Jumat, 14 Februari 2020

Fenomena Pusaran Air, Tantangan bagi Pelaut Labuan Bajo

Di balik alam baharinya yang indah, Labuan Bajo menyimpan fenomena alam berupa pusaran air. Meski unik, jangan dianggap remeh, karena fenomena ini cukup berisiko dan dapat menimbulkan bahaya, lho!

Pusaran air terjadi karena pertemuan arus laut dari beberapa celah pulau (selat) yang mengakibatkan arus putaran dan memiliki daya hisap ke dasar laut. Fenomena ini menjadi tantangan bagi para pelaut.

Pengalaman terkena pusaran air laut pun dirasakan detikTravel saat perjalanan dari Pulau Komodo ke Pulau Messah. Siang itu kapal yang kami tumpangi sedikit terguncang.

"Nah itu tadi kan sempat begini (memperagakan gestur guncangan dengan telapak tangan), tapi masih kecil," kata Nahkoda Kapal Bahtera Seva II, Markus Balo Mony, Kamis (28/2/2019) lalu.

Beruntung pusaran air yang dilewati kapal kami masih tergolong kecil sehingga aman dilalui. Hanya saja efek guncangannya cukup terasa.

Pengalaman yang lebih menegangkan sempat dialami sang kapten tahun lalu. Waktu itu kejadiannya pagi sekitar bulan April. Awalnya ia penasaran karena melihat air laut yang seperti mendidih.

"Saya pikir air kok mendidih, padahal bukan mendidih, saya coba terobos, (malah) ketarik," kata Markus.

Bukan hanya sang kapten yang penasaran. Kepala Kamar Mesin (KKM) pun ikut mencari tahu fenomena yang terjadi. Awalnya timbulan air laut tersebut dikiranya gelembung udara ikan paus.

"Awalnya KKM bilang ikan paus. Begitu dia dekati ternyata begitu muncul ke atas, pusaran air," lanjutnya.

"Itu kalau dari atas kapal saya perkirakan gelembung udaranya saja sebesar drum," paparnya.

Menurut pengalamannya, pusaran air tersebut dapat menyedot benda di atas permukaan laut. Bentuk pusarannya seperti angin puting beliung, hanya saja memiliki daya hisap ke bawah.

Meski berbahaya, dia sendiri heran karena ada saja wisatawan asing yang tertarik menyelam di air yang ada pusarannya.

"Bule-bule kalau diving itu malah cari yang ada pusarannya. Mungkin mereka merasa tertantang. Kalau kita cari yang teduh," ucapnya sembari tersenyum.

Dia sendiri menduga beberapa kejadian korban tenggelam yang tidak diketemukan diakibatkan oleh pusaran air. Sebab benda yang tersedot pusarannya akan terbawa arus dan sulit diketahui titik akhirnya.

"Kalo angin ujungnya di atas kalau pusaran air ujungnya ke bawah jadi narik. Makanya rata-rata wisatawan yang hilang di sini kena pusaran itu. Jangankan orangnya, bangkai kapalnya pun kalau kena tidak ketemu. Karena arusnya tidak diketahui. Tidak semua di situ, arahnya ke sana," papar Markus.

Fenomena pusaran air di Labuan Bajo kerap terjadi di antara Pulau Padar, Pulau Rinca, Pulau Komodo, dan Pulau Sembilan.

Menurut Markus pusaran air sulit terdeteksi alat navigasi, namun bisa diperkirakan. Oleh karena itu sebagian pelaut di Labuan Bajo yang sudah berpengalaman pasti akan tahu dan menghindarinya.

Sekadar informasi, Kapal Bahtera II yang kami tumpangi merupakan layanan bank terapung yang dihadirkan Bank BRI melalui Teras BRI Kapal Bahtera Seva. Selain di Labuan Bajo, bank terapung juga hadir di Kepulauan Seribu dan Halmahera Selatan. Baca berita lainnya mengenai Teras BRI Kapal Bahtera Seva di Ekspedisi Bahtera Seva.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar