Jumat, 14 Agustus 2020

Kisah Pilu Ibu dan 3 Anak Mudik ke Desa Jalan Kaki 7 Hari Gara-gara Lockdown

Pandemi Corona telah mempengaruhi hampir seluruh aspek dalam kehidupan, terutama aspek ekonomi. Sejak banyak negara memberlakukan isolasi diri demi memberantas COVID-19, banyak orang yang kemudian kehilangan pekerjaan dan tak lagi mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal itu yang juga dirasakan oleh seorang ibu yang satu ini.
Seperti dikutip dari CNN Internasional, seorang ibu yang bernama Maria Tambo memutuskan berjalan ratusan kilometer demi kembali ke desanya dengan membawa serta anak-anaknya. Hal itu dikarenakan dirinya sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan hidupnya karena isolasi diri ketat yang diberlakukan oleh pemerintah Peru.

Awalnya, Tambo, yang berasal dari desa terpencil di hutan hujan Amazon, pergi ke Lima, Peru, dengan tujuan mencari pekerjaan dan menyekolahkan putri tertuanya. Namun, setelah pandemi Corona menyerang Peru, aktivitas di negara itu terhenti. Akibatnya, Tambo tak lagi mampu membayar kamar sewaan mereka ataupun membeli makanan setelah hampir dua bulan melakukan karantina.

Tambo kemudian memutuskan kembali ke desanya di wilayah Ucayali, yang jaraknya sekitar 563 km jauhnya. Tapi, karena seluruh transportasi umum di Lima, Peru, belum kembali beroperasi, satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk kembali hanyalah dengan berjalan kaki.

"Saya tahu bahaya yang saya hadapkan kepada anak-anak, tetapi saya tidak punya pilihan. Aku lebih baik mati untuk keluar dari sini atau mati kelaparan di kamar," kata Tambo.

Tambo bersama ketiga putrinya meninggalkan Lima pada awal Mei dengan mengenakan masker dan membawa ransel besar di punggungnya. Anak pertama dan keduanya yang bernama Amele, 17 tahun, dan Yacira, 7 tahun, berjalan di samping ibunya dengan membawa tas ranselnya masing-masing. Sedangkan anak ketiganya, Melec, yang masih bayi digendong oleh sang ibu, yang juga membawa tas di punggungnya.

Bukan hanya keluarga Tambo, ada ribuan warga Peru lainnya yang juga merasa putus asa dan pergi meninggalkan Peru dengan berjalan kaki. Perjalanan yang dilakukan oleh Tambo bersama ketiga putrinya itu tidaklah mudah. Mereka harus melewati jalan raya berdebu, pedesaan yang gelap, hingga mencapai desa kampung halamannya. Terlebih lagi cuaca panas terik yang harus dihadapi Tambo bersama ketiga anaknya.

Perjalanan panjang yang harus dialaminya itu tentu saja mempengaruhi kondisi emosional Tambo, sehingga membuatnya sempat menangis di tengah perjalanan sambil menggumamkan lagu untuk Melec. Jika beruntung, kadang Tambo dan ketiga anaknya mendapatkan tumpangan truk yang lewat atau diberi makanan oleh orang yang berlalu lalang. Tapi lebih banyak waktu yang dihabiskannya untuk berjalan.

Pada hari ketiga perjalanannya, Tambo, yang saat itu tengah menumpang salah satu truk, menceritakan pengalaman perjalanan panjangnya yang memilukan itu kepada sang sopir. Tambo bahkan sempat berpikir anaknya tidak akan selamat karena tangan sang anak perlahan berubah menjadi ungu.

Sebelum Tambo memasuki kawasan hutan, ia juga harus berurusan dengan petugas polisi yang menginterogasinya. Petugas tersebut awalnya tidak memperbolehkan Tambo dan anak-anaknya lewat. Tapi, setelah bernegosiasi dan sedikit berbohong dengan mengatakan Tambo hanya ingin kembali ke pertaniannya di Chaparnaranja, petugas tersebut akhirnya membolehkannya lewat.

Setelah tujuh hari dan tujuh malam menempuh perjalanan, akhirnya Tambo dan ketiga anaknya berhasil tiba di desanya. Bagi Tambo, semua upaya yang telah dilakukannya ini adalah demi bertahan hidup dan terhindar dari mati kelaparan.
https://nonton08.com/a-good-friend-mom-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar