Dan rombongan kami dihimbau oleh guide untuk selalu berjalan bersama-sama dan tidak berbelanja atupun membeli makanan sepanjang jalan agar tidak terpisah.
Berbeda dengan para wanita di banyak negara Timur Tengah yang berpakaian gamis berwarna hitam dan bercadar, di Palestina para wanita berpakaian dan berhijab dengan berbagai model dan warna serta wajah terlihat.
Pada saat sholat Jumat, jamaah wanita sholat di dalam kubah Shakhrah sedangkan jamaah pria sholat di dalam mesjid Al Qibli. Khutbah Jumat diselingi sholat sunnah berjamaah. Sholat Jumat dilakukan setelah selesai kutbah dan dilanjutkan dengan sholat jenazah.
Kejutan pada saat kami selesai sholat Jumat dan rombongan kami keluar dari kubah Shakhrah dan mesjid Al Qibli adalah kedatangan Imam Masjid Al Aqsha, Sheikh Ali Al Abbasi yang berkenan untuk menemui kami serta mendoakan hal-hal baik bagi kami, rakyat Indonesia dan Indonesia, negara kami.
Di kota tua Yerusalem terlihat beberapa kelompok tentara Israel dengan bersenjata menyebar di berbagai tempat. Namun selama tidak melanggar aturan seperti tidak mengambil foto di tempat-tempat tertentu dan tidak memasuki wilayah-wilayah yang dilarang, kita dapat masuk dan beribadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar