Senin, 24 Februari 2020

Renovasi Jalur Wisata Bromo, Probolinggo Gandeng Australia

 Jalur wisata ke Bromo di Probolinggo akan diperbaiki demi kenyamanan wisatawan. Pemkab menggandeng Australia untuk mengerjakannya.

Sekitar akhir Maret mendatang jalur wisata, mulai Kecamatan Tongas hingga Cemoro Lawang, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, akan segera direnovasi Pemkab Probolinggo bersama Australia. Dana untuk renovasi sepanjang 39 km ini adalah Rp 159 miliar.

Proyek ini akan makan waktu 3 tahun dan dimulai akhir Maret 2019 mendatang. Dihubungi via ponsel, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kabupaten Probolinggo, Prijono mengatakan, realisasi renovasi jalan sendiri akan menggunakan sistem reimburse atau ditanggung dulu oleh Pemkab Probolinggo menggunakan dana APBD, baru nanti 40 dana diganti Australia setelah proyek selesai.

"Untuk biaya renovasi jalan kita kucurkan dahulu, baru setelah selesai digarap, pemerintah Australia akan menggantinya," jelas Prijono, Jumat (22/02/19).

Prijono menjelaskan, renovasi jalan sendiri tak cuma perbaikan konstruksi bangunan, akan tetapi juga kelengkapan keamanan pengguna jalan. Seperti konstruksi jalan menggunakan hotmix, adanya pembatas jalan, sistem drainase yang baik, adanya marka sekaligus lampu penerangan.

Diharapkan adanya renovasi jalan ini, turut mendukung program pemerintah dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Probolinggo. Utamanya para wisatawan lokal maupun domestik, yang hendak berkunjung ke obyek wisata Gunung Bromo.

Ikan Dewa dari Sungai Chao Phraya, Bangkok

Sungai Chao Phraya membentang 372 kilometer di Thailand. Di dalamnya, hidup ikan yang didewakan dan tidak dipancing.

Jika berwisata ke Thailand, tepatnya Bangkok, umumnya wisatawan tidak bakal melewatkan atraksi yang satu ini. Yakni berkeliling Sungai Chao Phraya dengan perahu. Salah satu keseruannya adalah memberi makan ikan patin yang dianggap dewa.

detikTravel sempat berkunjung ke sana beberapa waktu lalu. Ditemani oleh seorang tour guide asal Thailand berbahasa Indonesia, Anda. Ia memandu kami berkeliling Sungai Chao Phraya, sambil bercerita.

Sungainya memang tidak bening, malah keruh. Sungai pun sedikit berombak, namun menikmatinya sambil melihat pemandangan sekitar dan aneka kuil indah tentu bukan masalah.

"Dulu, belum ada jalan yang bagus di Thailand. Semua transportasi pakainya perahu. Rumah-rumah juga biasanya di atas air," ujar Anda.

Anda pun menambahkan, bahwa umumnya Sungai Chao Phraya dihidupi oleh ribuan ikan patin. Apalagi dekat aneka kuil. Masyarakat percaya, Ikan Patin merupakan keramat dan titisan dewa, sehingga haram untuk dipancing bahkan dimakan.

"Di sini, tidak boleh memancing atau mengambil ikan patin. Kami anggap di sini dewa, jadi di sini ikannya besar-besar," kata Anda.

Anda pun menambahkan, ikan patin juga dianggap membawa keberuntungan.

"Mereka (ikan patin) juga membawa keberuntungan. Ada juga ikan patin putih jarang ditemui," katanya sambil melempar sobekan roti ke ikan patin.

Biasanya, kapal wisata yang disewakan kepada wisatawan juga menjual roti untuk memberi makan ikan patin. Traveler bisa membelinya seharga 10 Baht, atau sekitar Rp 10 ribu.

Ada konsekuensi jika seseorang berani memancing atau memakan ikan patin di sungai ini. Konon, mereka akan tertimpa musibah atau bencana yang besar.

"Kalau berani ambil di sini, nanti bisa dapat musibah atau masalah besar setelah itu," katanya.

Umumnya, di Sungai Chao Phraya juga tumbuh tanaman eceng gondok. Kata Anda, Eceng gondok ini dulu dibawa raja ke-5 Thailand dari Indonesia, bersama asam Jawa.

"Eceng gondok ini dulu dibawa dari Indonesia sama Raja ke-5, lalu ditanam dan sekarang banyak tumbuh di sungai-sungai. Sama asam jawa, tapi karena orang Thailand pintar pertanian, rasanya tidak asam," ujarnya.

Jika traveler ingin berkunjung ke Chao Phraya dan menikmati Boat Tour, bisa menyewa dengan harga 200 Baht/orang. Jika dirupiahkan, sekitar Rp 80 ribu. Traveler bisa berkeliling sungai dan kuil-kuil di sekitarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar