Minggu, 26 Januari 2020

Makan Sup Ayam Isi Ginseng di Korea, Sehat dan Enak!

Bukan cuma keindahan alam dan budaya, kuliner Korea Selatan juga menggoyang lidah. Salah satunya Samgyetang alias sup Ayam Ginseng Korea.

Di Kota Seoul, ada berbagai rumah makan yang menyajikan Samgyetang. Salah satunya restoran Korea yang terletak di Jalan Seosomun atau Seosomun-ro 11-gil. Restoran ini sangat terkenal, terlihat dari ramainya rombongan traveler yang datang ke restoran yang sudah berdiri selama 59 tahun ini.

Restoran ini memiliki empat lantai yang selalu ramai. Menu andalan mereka adalah Samgyetang atau Sup Ayam Ginseng Korea dan Sup Ayam Korea dengan Ginseng Liar, serta menu-menu sup lainnya.

Samgyetang terdiri dari seekor ayam yang direbus dalam air kaldu mendidih dengan bumbu sup. Ayam ini diisi dengan nasi dan ginseng di dalam rongga perutnya. Seorang mendapatkan satu pot panas berisikan satu ayam dengan nasi dan ginseng matang di dalamnya.

Sebagai pendamping, samgyetang disajikan bersama mie tebal putih seperti udon, kimchi, lobak, air mineral, dan arak ginseng. Arak ginseng ampuh untuk menghangatkan tubuh dan meningkatkan stamina, layaknya manfaat ginseng pada umunya.

Hati-hati saat Samgyetang dihidangkan karena supnya disajikan dalam kondisi mendidih. Orang Korea memang terkenal dengan kebiasaan menyantap berbagai hidangan selagi panas. Namun, sesuaikan dengan lidah traveler, jangan sampai kepanasan dan melepuh.

Cara menyantap Samgyetang yakni cobalah sesendok kuah supnya untuk pertama kali, kemudian dengan menggunakan sumpit, bukalah isi rongga perutnya agar nasi dan ginseng matangnya terlihat. Santaplah daging empuknya dengan udon maupun nasi yang terdapat dalam sup. Selang-selingi dengan menyantap Kimchi agar terasa makin segar dan nikmat.

Ginseng yang disajikan dalam Samgyteng berjumlah sebatang utuh alias tidak terpotong. Ginseng itu harus dinikmati karena khasiat utama Samgyetang ada dalam ginsengnya. Daging ayamnya sangat empuk, namun bukan presto sehingga tulang-tulangnya harus tetap dibuang. Buanglah tulang-tulang ayamnya pada wadah kecil dilapisi plastik yang disiapkan di masing-masing meja.

Untuk menyantap Samgyetang, traveler cukup merogoh kocek sebesar 16.000 Won untuk ginseng biasa, dan 22.000 Won untuk ginseng liar. Penasaran dengan rasa Samgyetang? Traveler harus mencobanya langsung di negeri asalnya, Korea. Dapatkan rekomendasi tiket ke Seoul, Korea Selatan dengan berbagai program menarik di Tiket.com. rasakan nikmat dan manfaat Samgyetang langsung di Negeri Ginseng #SemuaAdaTiketnya.

Kisah Masjid Merah Panjunan, Tempat Pengesahan Para Wali

Terdapat masjid penuh sejarah di Cirebon yang berasitektur unik. Konon dulunya masjid ini tempat pengesahan para wali.

Suasana sejuk menjadi penyambut saat berkunjung di Masjid Merah Panjunan, salah satu masjid tertua yang ada di Kota Cirebon. Masjid Merah Panjunan ini dibangun oleh Sunan Gunung Jati Cirebon.

Bangunannya memang tak menyerupai masjid pada umumnya, lebih mirip bangunan Jawa yang kental akan suasana Hindu. Eits, bukan cuma itu loh, uniknya tembok masjid merah ini dilengkapi ornamen piring-piring asal Tiongkok. Karena itulah masjid merah disimbolkan sebagai akulturasi budaya.

Masjid bersejarah ini berada di Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Masjid ini berada di lingkungan kampung Arab, karena penduduk sekitar masjid mayoritas keturunan Arab.

Masjid merah memiliki nama asli Al Athyah. Warnanya didominasi warna merah. Bangunan masjidnya terbuat dari batu bata merah. Nama Masjid Merah Panjunan sendiri ternyata bukan karena warna masjidnya yang merah.

Pengurus DKM Masjid Merah Panjunan Nasirudin mengatakan nama Masjid Merah Panjunan muncul setelah Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang berada di Keraton Kasepuhan Cirebon berdiri. Kisahnya bermula saat salat jumat yang sebelumnya dilaksanakan di Masjid Merah Panjunan dipindahkan dan dipusatkan ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

"Sejarah secara rincinya tidak begitu diceritakan. Tapi, konon katanya karena salat jumat di sini ditiadakan atau dicoret. Terus dipindahkan ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dari situ dinamakan merah karena ditiadakan itu," kata Nasirudin saat berbincang dengan detikcom, baru-baru ini.

Nasirudin menyebutkan semenjak salat jumat dipindahkan ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa, hingga saat ini Masjid Merha Panjunan tidak menggelar salat Jumat bersama.

"Ya kalau salat lima waktu terus kegiatan lain sih diadakan. Sampai sekarang sudah tidak ada jumatan (salat Jumat)," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar