Kamis, 20 Februari 2020

Waduh, Ada Janda Hidup Sendiri di Pulau Sengketa Korsel-Jepang

 Ada pulau yang disengketakan oleh Korea Selatan dan Jepang. Nah, di pulau itu ada seorang janda yang hidup sendirian. Mau menemani dia?

Melansir CNN Travel +, Jumat (1/3/2019), pada tahun 1991, Kim Sin-yeol dan suaminya membuat keputusan yang tidak biasa untuk pindah ke pulau-pulau terpencil. Lokasi di jantung perselisihan wilayah antara Jepang dan Korea Selatan.

Saat ini dikelola oleh Seoul, Kepulauan Dokdo terletak di Laut Timur, menurut Korea Selatan. Oleh Jepang, menyebutnya dengan Pulau Takeshima yang mengacu pada perairan di sekitarnya sebagai Laut Jepang.

Selama bertahun-tahun, pasangan itu adalah satu-satunya penghuni permanen pulau kecil itu. Sedang keberadaan orang lain, seperti polisi, operator mercusuar dan turis hanya datang dan pergi secara berkala.

Cuaca buruk bisa memutus akses ke pulau-pulau ini dari dunia luar selama berminggu-minggu. Tetapi perairan di sekitarnya kaya ikan dan kepualauan ini bisa diakses selama 4 jam menggunakan kapal feri.

Kim berasal dari Pulau Jeju, bekerja sebagai 'haenyeo' atau pekerja tradisional perempuan sebagai freediver perempuan hingga tahun 2017. Ia berhenti ketika kesehatannya memburuk dan suaminya, Kim Sung-do meninggal Oktober tahun lalu.

"Dia bilang tinggal di Dokdo amat santai. Berada di sana, pikirannya tenang," kata menantunya, Kim Kyung-chul.

Pulau-pulau ini disengketakan karena buruknya hubungan Korsel-Jepang. Hubungannya masih diwarnai sejarah pendudukan Jepang dan penjajahan Semenanjung Korea Selatan di paruh pertama abad ke-20.

Jepang mengatakan Korea Selatan secara ilegal menduduki pulau-pulau ini yang diklaimnya sebagai wilayah kedaulatan sejak abad ke-17. Korea Selatan mengatakan klaimnya atas kepulauan itu atas keyakinan sebagai rumah bagi cadangan gas bawah laut dan berasal dari abad keenam.

Korea Selatan memperkuat kontrolnya atas pulau-pulau itu pada 1950-an. Mereka menempatkan prajurit bersenjata di sana.

Dalam penutupan KTT Antar-Korea 2018 ada makanan penutup dengan peta kepulauan di dalamnya dan Jepang secara resmi menyatakan keberatan dengan dimasukkannya pulau-pulau yang disengketakan ada di peta. Pulau-pulau itu adalah titik api diplomatik baru-baru ini.

Ketika Olimpiade Musim Dingin Korea Selatan berlangsung ada sebuah spanduk dalam upacara pembukaan. Itu menggambarkan mereka sebagai bagian dari Semenanjung Korea.

Bendera diubah setelah protes Jepang. Tetapi pulau-pulau itu muncul kembali berbulan-bulan kemudian sebagai bagian dari bendera Korea Bersatu dalam pertemuan penutup pada jamuan makan malam pertemuan puncak antar-Korea, yang mengarah ke protes formal Jepang.

Meskipun jauh dari kedua negara, pulau-pulau secara geografis lebih dekat ke daratan Korea daripada Jepang. Kepulauan ini juga merupakan tempat wisata di Korea Selatan.

Kembali ke Kim yang sudah berusia 81 tahun, tinggal bersama putrinya Kim Jin-hee di Pohang, di pantai tenggara Korea, sampai renovasi di rumah pulau terpencilnya selesai pada bulan April nanti. Sementara itu, warga Korea lainnya menyatakan minatnya untuk pindah ke pulau-pulau itu untuk memperkuat kepemilikan negara mereka atas wilayah itu.

Pejabat pemerintah setempat mengatakan tidak ada rencana untuk mendorong lebih banyak permukiman di sana. "Hanya ada ruang tinggal untuk satu keluarga saja, (seperti) warga di sana," kata seorang pejabat pemerintah.

Kesehatan Kim menurun, anak perempuan dan menantunya berencana untuk mendaftar sebagai penduduk tetap untuk menemani ibunya. Dengan menggunakan izin usaha yang ia warisi dari ayahnya, anak Kim berencana untuk menjual perangko, sabun dan makanan berbahan dari laut kepada para wisatawan.

Kehadiran keluarga ini lebih dari sekadar peluang bisnis. Korea Selatan memiliki kekuatan di sana atas hal itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar