Selasa, 04 Februari 2020

35 Negara Rawan Penculikan Versi Amerika Serikat, Salah Satunya Malaysia

Pemerintah Amerika Serikat memperingati tegas warganya untuk berhati-hati liburan ke 35 negara ini. Termasuk, ke Malaysia.

Dilansir detikcom dari media-media di AS, Senin (15/4/2019) Departemen Luar Negeri AS melansir daftar baru 35 negara yang rawan penculikan. Hal itu menyusul penculikan turis wanita asal California, Kim Sue Endicott saat plesiran ke Uganda, suatu negara di Afrika bagian timur.

Kim Sue Endicott diculik saat berada di Queen Elizabeth National Park. Bersama pemandunya, mereka ditahan selama 5 hari oleh sekelompok orang. Kim Sue Endicott akhirnya dibebaskan oleh pihak keamanan setempat dengan membayar tebusan. Tidak disebutkan nominalnya.

Oleh sebab itu, Departemen Luar Negeri AS membuat daftar terbaru 35 negara yang rawan penculikan dengan label 'K'. Diingatkan, turis AS untuk berhati-hati atau kalau bisa menunda dulu perjalanan ke sana.

35 Negara tersebut adalah Afghanistan, Aljazair, Angola, Bangladesh, Burkina Faso, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Kolombia, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Haiti, Iran, Irak, Kenya, Libanon, Libya, Malaysia, Mali, Meksiko, Niger, Nigeria, Pakistan, Papua Nugini, Filipina, Rusia, Somalia, Sudan Selatan, Sudan, Suriah, Trinidad dan Tobago, Turki, Uganda, Ukraina (bagian timur yang dikontrol Rusia), Venezuela, dan Yaman.

"Ada ancaman penculikan demi tebusan, baik dari teroris maupun kelompok-kelompok kriminal lainnya. Kelompok itu mungkin menyerang secara tiba-tiba, menyasar resor-resor pesisir, resor di pulau-pulau, dan kapal yang membawa turis ke pulau-pulau resort," tulis pernyataan Departemen Luar Negeri AS.

Diberitakan CNN Indonesia, pemerintah Malaysia protes keras karena masuk dalam daftar tersebut. Kabarnya, Kementerian Luar Negeri Malaysia di AS bakal bertemu Departemen Luar Negeri AS dalam waktu dekat untuk membahasnya.

Tiket Pesawat Domestik Mahal Tak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Harga tiket pesawat di rute domestik mengalami kenaikan signifikan. Meski begitu, kunjungan turis asing ke Indonesia tak mengalami penurunan.

Hal itu diungkapkan Menteri Arief Yahya dalam diskusi di Jakarta, Senin (15/4/2019). Alasannya, kata dia, tidak ada perubahan tarif dalam rute internasional.

"Tidak terlalu berdampak. Karena tadi itu, tarif dari luar tidak berubah. Airline kita yang dari luar juga tidak mengubah tarifnya," jelas Arief.

"Kalau berani mengubah tarifnya nggak ada penontonnya nanti," imbuh dia seraya tersenyum.

Tiket pesawat yang mahal di rute domestik begitu terasa apalagi jika dibandingkan dengan harga ke luar negeri. Hampir sama bukan? Lalu, apa solusi pemerintah?

"Salah satunya Kemenhub akan mengeluarkan bahwa ada ekonomi yang dulu ada kode tertentu, kode Y atau apa itu itu dihidupkan kembali. Sekian persen jumlahnya. Kita tunggu saja dari menteri perhubungan," ucap Arief.

Dan, mengapa maskapai-maskapai menaikkan harga tiketnya begitu tinggi secara cepat?

"Jadi kalau alasannya memang mereka tidak untung. Dan cara paling mudah adalah menaikkan harga. Ada lagi sebenarnya yang bagus. Tetapi kan orang berpikir gini, mengapa harga atau biaya per mile dari luar negeri ke Indonesia lebih murah? Kalau dichallenges gitu malu juga kita. Bener ya?," pungkas dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar