Kamis, 23 Januari 2020

Waduh! Turis Wanita Ini Kehilangan Kamera Berisi Foto Privatnya

Kamera seringkali jadi alat andalan untuk merekam momen traveling. Hanya jadi masalah kalau kamera hilang seperti turis ini. Apalagi banyak foto privat.

Kejadian tak diinginkan dialami seorang turis wanita asal Prancis bernama Lily Mika (26). Dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Senin (3/6/2019), ia tak sengaja meninggalkan kameranya di sebuah rest area saat tengah liburan ke SKotlandia seperti diberitakan media The Fox.

Mendapati kameranya tertinggal, Lily berinisiatif meminta bantuan dari segenap warganet. Ia berharap ada orang yang menemukan kameranya dan segera mengembalikannya. Soalnya, kamera itu menyimpan banyak foto topless dirinya yang ditujukan untuk sebuah proyek seni.

"Saya mengambil foto artistik topless di destinasi indah yang saya kunjungi," ujar Lily seperti diberitakan media SWNS.

Dijelaskan, Lily bertujuan untuk membuat sebuah buku berisi foto topless dirinya di destinasi indah. Walau terdengar tak biasa, tapi tujuannya adalah untuk seni hingga meningkatkkan kesadaran akan penyakit kanker payudara.

Lily pun mengatakan, bahwa ia tak terlalu peduli akan harga kamera yang hilang melainkan isi dari kameranya tersebut.

"Saya percaya akan kebaikan orang Skotlandia, bahwa sekiranya orang yang menemukan kamera tersebut akan mengembalikannya pada saya," harap Lily.

Perjalanan Spiritual di Haram Esh-Sharif

Mengunjungi kota tua Yerusalem, sempatkan beribadah di masjid yang terdapat di kompleks Haram Esh-Sharif atau yang dikenal Al Aqsha di Palestina. Syahdu.
Sehari sebelumnya saya dan rombongan tour gagal memasuki kota tua Yerusalem tempat terdapat Haram Esh-Sharif atau yang lebih dikenal dengan kompleks Al Aqsha yang terdiri dari mesjid Al Qibli dan Kubah Sakhrakh. Hal ini dikarenakan semua jalan di Yerusalem yang menuju kota tua di tutup. Penutupan jalan ini dikarenakan adanya perayaan agama kaum Yahudi dan Nasrani yang menyebabkan kemacetan di jalan raya dan penuhnya kota tua Yerusalem.

Walhasil di hari pertama kami hanya bisa melihat Haram Esh-Sharif dari kejauhan, tepatnya dari bukit zaitun. Selain Al Aqsha, di kota tua Yerusalem juga terdapat tempat ibadah umat agama lain, seperti dinding ratapan bagi kaum Yahudi dan gereja Makam Kudus Golgotha bagi umat Nasrani.

Imbas dari adanya beberapa perayaan keagamaan tersebut, hotel-hotel di Yerusalem terlebih yang dekat dengan kota tua Yerusalem pun menjadi penuh. Kami pun menginap di hotel yang belokasi di Bethlehem. Cukup jauh dari Haram Esh-Sharif sehingga tidak memungkinkan bagi kami untuk lebih sering melaksanakan sholat wajib di Al Aqsha.

Di hari kedua kami kembali ke kota tua Yerusalem untuk memasuki Al Aqsha. Informasi yang didapat oleh guide lokal kami bahwa otoritas Israel akan membuka jalan di Yerusalem yang menuju kota tua pada sekitar pukul 2 siang. Namun, ternyata mundur menjadi jam 6 sore.

Masuk melalui gerbang Dung (Dung gate) dan kami harus mengantre untuk pemeriksaan keamanan. Pemeriksaan dan penjagaan di gerbang masuk kota tua Yerusalem sangat ketat. Satu per satu pengunjung diperiksa dan diharuskan membuka tas yang dibawa untuk diperiksa.

Saat berjalan menuju kubah Shakhrah kami melewati dinding ratapan tempat kaum Yahudi berdoa. Di sekitar dinding ratapan, pengunjung tidak diperbolehkan untuk memotret dan bagi yang tidak berkepentingan untuk berdoa di dinding ratapan diharuskan untuk terus berjalan.

Sholat Maghrib berjamaah pun terlewat karena lamanya pemeriksaan dan cukup jauh lokasi Al Aqsha dari gerbang Dung tempat kami masuk. Kami berkesempatan melakukan sholat Maghrib di dalam kubah Shakhrah, yang lebih dikenal dengan sebutan dome of the rock.

Kubah berwarna kuning emas yang di dalamnya terdapat batu gantung yang bagi umat Muslim batu tersebut diyakini sebagai tempat berpijak Nabi Muhammad saw saat naik ke sidratul muntaha dan bagi umat Yahudi batu tersebut diyakini sebagai tempat Nabi Ibrahim melakukan qurban atas perintah Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar