Kamis, 20 Februari 2020

Kastil di Jepang Dibikin Pakai Telur dan Batu, Percaya? (2)

Di lantai 2, traveler bisa berfoto di salah satu ruangan dengan pakaian Zaman Edo lengkap. Sayang sekali, rombongan media dari Indonesia tidak bisa mencobanya karena waktu.

Kastil ini memiliki tangga yang khas, kecil dan sedikit curam. Sehingga wisatawan harus berhati-hati dan bergantian untuk naik turun.

Matsuyama Castle sendiri dibangun menjadi 4 lantai. Di lantai paling atas, wisatawan bisa melihat langsung keindahan Kota Matsuyama dari 4 sisi.

"Bukan cuma melihat Kota Matsuyama yang indah. Tapi masyarakat di seluruh Matsuyama juga bisa melihat kastil ini," tambah Watanabe.

Batu-batu ini memang dibangun hanya dengan cara ditumpuk. Tapi tidak sembarangan tumpuk. Batu disusun panjang pendek dari arah kanan.

"Saat gempa, ujung bangunan tetap bertahan dan ini jadi bangunan paling stabil. Di total untuk membangun kastil butuh sekitar 203.000 batu sebagai pondasi," jelas Watanabe.

Semilir lembut angin membuat suasana di area kastil ini begitu sejuk. Perjalanan mulai menanjak dengan melewati beberapa gerbang. Tiap melewati gerbang, wisatawan harus naik tangga.

Kok sepertinya menanjak terus?

Memang, Kastil Matsuyama berada di ketinggian. Menurut cerita Watanabe, sang arsitektur, Kato Yoshiaki, memotong 2 gunung tersebut dan membangun kastil ini di atasnya. Hal ini juga jadi alasan dalam pengamanan serangan dari musuh.

Setelah melewati banyak gerbang, wisatawan akan tiba di bagian halaman kastil yang luas. Di area ini begitu banyak pohon plum dan sakura yang masih meranggas. Terbayag cantiknya kalau sudah musim semi.

Tak hanya pepohonan dan area istirahat, di halaman ini pula terdapat sebuah sumur. Sumur ini memiliki kedalaman 44 meter sampai menyentuh permukaan air.

Sumur ini masih berfungsi sampai sekarang. Namun hanya hari-hari tertentu saja wisatawan bisa melihat orang menimba air dari sumur ini.

"Letak sumur ini ditentukan dari potongan pertengahan dua gunung. Airnya tetap ada sampai sekarang, kalau mau lihat ritual pengambilan air bisa datang saat tahun baru," kata dia.

Setelah melewati halaman yang luas, wisatawan diajak masuk ke dalam kastil. Masih melewati beberapa gerbang tanpa pintu atau doorless gate.

Gerbang ini menjadi ciri khas dari peninggalan Zaman Edo. Bahkan doorless gate menjadi properti budaya khas Jepang.

"Tadinya ini gudang, di seberangnya pintu utama. Hanya master dari kastil ini yang boleh lewat. Sekarang tidak digunakan lagi. Wisatawan bisa masuk lewat gudang," ujarnya.

Sebuah gudang dimodifikasi menjadi pintu masuk kastil. Dari sini wisatawan diminta untuk mengganti sepatu dengan sendal yang sudah disediakan. Wisatatawan tak perlu khawatir sepatunya hilang, karena pengelola menyediakan loker. Kunci loker dibawa oleh wisatawan langsung.

Kastil ini dibuat dengan bahan utama kayu. Semua dirawat dengan begitu apik meski telah melewati bencana besar seperti gempa.

Kini ruang-ruang di Kastil Matsuyama dibuka untuk pameran. Benda-benda yang dipamerkan pun bermacam-macam, mulai dari pedang, senapan, baju perang sampai peralatan minum teh.

"Kastil Matsuyama pernah terbakar karena disambar petir. Di sini ada beberapa benda yang masih selamat dan bisa dipamerkan," cerita Watanabe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar