Julukan Blue Mosque disematkan untuk beberapa masjid dunia. Salah satu yang bikin adem dan instagenik adalah Masjid Sultan Ahmed di Istanbul.
Bulan Ramadhan 2019 ini, bulan puasa terasa begitu panjang dikota Istanbul, Turkey. Akhir musim semi dan menjelang musim panas, angin dingin yang sejuk masih berembus tetapi panas terik dikala siang hari. Warga muslim harus menahan dahaga dan rasa lapar hampir 15 jam. Turis asing masih memenuhi segala tempat wisata di Istanbul.
Kala siang hari yang begitu panas terik, kami menyempatkan diri sholat azhar disalahsatu masjid terbesar dan tertua kedua dikota Istanbul, Turki. Sultan Ahmed Camii atau Masjid Sultan Ahmed atau Masjid Biru ini tampak begitu mencolok dari tepi dermaga yang memisahkan antara Turki dibenua Asia dan di benua Eropa.
Masjid biru tepat berada diwilayah Turki dibenua Eropa yang dulu kala bernama Byzantium sebelum dirubah menjadi Istanbul oleh kekaisaran Utsmaniyah diabad ke 12.Dibutuhkan waktu sekitar 7 tahun untuk membangun masjid dengan kubah seperti Hagia Sophia dan desain atap tersebut digunakan sebagai atap jutaan masjid di seluruh dunia.
Memasuki halaman utama masjid biru ini seperti dibawa kejaman kemegahan kekaisaran Ottoman yang terkenal tersebut. Seakan dibawa ke zaman khilafah terakhir didunia sebelum diakhiri ditahun 1922 oleh Bapak Bangsa Turki, Mustafa Kemal Ataturk.
Setiap relung sisi halaman masjid meninggalkan kisah sejarah yang tiada habisnya, berbagai acara keagamaan dan acara resmi kekaisaran diadakan dihalaman ini.
Begitu memasuki halaman utama dalam masjid, para pengunjung diberikan alas plastik untuk membawa sepatu bagi para pengunjung. Selama ramadhan, banyak masyarakat lokal yang beritikaf didalam masjid.
Hanya ada satu kata ketika memasuki masjid ini, Subhannallah! Begitu cantik dan megahnya masjid biru ini. Dekorasi warna biru mendominasi atap kubah raksasa masjid tersebut. Hamparan karpet merah khas Turki turut memberikan nuansa tersendiri.
Lampu gantung raksasa juga semakin menambah cantiknya masjid tersebut. Waktu menunjukkan pukul 15.45 dan saya hampir saja melaksanakan shalat azhar. Tetapi saya diingatkan bahwa kali ini hampir memasuki akhir musim semi menuju kemusim panas dan berarti waktu azhar lebih panjang. Dan benar waktu azhar di Istanbul diakhir bulan mei yaitu pukul 17.00. Sementara waktu maghrib masuk dipukul 20.27.
Para turis yang masuk kedalam masjid juga tidak mengganggu ibadah para muslim, ada pembatas yg dikhususkan bagi turis dan yg ingin sholat, rasa saling menghormati tetap terjaga dengan baik. Ah, rasanya saya ingin berlama-lama di sini. Ingin merebahkan diri sambil menikmati atap kubah masjid yang begitu indah, serasa dihiasi oleh cahaya kunang-kunang. Berada didalam masjid peninggalan khilafah Utsmaniyah merupakan sebuah berkah tersendiri untuk saya.
Tjong A Fie Mansion, Mesin Waktu ke Tahun 1900an
Sebuah bangunan menjadi ikon di Medan, namanya Tjong A Fie Mansion. Seperti di film silat klasik, mansion ini akan membawamu ke tahun 1900an.
Berwisata ke Sumatera Utara, mungkin yang terbayang dalam benak kita adalah Danau Toba. Iya, danau vulkanik ini memang indah. Selain indah, Danau Toba ini merupakan danau terbesar di Indonesia. Dan konon danau vulkanik terbesar di dunia.
Berwisata ke Sumatera Utara juga, kita bisa mendatangi Ibukota Provinsi Sumatera Utara, yaitu Medan. Kota ke-3 terbesar di Indonesia ini, menyimpan obyek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi.
Di Medan juga, ada kota tuanya. Kalau kita mampir ke kota tua medan ini, kita bisa melihat gedung yang sudah ada dari awal tahun 1900an. Mungkin malah dari 1800an. Di kota tua Medan ini, merupakan daerah pertokoan.
Pertokoan ada yang berbentuk a-la Eropa dan ada juga berdisain Tiongkok. Semuanya ada di Jalan Ahmad Yani. Di antara bangunan Kota Tua di Medan ini, ada salah satu bangunan yang sangat bagus dan masih terawat dengan baik.
Bangunan ini berupa rumah yang disebut dengan Tjong A Fie Mansion. Rumahnya Tjong A Fie agar bisa kita sebut lebih mudah. Oh iya, saya bisa berkunjung ke rumah ini atas saran pengemudi mobil yang saya sewa ketika berkunjung ke Medan. Siapa Tjong A FIe ini sebenarnya?
Tjong A Fie merupakan seorang pengusaha, bankir dan kapitan yang berasal dari Hakka, Tiongkok. Tjong A Fie sukses membangun bisnis besar dalam bidang perkebunan di Sumatra, Indonesia.
Sampai di depan, Rumah Tjong A Fie ini sudah sangat mencolok. Pintu gerbang dan gapuranya, sudah sangat kental nuansa rumah Tiongkok model jaman dahulu. Masuk ke dalam, sudah pasti saya terpesona dan terkagum-kagum karena meskipun sudah berusia seratus tahun lebih, masih sangat terawat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar