Minggu, 26 Januari 2020

Sitangkubang, Huta Seni yang Simpan Kekayaan Musik Batak

Acara Bimtek Pengembangan Homestay dan Desa Wisata menjadi momen deklarasi Huta Sitangkubang sebagai Huta Seni. Deklarasi Huta Seni dilakukan di Huta Sitangkubang, Siponjot Silaban, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Deklarasi ini dimeriahkan oleh pameran karya seni, atraksi pembuatan alat musik, serta pertunjukan dan sarasehan seni budaya.

"Huta Sitangkubang kini menjadi Huta Seni. Artinya, seni dan budaya Batak akan terus dilestarikan. Kami juga memiliki daya tarik lain sebagai destinasi pembuat alat musik. Yang jelas, dengan status Huta Seni akan mendatangkan banyak manfaat bagi kami," kata Ketua Sanggar Seni Silaban Margo Dika Silaban dalam keterangan tertulisnya, Senin (20/5/2019).

Rangkaian acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan Tari Tor Tor yang dibawakan oleh sanggar Ina Silima Huta. Ditampilkan pula Tari Sihutur Sanggul oleh Sanggar Dalloid yang menceritakan aktivitas keseharian wanita Huta Sitangkubang.

"Huta Sitangkubang menjadi kekuatan baru bagi pariwisata Danau Toba. Musik dan karya seni lainnya dikembangkan di sana. Semuanya dilibatkan secara aktif. Dengan posisi barunya, ada banyak inspirasi yang akan diberikan Huta Sitangkubang," kata Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenpar, Dadang Rizki Ratman.

Sebagai informasi, Huta Sitangkubang memiliki 11 kepala keluarga. Uniknya, semua warganya beraktivitas sebagai pembuat alat musik khas Batak. Adapun alat musik yang telah dihasilkannya, antara lain 15 set alat musik Taganing, Garantung, dan Ogung. Ada juga 30 Hasapi (kecapi Batak) yang siap jual. Sementara untuk satu set Uninguningan dari kayu nangka dihargai sekitar Rp 12 juta.

"Alat-alat musik tersebut menjadi elemen penting dalam setiap acara adat. Selama berada di sana, para wisatawan juga bisa mengenal lebih dekat alat musik tersebut. Mereka pun bisa belajar bagaimana cara membuatnya. Yang jelas, Huta Seni Sitangkubang merupakan destinasi sangat menarik," ucap Dadang.

Sementara itu, Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional I Kemenpar Lokot Ahmad Enda mengatakan kreativitas sudah saatnya didorong untuk menghasilkan value komersial. Diungkapkannya, kawasan Danau Toba membutuhkan tagline dengan basic 'Toba Raya'.

"Danau Toba semakin kaya dengan Huta Seni Sitangkubang. Kreativitas harus didorong agar memberi keuntungan ekonomi. Nanti akan diperkuat Famtrip dengan peserta Singapura. Lebih penting, Toba itu harus bersatu. Munculkan tagline 'Toba Raya' guna mengoptimalkan semua potensi yang ada. Sebab, akomodasi wisatawan sudah ditopang dengan homestay," jelas Lokot.

Kemenpar pun mendukung huta ini menjadi desa wisata. Sebagai bukti, Kemenpar memberikan 10 paket dukungan. Setiap paketnya, terdiri 1 springbed, 2 bantal, 2 guling, 1 seprai, 1 bed cover, hingga 1 buku tamu.

Pada kesempatan yang berbeda, Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan destinasi Huta Sitangkubang akan berkembang optimal seiring naiknya wisatawan.

"Huta Sitangkubang telah memiliki identitas yang jelas. Hal ini tentu sangat bagus. Kawasan tersebut akan tumbuh positif, yang mereka butuhkan adalah branding intensif. Manfaatkan saja semua media sosial yang ada. Cara ini akan efektif karena efisien. Selain atraksinya, destinasi ini juga didukung oleh aksesibilitas dan amenitas yang bagus," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar