Selasa, 18 Februari 2020

Tual, Lukisan Tuhan dari Indonesia Timur (4)

Pulau Adranan

Tak jauh dari Pulau Bair, untuk mencapai Pulau Adranan diperlukan waktu sekitar 30 menit dari Pulau Bair. Berbeda dengan Pulau Bair, Pulau Adranan merupakan pulau tak berpenduduk yang mempunyai pasir yang berwarna putih, sebagian wilayahnya masih diisi oleh hutan bakau. Walaupun tidak terlalu luas, kami puas bermain-main air disini.

Lagi lagi jangan ditanyakan lagi bagaimana jernihnya air laut di Pulau Adranan ini, bahkan terlihat seperti terdapat garis cakrawala antara air yang berwarna biru dan air yang berwarna hijau. Umumnya air yang berwarna hijau itu dangkal, dan bawahnya berpasir.

Jadi, kami bisa bermain air disini, bahkan kami tak perlu pikir panjang untuk berguling-guling di atas pasir, karena pasirnya pun bersih dan berwarna putih. Tetapi, Pulau Adranan bukanlah pulau yang dikelola oleh pemerintah setempat, pengunjung pun mungkin tak banyak yang tahu keberadaan pulau ini, layaknya Private Island gitu.

Pantai Pasir Panjang

Pantai Pasir Panjang juga merupakan destinasi wisata yang menarik di Tual. Kabarnya, pasir di pantai ini merupakan pasir pantai terhalus nomor dua di dunia. Siapapun yang datang kesini, tak akan menyesal dibuatnya.

Pantai yang sangat halus, bersih dan berwarna putih dipadukan dengan air laut yang hijau bening, membuat tempat ini ramai dikunjungi para wisatawan. Di sepanjang pesisir pantai, pohon kelapa berjajar sembari melambai-lambaikan daunnya. Tidak hanya berenang, kami di sini juga goyang Tobela dan Nona Kei Ratu bersama para wisatawan lainnya.

Berbeda dengan Pantai Pasir Panjang, Pantai Ngurtafur yang bisa dikunjungi dengan menyebrang dari Pantai Pasir Panjang mempunyai sensasi dan pemandangan luar biasa. Pantai yang terdapat di tengah-tengah laut ini, mempunyai pasir timbul yang mengarah ke tengah laut sepanjang dua kilometer. Jika dilihat dari atas atau dari kejauhan, pantai ini seperti ular putih yang sedang melekuk-lekuk. Ah rasanya tidak ada kata yang dapat mewakili keindahannya.

Embal

Masih banyak lagi destinasi pantai di Tual yang bisa dikunjungi, tentunya setiap pantai mempunyai keunikan masing-masing. Sayangnya di Tual tidak ada souvernir khas yang bisa dibawa pulang. Akan tetapi, Akar bahar , gelang-gelangan, gantungan kunci juga bisa menjadi alternatif pilihan oleh-oleh untuk kerabat di rumah.

Berbicara soal kuliner khas Tual, terdapat makanan-makanan lokal yang masih sering diolah oleh masyarakat. Ialah Embal, makanan khas yang terbuat dari perasan sari singkong kasbi. Embal memiliki tekstur yang keras, berwarna putih, dan rasa yang tawar.

Sebagai alternatif makanan pokok, biasanya embal dinikmati bersama kuah makanan dan dimakan bersama nasi. Embal juga bisa dinikmati dengan secangkir teh hangat atau kopi di pagi hari. Hampir setiap hari, masyarakat di Tual masih mengkonsumsi makanan tradisional ini. Selain itu, Embal biasanya juga dijual di tempat-tempat wisata di Tual.

Setelah satu bulan  menjelajah Kota Tual, tuntutan kuliah dan pekerjaan membuat kami harus kembali ke Ibukota. Tak seperti berangkat, perjalanan pulang kali ini ditempuh dengan menaiki pesawat.

Kami memilih berangkat dari bandara Pattimura Ambon, jadi kami harus menyebrang dengan kapal terlebih dahulu. Perjalanan udara dari Bandara Pattimura, Ambon ke Cengkareng, Jakarta membutuhkan waktu dua jam, dengan kisaran harga tiket kurang lebih satu juta rupiah.

Akses yang cukup susah dari Tual, tidak membuat kami kesulitan karena #semuaadatiketnya di tiket.com. Jadi, kami bisa booking atau pesen tiket pesawat dari jauh-jauh hari. Selain cepat, naik pesawat juga lebih nyaman dan prosedur keamanannya lebih terjamin.

Selain keamanannya terjamin, pemesanan tiketnya pun mudah diakses, cukup membuka aplikasi tiket.com, terus tinggal pilih maskapai dan jadwal yang sesuai dengan kami. Liburan ? Tiket.com aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar