Jumat, 14 Februari 2020

Traveler Bisa Wisata Kuliner di PIM Muara Baru

Pasar Ikan Modern (PIM) Muara Baru bukan cuma tempat berjualan ikan. Pasar ini juga jadi pusat wisata kuliner seafood.

Indonesia kini bangga karena punya Pasar Ikan Modern (PIM) Muara Baru yang disebut mirip dengan Tsukiji, Jepang. Pasar ini hadir dengan konsep yang lebih tertata dan modern.

Bangunan pasar terbagi ke dalam dua area yaitu lahan basah dan kering. Lahan basah berada di lantai 1, sedangkan lahan kering di lantai 2.

Kawasan lahan basah jadi tempat wisatasan atau pengunjung membeli ikan. Seperti namanya, area di lantai 1 ini memang basah dan difungsikan untuk transaksi jual beli ikan.

Sistem pembeliannya pun sama dengan pasar induk. Wisatawan bisa membeli ikan dengan berat timbangan minimal satu kilo. Mulai dari udang, cumi, ikan bawal, pari, marlin sampai kakap tersedia di PIM Muara Baru.

PIM Muara Baru juga membuka food court yang jadi pusat wisata kuliner di lantai 2 outdoor. Di sini lah wisatawan bisa memasak hasil belanja dari lantai 1.

Tenang saja, bukan Anda yang langsung memasak kok. Wisatawan bisa menggunakan jasa memasak yang ada di gerai food court. Untuk per kilonya, traveler akan dikenakan harga Rp 25.000. Bisa pilih juga metode memasaknya, mau dibakar atau digoreng.

Di food court ini juga tersedia ikan-ikan mentah yang bisa traveler beli. Kalau satu kilo di rasa terlalu banyak, maka traveler bisa membeli seafood dengan jumlah yang lebih sedikit di sini.

Untuk harga pun tak jauh beda. Karena pedagang food court mengambil langsung dagangannya dari lantai 1. Sehingga traveler tak perlu takut 'diketok' soal harga.

Namun, PIM Muara Baru bukan cuma seafood saja lho. Rupanya kedai-kedai di foodcourt ini juga menyajikan jenis makanan lain, seperti sate ayam, sate padang dan lainnya.

Bagi traveler yang mau berkunjung, PIM Muara Baru buka sampai dini hari. Ayo mampir dan ajak teman-teman kamu wisata kuliner di sini!

Fenomena Pusaran Air, Tantangan bagi Pelaut Labuan Bajo

Di balik alam baharinya yang indah, Labuan Bajo menyimpan fenomena alam berupa pusaran air. Meski unik, jangan dianggap remeh, karena fenomena ini cukup berisiko dan dapat menimbulkan bahaya, lho!

Pusaran air terjadi karena pertemuan arus laut dari beberapa celah pulau (selat) yang mengakibatkan arus putaran dan memiliki daya hisap ke dasar laut. Fenomena ini menjadi tantangan bagi para pelaut.

Pengalaman terkena pusaran air laut pun dirasakan detikTravel saat perjalanan dari Pulau Komodo ke Pulau Messah. Siang itu kapal yang kami tumpangi sedikit terguncang.

"Nah itu tadi kan sempat begini (memperagakan gestur guncangan dengan telapak tangan), tapi masih kecil," kata Nahkoda Kapal Bahtera Seva II, Markus Balo Mony, Kamis (28/2/2019) lalu.

Beruntung pusaran air yang dilewati kapal kami masih tergolong kecil sehingga aman dilalui. Hanya saja efek guncangannya cukup terasa.

Pengalaman yang lebih menegangkan sempat dialami sang kapten tahun lalu. Waktu itu kejadiannya pagi sekitar bulan April. Awalnya ia penasaran karena melihat air laut yang seperti mendidih.

"Saya pikir air kok mendidih, padahal bukan mendidih, saya coba terobos, (malah) ketarik," kata Markus.

Bukan hanya sang kapten yang penasaran. Kepala Kamar Mesin (KKM) pun ikut mencari tahu fenomena yang terjadi. Awalnya timbulan air laut tersebut dikiranya gelembung udara ikan paus.

"Awalnya KKM bilang ikan paus. Begitu dia dekati ternyata begitu muncul ke atas, pusaran air," lanjutnya.

"Itu kalau dari atas kapal saya perkirakan gelembung udaranya saja sebesar drum," paparnya.

Menurut pengalamannya, pusaran air tersebut dapat menyedot benda di atas permukaan laut. Bentuk pusarannya seperti angin puting beliung, hanya saja memiliki daya hisap ke bawah.

Meski berbahaya, dia sendiri heran karena ada saja wisatawan asing yang tertarik menyelam di air yang ada pusarannya.

"Bule-bule kalau diving itu malah cari yang ada pusarannya. Mungkin mereka merasa tertantang. Kalau kita cari yang teduh," ucapnya sembari tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar