Selasa, 31 Desember 2019

Bukan di China Atau Madagaskar, Ini Taman Hutan Batu Sulawesi Selatan (2)

Bahkan, ada pula literatur yang mengatakan bahwa pegunungan kapur yang terluas dan terbesar pertama di dunia untuk saat ini adalah Karst Maros. Hal ini dikarenakan pegunungan kapur China yang sudah banyak berkurang akibat ekploitasi dan aktivitas pertambangan. Untuk itu, mari kita jaga alam agar terhindar dari eksploitasi dan keserakahan manusia.

Saya masuk dari Kabupaten Maros, Desa Selenrang, Dusun Rammang-Rammang. Ketika berkeliling dengan perahu, ada banyak ketakjuban saya dengan terbentuknya alam karst Rammang-Rammang. Berdasarkan referensi, kawasan karst Maros dipengaruhi oleh struktur geologi akibat proses pelarutan (karstifikasi) batu gamping sehingga membentuk berbagai macam bentukan, seperti bukit-bukit menjulang tegak dan lembah-lembah dolina.

3. Subur dan Sungai

Sepanjang perjalanan di atas perahu, saya berdecak kagum, dengan sungai-sungai di antara tebing-tebing batuan yang tinggi. Pada umumnya, kawasan karst identik dengan bentang alam yang kering dan gersang. Namun, kondisi bentang alam di kawasan Karst Rammang-Rammang cukup subur dan terdapat aliran Sungai Pute.

Pada kawasan ini,  terdapat pula menara dialiri oleh sungai yang hanya ada dua di dunia, yakni kawasan Karst Guilin dan kawasan Karst Rammang-Rammang. Sungguh luar biasa, bahwa hal-hal yang indah dan eksotis itu ada di Indonesia.

Setelah sampai di tepian, terdapat saung-saung untuk istirahat. Bahkan ada warung nasi dan bebek juga. Coba bayangkan saja, di bawah lembah kapur, masyarakat menanam padi atau area pesawahan yang subur. Saung-saung tersebut sebagai tempat istirahat dan mejadi tempat makan. Namun, saat itu pemilik warung sedang keluar, padahal sudah diceritakan bahwa nasi bebek di sini sangat enak. Sayang belum kesampaian, mungkin ini pertanda harus ke sini lagi.

Setelah asik berfoto-foto, kami naik bukit batuan di sini mendekati batuan-batuan karst lainnya. Ada bukit yang lebih tinggi. Sayang waktunya hanya sebentar, jadi hanya bisa duduk-duduk di warung sambil makan camilan dan air kelapa muda, segarnya. Terdapat warung kecil juga di sini, tetapi tidak untuk makan berat.

4. Taman Batu

Matahari sudah mulai tergelincir, kami segera turun, lalu kembali berkeliling dan menuju ke taman batu yang sangat indah. Di sini kami foto-foto seru, tempatnya sangat instagramable dengan view yang indah. Ada berbagai bentuk batuan yang membuat saya terpesona. Batuan-batuan itu ibarat berada di antara aliran sungai namun berbentuk seperti danau. Saking indahnya sampai tidak bisa mengungkapkannya.

Ingin rasanya berlama-lama di sana, namun perut pun sudah terasa lapar, maka kami segera pulang. Padahal, saya menunggu Rammang-Rammang datang. Biasanya terlihat di pagi hari dan saya berharap saat senja dapat melihatnya. Rammang-Rammang sendiri berasal dari bahasa daerah setempat yaitu bahasa Makassar, rammang yang bisa diartikan sebagai awan atau kabut.

Berarti, kata rammang-rammang adalah sekumpulan awan atau kabut. Menurut cerita penduduk setempat, tempat ini diberi nama Rammang-Rammang dikarenakan awan atau kabut yang selalu turun terutama di pagi hari atau ketika hujan.

Sungguh suatu keajaiban bisa berkunjung ke Rammang-Rammang, daerah wisata yang indah dan eksotis untuk dikunjungi. Taman wisata yang ingin saya kunjungi juga adalah Taman Al-Quran yang ada di Dubai, taman ini dalam bayangan saya ibarat pengejawantahan mengenai tafsir ayat tentang surga, yang mana terdapat banyak buah-buahan, bunga-bunga yang indah dan sungai yang mengalir serta makanan yang berlimpah. Semoga saya bisa berkunjung dan datang ke sana, suatu dream destination untuk perjalanan berikutnya. Amiiin.

Bukan di China Atau Madagaskar, Ini Taman Hutan Batu Sulawesi Selatan

Taman Hutan Batu yang mirip di China dan Madagaskar terdapat di Rammang-Rammang, Sulawesi Selatan. Tempat ini bisa menjadi wisata geologi yang indah dan menawan.

Dengan semangat, saya beserta rombongan menaiki perahu. Saat itu kami sampai Rammang-Rammang menjelang tengah hari, saya sangat antusias untuk naik perahu mengelilingi Rammang-Rammang.

Mungkin sebagian dari kita tidak banyak yang tahu bahwa selain taman hutan batu yang berada di China dan Madagaskar, negara kita juga memiliki tempat yang eksotis dan tak kalah indahnya. Berikut beberapa hal yang membuat Rammang-Rammang istimewa, yaitu:

1. Hutan Batu

Saya merasa memasuki kawasan tempat berkumpulnya bebatuan, dengan ratusan bahkan mungkin ribuan bebatuan kapur berwarna hitam dan abu-abu dengan berbagai ukuran dan bentuknya yang unik. Ini taman hutan batu, di mana air mengalir indah di antara batu-batuan tinggi dengan gugusan yang menarik.

Berdasarkan referensi Google, Taman Hutan Batu Kapur Rammang-Rammang ini ternyata hanya ada satu di Indonesia, dan terbesar atau terluas ketiga di dunia, setelah yang pertama adalah Taman Hutan Batu Tsingy di Madagaskar dan yang kedua adalah Taman Hutan Batu Shilin yang ada di China.

2. Pegunungan Kapur yang Luas dan Besar

Menelusuri Rammang-Rammang, ditemukan sebagai karst atau pegunungan kapur yang besar dan luas. Ternyata, membentang dari Kabupaten Maros hingga Kabupaten Pangkep. Bukan hanya itu, gugusan pegunungan kapur Maros merupakan gugusan pegunungan kapur yang terluas dan terbesar kedua di dunia setelah pegunungan kapur yang ada di China.

Bahkan, ada pula literatur yang mengatakan bahwa pegunungan kapur yang terluas dan terbesar pertama di dunia untuk saat ini adalah Karst Maros. Hal ini dikarenakan pegunungan kapur China yang sudah banyak berkurang akibat ekploitasi dan aktivitas pertambangan. Untuk itu, mari kita jaga alam agar terhindar dari eksploitasi dan keserakahan manusia.

Saya masuk dari Kabupaten Maros, Desa Selenrang, Dusun Rammang-Rammang. Ketika berkeliling dengan perahu, ada banyak ketakjuban saya dengan terbentuknya alam karst Rammang-Rammang. Berdasarkan referensi, kawasan karst Maros dipengaruhi oleh struktur geologi akibat proses pelarutan (karstifikasi) batu gamping sehingga membentuk berbagai macam bentukan, seperti bukit-bukit menjulang tegak dan lembah-lembah dolina.

3. Subur dan Sungai

Sepanjang perjalanan di atas perahu, saya berdecak kagum, dengan sungai-sungai di antara tebing-tebing batuan yang tinggi. Pada umumnya, kawasan karst identik dengan bentang alam yang kering dan gersang. Namun, kondisi bentang alam di kawasan Karst Rammang-Rammang cukup subur dan terdapat aliran Sungai Pute.

Pada kawasan ini,  terdapat pula menara dialiri oleh sungai yang hanya ada dua di dunia, yakni kawasan Karst Guilin dan kawasan Karst Rammang-Rammang. Sungguh luar biasa, bahwa hal-hal yang indah dan eksotis itu ada di Indonesia.

Setelah sampai di tepian, terdapat saung-saung untuk istirahat. Bahkan ada warung nasi dan bebek juga. Coba bayangkan saja, di bawah lembah kapur, masyarakat menanam padi atau area pesawahan yang subur. Saung-saung tersebut sebagai tempat istirahat dan mejadi tempat makan. Namun, saat itu pemilik warung sedang keluar, padahal sudah diceritakan bahwa nasi bebek di sini sangat enak. Sayang belum kesampaian, mungkin ini pertanda harus ke sini lagi.

Setelah asik berfoto-foto, kami naik bukit batuan di sini mendekati batuan-batuan karst lainnya. Ada bukit yang lebih tinggi. Sayang waktunya hanya sebentar, jadi hanya bisa duduk-duduk di warung sambil makan camilan dan air kelapa muda, segarnya. Terdapat warung kecil juga di sini, tetapi tidak untuk makan berat.

Pulau Redang, Surga Tersembunyi di Ujung Malaysia

Kuala Lumpur, dan Langkawi mungkin sudah akrab di telinga orang Indonesia saat ke Malaysia dan liburan ke sana. Kalau Pulau Redang?

Kuala Lumpur, Ipoh, Melaka, dan Langkawi mungkin sudah akrab di telinga orang Indonesia. Tak sedikit warga Indonesia yang memilih liburan ke tempat tersebut. Namun jika disebut Pulau Redang, pasti banyak yang bertanya-tanya "Dimanakah tempat itu berada?"

Akhir Mei lalu Saya mendapatkan kesempatan terbang ke Pulau Redang, Kuala Terengganu. Saat saya memposting foto-foto dari Pulau Redang, banyak yang menduga tempat tersebut ada di Indonesia. Banyak juga yang menebak bahwa pulau tersebut bagian dari Pulau Sabang karena memiliki pantai yang indah dan lokasi snorkeling yang menawan. Ya, Pulau Redang adalah sebuah pulau dimana snorkeling serta diving di Marine Park menjadi wisata andalannya. Namun ini bukan di Indonesia, melainkan berada di pantai timur Malaysia.

Bentangan pantai sepanjang dua kilometer yang indah, air laut berwarna biru, bersih, serta dihiasi batu karang akan membuat Anda kehabisan kata-kata. Bak surga yang jatuh ke Bumi. Hanya decak kagum yang bisa saya lakukan. Hal pertama kali yang ingin anda lakukan pastilah menyentuh pasir pantai yang putih kemudian menceburkan diri ke laut. Kebersihan dan kenyamanan menjadi prioritas utama.

Direktur Laguna Redang Island Resort, Peter Cheng bercerita ia memiliki lebih dari 350 karyawan untuk mengelola resort bintang empat ini. Tak hanya soal kebersihan kamar, kebersihan pantai juga sangat mereka perhatikan. Jika bosan dengan suasana pantai, anda bisa mencoba wisata bawah air. Di Pulau Redang ini terdapat Diving Center yang menawarkan sejumlah paket perjalanan. Mulai dari snorkeling, diving, memancing sotong, hingga mengambil lisensi menyelam. Lautnya sangat tenang dan kehidupan bawah lautnya sangat menawan. Banyak terdapat ikan warna-warni dan terumbu karang yang juga sangat terawat.

Namun harus diingat, untuk mengunjungi tempat ini hanya bisa dilakukan selama delapan bulan dalam satu tahun. Yakni Februari-Oktober saja. Pada November-Januari Malaysia akan dilanda musim hujan, ombak-ombak laut akan sangat tinggi sehingga tidak memungkinkan kapal untuk menyeberang ke tempat ini. So, tunggu apa lagi? Jangan menunda waktu jika ingin menikmati keindahan surga tersembunyi dari Malaysia ini. Pasti anda tidak akan menyesal. Tak hanya spot pantai dan sunrise saja, di pulau ini terdapat resort-resort, gift shop, cafe, dan suasana alam yang bagus untuk berfoto. Bisa juga melakukan foto prewedding under water. Khusus untuk hal ini harus mendiskusinya dengan Dive Center. Sehingga bisa mendapat bantuan pada saat sesi pemotretan di bawah air.

Setiap sore tiba, saya selalu menikmati keindahan sunset di tepi pantai. Hamparan pasir putih dan air laut yang biru nan bersih sepanjang mata memandang mengingatkan saya pada foto Pantai Pantai Umm Suqeim atau sering disebut Pantai Matahari Terbenam yang pernah saya lihat di akun instagram Visit Dubai. Ah, jadi lahir keinginan berlibur ke sana. Menikmati sunset, berselancar, sambil menikmati megahnya Hotel Burj Al Arab yang berdiri gagah sekitar 280 meter dari lepas pantai Teluk Persia. Semoga impian ini jadi kenyataan.

Staycation di Kota Wisata, Cara Hemat Untuk Refreshing

Yogyakarta terkenal sebagai destinasi turis lokal maupun internasional. Meski tinggal di sana, liburan sejenak alias staycation juga menyenangkan lho.
Tinggal di Yogyakarta, saya sangat mensyukurinya. Pasalnya, saya tidak perlu mengeluarkan bujet banyak untuk bisa menikmati eksotisme kota ini. Meskipun demikian, karena terlalu dekat, sebagian orang yang tinggal di Yogyakarta sering kali kurang menyadari hal menarik dari kota ini sehingga digandrungi oleh banyak wisatawan dari luar daerah maupun luar negeri.

Jauh sebelum tinggal di Yogyakarta, saya benar-benar menyukai kota ini. Berharap suatu saat bisa tinggal di sini. Dan benar, Tuhan mengabulkannya. Setidaknya, hanya perlu 15-20 menit untuk mencapai pusat kota. Ini berarti, kami sekeluarga juga memiliki kesempatan untuk menjelajah dan mengeksplor keindahan Yogyakarta tanpa harus keluar biaya banyak. Kalau mau, berangkat pagi ke destinasi wisata yang dituju, lalu pulang lagi. Nginep di rumah saja lebih hemat tentunya.

STAYCATION UNTUK REFRESHING

Meskipun demikian, saya dan keluarga ingin sekali-kali berlibur di kota sendiri. Bukan hanya numpang lewat saja, tetapi menjadi seperti turis. Kira-kira, bagaimana ya rasanya? Itulah alasan kami untuk melakukan staycation di salah satu penginapan asyik yang terletak di daerah Bantul, sekitar 4 km dari jalur ring road selatan.

Hal pertama yang harus dipertimbangkan saat staycation tentu adalah penginapannya. Karena semakin menyenangkan, masa liburan tentu akan semakin berkesan. Hal yang harus masuk checklist menurut saya adalah memiliki view yang asri. Tidak perlu harus hotel mahal dan mewah, asal arsitekturnya apik. Nah, yang saya pilih ini adalah sebuah penginapan yang hampir mirip seperti resort mini. Tiap kamarnya luas dan minimalis. Karena terbuat dari bahan kayu, rasanya sangat homy. Aduh, jadi pengen balik ke sana lagi hehe.

Poin lainnya adalah memiliki fasilitas yang cukup. Di sini, ada kolam renang yang tidak terlalu besar. Plusnya, ada area kolam untuk anak-anak, tepat di sudut kolam. Jadi, anak bisa bermain air sambil menikmati suasana yang asri. Meskipun area penginapan ini tidak luas, bagian dalamnya keren kok.

Bahkan, ada ruang tamu yang diisi dengan berbagai benda-benda vintage. Salah satunya, alat musik gamelan. Ada pula piano tua, gitar, bahkan televisi tabung yang jadul banget. Tempat untuk duduk pun sangat kental dengan nuansa vintagenya. Bersantai di sini pada sore hari sambil berbincang dengan anggota keluarga sangatlah menyenangkan. Apalagi karena kita bisa memesan makanan dari penginapan. Jadi, tidak perlu bingung untuk mencari makanan.

MENIKMATI MALAM DI ALUN-ALUN

Pada malam kedua staycation, kami memutuskan untuk berkunjung ke Alun-Alun Kidul Yogyakarta yang jaraknya tidak terlalu jauh. Meskipun kami membawa kendaraan sendiri menuju penginapan, kami lebih memilih untuk memesan ojek online supaya lebih praktis. Saya sendiri sudah berkali-kali berkunjung ke Alun-Alun Kidul. Namun, bersama keluarga, ini adalah pengalaman pertama.

Si Kecil begitu terpesona melihat banyak sekali becak hias yang penuh lampu warna-warni. Semuanya mengelilingi jalur seputar alun-alun sambil diiringi musik keras dan menghibur. Karena penasaran, kami pun mencoba menaiki becak hias ini. Untuk dua kali memutar, kita dipatok biaya Rp25.000. Ini setelah melewati tawar-menawar juga.

Ternyata, mengendarai becak hias di Alun-Alun Kidul Yogyakarta ini tidak semudah yang dibayangkan, loh! Karena awalnya harus memangku anak, saya merasa kesulitan menggerakkan kaki. Yaaa iyalah. Lagipula, bangku menjadi sangat sempit. Akhirnya, saya dan anak memutuskan untuk duduk di bangku belakang. Anak saya letakkan di kursi becak meskipun harus berhati-hati karena bagian bawah kursi bolong. Jadi, sembari mengayuh, saya juga harus memegang anak yang masih berusia di bawah 2 tahun saat itu.

Masalah lainnya, ternyata Pak Suami belum terbiasa mengendarai kendaraan yang setangnya muter alias mobil. Hahaha. Jadi, sepanjang perjalanan di putaran pertama, ia masih sibuk menyesuaikan diri. Soalnya takut menabrak mobil-mobil yang parkir di tepi jalur. Iya juga sih, susah lo, apalagi karena belum pernah.

Nah, karena yang mengayuh hanya berdua, rasanya jadi berat banget lo. Energi terkuras. Meskipun malam itu dingin, keringat mengalir juga hahaha. Tapi, kami cukup puas karena anak tampak menikmati pengalaman malam itu. Kapan lagi bukan? Meskipun tinggal di Yogyakarta, kami tidak bisa sewaktu-waktu datang ke tempat itu.

Pengalaman staycation sambil mengunjungi objek-objek wisata terdekat memang sangat berkesan bagi kami. Saya harap, kami memiliki lebih banyak waktu untuk bersama-sama traveling. Nah, salah satu Dream Destination saya adalah Dubai. Negara yang sangat modern ini memiliki banyak sekali daya tarik. Berkunjung ke Dubai tentu merupakan hal yang sangat luar biasa. Namun, tentu harus nabung dulu yak karena biayanya tidak sedikit. Wish me luck, ya!

5 Hal Unik Saat Berwisata ke Telaga Ngebel Ponorogo (2)

Kopi atau Kopi Durian dan Sepiring Nangka Goreng

Ternyata Telaga Ngebel merupakan salah satu tempat yang biasa dijadikan anak muda Ponorogo sebagai tempat kongkow-kongkow, mengobrol dan bersantai bersama teman atau keluarga di akhir pekan. Menyenangkannya, di musim Durian, berbagai penjual Durian cukup banyak di sana. Ditambah warung Kopi yang bersedia menyajikan secangkir kopi pesanan dengan buah Durian utuh yang bebas saja untuk diracik sendiri oleh pengunjung, jika suka. Jika kurang suka, bisa menikmati Durian atau Nangka Goreng saja. Rasa yang unik dan luar biasa karena baru pertama kali saya rasakan di sanalah yang membuat lagi dan lagi, pengalaman mengunjungi Telaga Ngebel sulit terlupakan. Anginnya yang sepoi, ditemani segelas Kopi, Durian, juga Nangka Goreng, saya nggak akan menolak jika punya kesempatan untuk berkunjung ke sana lagi suatu hari.

Naik Perahu atau Duduk Duduk Santai Di Tepian

Telaga Ngebel ini sebenarnya bukan tipe telaga yang bebas saja untuk dipakai mandi, sebab kejernihan airnya lebih cocok dinikmati dari tepian, atau mungkin dengan menyewa perahu sekadar menikmati pemandangan hijau dari tengah telaga.

Kala itu, saya lebih memilih menikmatinya dari tepian saja. Lebih menyenangkan bagi saya, sebab perahu yang melaju lambat di tengah telaga. Mungkin kamu akan memilih hal berbeda dari saya, sebab selera dan cara orang menikmati keindahan alam dalam sebuah perjalanan seringnya berbeda-beda.

Bisa Menginap Jika Mau

Saya menemukan sebuah penginapan yang berada benar-benar nggak jauh dari tepian telaga, walaupun saya nggak berkesempatan untuk masuk sekedar untuk bertanya-tanya. Tetapi, mungkin kamu yang berkesempatan membaca tulisan saya ini, lain kali bisa mencobanya. Menemukan adanya penginapan yang nggak jauh dari telaga begini, membuat saya membayangkan bisa menikmati matahari yang terbit dan terbenam di sekitaran telaga, sembari menikmati makanan sederhana yang menyenangkan. Sayangnya waktu itu saya belum punya kesempatan. Mungkin lain kali ya.

Ada PLTA Ngebel yang Bisa Disinggahi Sebentar

Teringat akan padamnya listrik di sebagian Pulau Jawa-Bali beberapa waktu lalu pula yang membawa kembali ingatan akan kunjungan luar biasa ke kawasan Telaga Ngebel ini. Di perjalanan pulang, saya sempat mampir sebentar di depan PLTA Ngebel, sekedar untuk memotret penampakan PLTA Ngebel dari luar. Walaupun hanya Kolam Tando Harian, tetapi melihatnya dari luar saja sudah menjadi pengalaman yang menyenangkan. Jarang-jarang lho, anak milenial yang kebanyakan menghabiskan waktu di Jakarta Depok Bogor seperti saya ini, bisa melihat sendiri, bagaimana PLTA itu memberikan kenyamanan hidup bagi saya. Bukankah jadi penambah pengalaman luar biasa, walaupun saya nggak punya kesempatan untuk benar-benar masuk dan bertanya pada para petugasnya?

Demikianlah perjalanan singkat nan luar biasa yang membekas di ingatan saya saat berkunjung ke salah satu kawasan wisata masyarakat di Ponorogo. Semoga Telaga Ngebel akan selalu asri, semakin bersih, juga menjadi salah satu wisata kebanggaan Ponorogo. Moga di lain waktu, saya punya kesempatan untuk berkunjung lagi ke berbagai kawasan wisata di sana. Harapan yang sama pula bagi saya yang ingin mencicipi pengalaman luar biasa jika berkesempatan mengunjungi Dubai.

Lho, kenapa Dubai? Alasan sederhananya karena saya penasaran dan ingin rasanya melihat langsung kemegahan gedung Burj Khalifa. Sederhana ya? Eits, bukan hanya itu saja sebenarnya. Saya juga bernadai-andai, bisa mengunjungi pantai di sekitar Dubai, pun berjalan kaki di kawasan Dubai Mall. Saya sangat ingin memotret kaki saya yang memijak di sana. Kalau bisa sih, berpose suka-suka. Yah, semoga saja ada kesempatan ya, makanya saya ikut mencoba peruntungan dengan menulis di Kompetisi Menulis Dream Destination ini. Doakan ya.

5 Hal Unik Saat Berwisata ke Telaga Ngebel Ponorogo

Ponorogo punya destinasi wisata yang wajib kamu kunjungi. Dengan pemandangan alam yang indah, inilah Telaga Ngebel Ponorogo.
Telaga Ngebel? Saya nggak pernah terpikirkan untuk mengunjungi tempat ini sebelumnya, terkejut juga dengan beberapa hal menarik yang ada di sana. Itulah mengapa bagi saya, bisa berkunjung dan menikmati sejuk nyaman suasana di Telaga Ngebel membuat saya merasa luar biasa.

Telaga Ngebel sebenarnya sudah cukup populer sebagai tempat wisata di Ponorogo, walau memang belum jadi tempat wisata yang terlalu mainstream. Maka, kali ini saya akan membagikan pengalaman luar biasa saya saat mengunjungi kawasan wisata Telaga Ngebel di Ponorogo.

Datanglah di Musim Kupu-Kupu

Perjalanan untuk menuju Telaga Ngebel rasanya paling asik dinikmati dengan mengendarai kendaraan roda dua. Kenapa? Padahal jalanan menanjaki bukitnya sudah cukup nyaman untuk dilalui dengan mobil. Sensasinya ada di saat kamu melakukan perjalanan menuju Telaga Ngebel di musim Kupu-Kupu, sekitar bulan Desember. Berbagai Kupu-Kupu yang kebanyakan merupakan Kupu-Kupu Sayap Kuning akan berterbangan di sekitarmu sepanjang perjalanan. Lakukan pula perjalanan di pagi hari sehingga udara masih cukup segar dan matahari tidak terlalu terik.

Saya menikmati perjalanan saya menuju Telaga Ngebel dan mendapatkan pengalaman luar biasa, dimana sepanjang jalan, seolah Kupu-Kupu Sayap Kuning turut mengitari saya. Sayangnya sebab sedang berada dalam posisi duduk diam diboncengan dengan beberapa barang bawaan, saya kala itu kesulitan untuk mengabadikan momen luar biasa tersebut. Walhasil, hanya video dengan resolusi sekedarnya, dan foto Kupu-Kupu seadanya yang saya bawa pulang. Tapi, pengalaman itu tetap sangat luar biasa dan begitu membekas di ingatan.

Kopi atau Kopi Durian dan Sepiring Nangka Goreng

Ternyata Telaga Ngebel merupakan salah satu tempat yang biasa dijadikan anak muda Ponorogo sebagai tempat kongkow-kongkow, mengobrol dan bersantai bersama teman atau keluarga di akhir pekan. Menyenangkannya, di musim Durian, berbagai penjual Durian cukup banyak di sana. Ditambah warung Kopi yang bersedia menyajikan secangkir kopi pesanan dengan buah Durian utuh yang bebas saja untuk diracik sendiri oleh pengunjung, jika suka. Jika kurang suka, bisa menikmati Durian atau Nangka Goreng saja. Rasa yang unik dan luar biasa karena baru pertama kali saya rasakan di sanalah yang membuat lagi dan lagi, pengalaman mengunjungi Telaga Ngebel sulit terlupakan. Anginnya yang sepoi, ditemani segelas Kopi, Durian, juga Nangka Goreng, saya nggak akan menolak jika punya kesempatan untuk berkunjung ke sana lagi suatu hari.

Naik Perahu atau Duduk Duduk Santai Di Tepian

Telaga Ngebel ini sebenarnya bukan tipe telaga yang bebas saja untuk dipakai mandi, sebab kejernihan airnya lebih cocok dinikmati dari tepian, atau mungkin dengan menyewa perahu sekadar menikmati pemandangan hijau dari tengah telaga.

Kala itu, saya lebih memilih menikmatinya dari tepian saja. Lebih menyenangkan bagi saya, sebab perahu yang melaju lambat di tengah telaga. Mungkin kamu akan memilih hal berbeda dari saya, sebab selera dan cara orang menikmati keindahan alam dalam sebuah perjalanan seringnya berbeda-beda.

Bisa Menginap Jika Mau

Saya menemukan sebuah penginapan yang berada benar-benar nggak jauh dari tepian telaga, walaupun saya nggak berkesempatan untuk masuk sekedar untuk bertanya-tanya. Tetapi, mungkin kamu yang berkesempatan membaca tulisan saya ini, lain kali bisa mencobanya. Menemukan adanya penginapan yang nggak jauh dari telaga begini, membuat saya membayangkan bisa menikmati matahari yang terbit dan terbenam di sekitaran telaga, sembari menikmati makanan sederhana yang menyenangkan. Sayangnya waktu itu saya belum punya kesempatan. Mungkin lain kali ya.

Menjalin Keakraban Bersama Suku Anak Dalam Jambi

Jambi, identik dengan Candi Gedong dan Sungai Batanghari serta kulinernya yang khas dan lezat. Sungguh bikin betah berlama-lama di sana bahkan saya sudah dua kali ke sana masih ingin balik lagi. Jangan lupa menikmati sekitar Jembatan Gentala Arasy di senja dan malam hari. Tak lupa ngobrol bersama Suku Anak Dalam untuk saling berbagi inspirasi.

Paling suka traveling ke tempat yang jarang dikunjungi orang lain. Seperti mengunjungi sebuah desa terpencil. Saat saya ke Jambi, sudah tergambar bahwa tempat wisata di sana yang terkenal adalah Candi Gedong dan Jembatan Gentala Arasy yang ikonik membelah sungai Batanghari. Sempat saya singgah di sana sambil menikmati suasana dan kulineran Pempek Terang Bulan dan tak lupa mencoba Kwetiau Rusa yang lezat dan unik.

Destinasi utama saya di Jambi adalah ingin mengenal suku Anak Dalam. Maka saya dan beberapa teman pergi ke Muaro Bungo lalu menuju Merangin. Perjalanan 8 jam kalau dari Bandara. Kami menggunakan mobil sewaan yang direferensikan teman. Oh ya, di Merangin ini kebetulan ada teman yang bekerja di sebuah LSM dan mengajak saya untuk mengetahui kegiatannya. Jadi tanpa pikir panjang saya menyetujuinya karena goal saya ingin bersua dengan suku anak dalam.

Jambi memiliki pesona wisata yang tiada dua. Salah satunya adalah unsur budaya yang kental. Kali ini, saya bertemu dengan suku anak dalam di Jambi.

Sesampainya di Merangin, membentang perkebunan sawit yang mendominasi pandangan mata. Tak ada yang lain selain perkebunan sawit yang dibelah oleh jalan yang kami lalui, sesekali babi dan monyet melintas dan ini benar-benar extraordinary!

Kami sampai di rumah warga, untuk menginap selama semalam. Dayung bersambut, saya mendapatkan makanan khas Jambi yang saya inginkan yaitu Ikan Patin bumbu tempoyak. Sungguh lezat, unik dan membekas hingga hari ini.

Suku anak dalam yang saya temui adalah suku anak dalam yang sudah mampu menerima budaya dari luar, mereka menyekolahkan anak-anaknya dan berpakaian rapi layaknya penduduk biasa. Saya ngobrol banyak hal dan mengikuti kegiatan mereka hari itu, seperti berladang dan berdagang. Mayoritas berkebun sawit dan karet. Buat saya, piknik itu bisa ikut menyadap karet bersama mereka sambil ngobrol banyak hal setelah itu makan lesehan dan menikmati suasana kekeluargaan di sana.

Saya pun ingin ke Dubai untuk berinteraksi dengan warga lokal di sana sambil menyelami kegiatan dan budayanya karena Dubai sangat menarik dari berbagai aspek, makanya saya ingin sekali ke Dubai.

5 Hal Unik Saat Berwisata ke Telaga Ngebel Ponorogo

Ponorogo punya destinasi wisata yang wajib kamu kunjungi. Dengan pemandangan alam yang indah, inilah Telaga Ngebel Ponorogo.
Telaga Ngebel? Saya nggak pernah terpikirkan untuk mengunjungi tempat ini sebelumnya, terkejut juga dengan beberapa hal menarik yang ada di sana. Itulah mengapa bagi saya, bisa berkunjung dan menikmati sejuk nyaman suasana di Telaga Ngebel membuat saya merasa luar biasa.

Telaga Ngebel sebenarnya sudah cukup populer sebagai tempat wisata di Ponorogo, walau memang belum jadi tempat wisata yang terlalu mainstream. Maka, kali ini saya akan membagikan pengalaman luar biasa saya saat mengunjungi kawasan wisata Telaga Ngebel di Ponorogo.

Datanglah di Musim Kupu-Kupu

Perjalanan untuk menuju Telaga Ngebel rasanya paling asik dinikmati dengan mengendarai kendaraan roda dua. Kenapa? Padahal jalanan menanjaki bukitnya sudah cukup nyaman untuk dilalui dengan mobil. Sensasinya ada di saat kamu melakukan perjalanan menuju Telaga Ngebel di musim Kupu-Kupu, sekitar bulan Desember. Berbagai Kupu-Kupu yang kebanyakan merupakan Kupu-Kupu Sayap Kuning akan berterbangan di sekitarmu sepanjang perjalanan. Lakukan pula perjalanan di pagi hari sehingga udara masih cukup segar dan matahari tidak terlalu terik.

Saya menikmati perjalanan saya menuju Telaga Ngebel dan mendapatkan pengalaman luar biasa, dimana sepanjang jalan, seolah Kupu-Kupu Sayap Kuning turut mengitari saya. Sayangnya sebab sedang berada dalam posisi duduk diam diboncengan dengan beberapa barang bawaan, saya kala itu kesulitan untuk mengabadikan momen luar biasa tersebut. Walhasil, hanya video dengan resolusi sekedarnya, dan foto Kupu-Kupu seadanya yang saya bawa pulang. Tapi, pengalaman itu tetap sangat luar biasa dan begitu membekas di ingatan.

Kalau Jember Punya Event JFC, Bojonegoro Punya TIFF

 Indonesia memiliki banyak atraksi wisata yang dapat menggaet turis lokal maupun internasional. Salah satunya adalah event budaya yang beragam di setiap wilayah.
Apa kabar sekalian. Saya mau berbagi informasi mengenai kota kelahiran tercinta yaitu Bojonegoro. Bojonegoro merupakan sebuah kabupaten kecil di Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Di era kepemimpinan bupati perempuan pertama yakni ibu Anna Muawanah, Kabupaten Bojonegoro berhasil menorehkan prestasi yang sangat membanggakan. Prestasi tersebut berupa Rekor Muri Tari Thengul Bojonegoro.

Bagi sebagian orang tentu asing dengan nama tari Thengul. Oleh karena itu, gebrakan pun dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk mengenalkan tari Thengul sebagai ikon daerah kepada khalayak umum dengan mengemasnya dalam sebuah event bertajuk Pergelaran Bojonegoro Thengul International Folklore Festival (TIFF) 2019 yang berlangsung Minggu (14/7/2019).

Tari Thengul merupakan tarian khas Bojonegoro yang menggambarkan wayang Thengul dan diperagakan oleh manusia dengan kostum dan tata rias muka putih serta garis hitam di rambut seperti boneka. Mereka menampilkan gerakan kaku siku pada gerakan tangan, gerakan tegas pada gerakan kepala, dilengkapi tata rias muka putih dengan cunduknya, seperti boneka, ekspresi senyumnya menampakan hubungan sosial yang akrab.

Selain berhasil menyabet rekor muri, ada hal menarik dalam festival tersebut yakni kegiatan ini diikuti pula peserta dari Bulgaria, Thailand, Poland & Mexico yang akan menunjukkan tarian tradisionalnya. Semoga event seperti ini nantinya semakin berkembang dari tahun ke tahun seperti halnya event dari daerah lain seperti Jember Fashion Carnaval (JFC) sehingga meningkatkan perkembangan Pariwisata di Kabupaten Bojonegoro.

Selain event tersebut, Bojonegoro juga memiliki beragam destinasi wisata, mulai dari wisata edukasi, wisata alam hingga wisata religi, budaya dan sejarah. Bagiamana, kamu tertarik untuk menjelajah Bojonegoro? Saya tunggu kedatangan dtraveller sekalian di Bumi Angling Darma tercinta ini. Yuk, Pinarak Bojonegoro!

Oh ya, sebagai seorang blogger, saya mempunyai keinginan untuk menjelajah sampai ke luar negeri, misalnya ke Dubai. Amiin. Ya, selama ini untuk menikmati keindahan Dubai dari media sosial. Semoga kelak, kaki ini bisa meninggalkan jejak di Kota yang sangat moderen itu. Jika saya berkesempatan berwisata ke Dubai, akan saya eksplor setiap sudutnya dan kubagikan ceritanya ke teman-teman melalui blog dan akun media sosial yang saya punya. Semoga mimpiku ini bisa terwujud. Amiin

Menjalin Keakraban Bersama Suku Anak Dalam Jambi

Jambi, identik dengan Candi Gedong dan Sungai Batanghari serta kulinernya yang khas dan lezat. Sungguh bikin betah berlama-lama di sana bahkan saya sudah dua kali ke sana masih ingin balik lagi. Jangan lupa menikmati sekitar Jembatan Gentala Arasy di senja dan malam hari. Tak lupa ngobrol bersama Suku Anak Dalam untuk saling berbagi inspirasi.

Paling suka traveling ke tempat yang jarang dikunjungi orang lain. Seperti mengunjungi sebuah desa terpencil. Saat saya ke Jambi, sudah tergambar bahwa tempat wisata di sana yang terkenal adalah Candi Gedong dan Jembatan Gentala Arasy yang ikonik membelah sungai Batanghari. Sempat saya singgah di sana sambil menikmati suasana dan kulineran Pempek Terang Bulan dan tak lupa mencoba Kwetiau Rusa yang lezat dan unik.

Destinasi utama saya di Jambi adalah ingin mengenal suku Anak Dalam. Maka saya dan beberapa teman pergi ke Muaro Bungo lalu menuju Merangin. Perjalanan 8 jam kalau dari Bandara. Kami menggunakan mobil sewaan yang direferensikan teman. Oh ya, di Merangin ini kebetulan ada teman yang bekerja di sebuah LSM dan mengajak saya untuk mengetahui kegiatannya. Jadi tanpa pikir panjang saya menyetujuinya karena goal saya ingin bersua dengan suku anak dalam.

Belanja di Pasar Ini, Bayarnya Pakai Uang Bambu (4)

Di Grobogan, Jawa Tengah, ada satu pasar yang unik. Berkonsep jadul dan terletak di tepi waduk, traveler bisa belanja di sini pakai uang bambu. Seperti apa?

Nama destinasi wisata baru yang unik ini adalah Pasar Kalangon. Nama itu diambil karena lokasinya juga berada di tepi Waduk Nglangon, Jawa Tengah. Pasar ini berkonsep jadul.

Mulai dari tempatnya yang berada di tepian waduk, lapaknya terbuat dari anyaman bambu, uangnya pakai koin bambu, bungkus makanannya pakai daun serta bambu, serta petugas pengelolanya mengenakan pakaian adat.

Pasar ini hanya dibuka tiap Minggu pertama dan ketiga di setiap bulannya. Meski dibuka dua hari setiap bulan, jumlah pengunjung mencapai ribuan orang. Mereka tidak hanya datang dari wilayah sekitar tapi juga luar kota, seperti Kudus, Sragen, Solo, Boyolali, Pati, Semarang dan sekitarnya.

detikcom sendiri tahu pasar ini dari media sosial (medsos). Tempat ini ramai di kalangan warganet. Nama akun medsos Instagram lokasi itu adalah @pasarkalangon. Akhirnya Minggu (18/8/2019) kemarin, detikcom membuktikannya langsung dengan mendatangi lokasi.

Ternyata memang tempatnya tak biasa dan menarik untuk dikunjungi. Lokasinya berada di tepi Waduk Nglangon. Tepatnya di Desa Kradenan, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. Kecamatan Kradenan ini berjarak sekitar 18 Km dari Kota Purwodadi, ibu kota Kabupaten Grobogan.

Kebetulan Minggu (18/8/2019), merupakan minggu ketiga bulan tersebut. Sesuai jadwal, pasar itu buka. Untuk bisa masuk ke Pasar Kalangon, pengunjung harus masuk melalui permukiman dengan masuk Gang 3 Desa Kradenan. Terpampang tulisan Wahana Ranu Nglangon (WRN).

Traveler yang hendak berkunjung terlebih dulu membayar uang tiket masuk Rp 3 ribu per orang. Bila ke lokasi menggunakan kendaraan pribadi, maka harus membayar uang parkir Rp 2 ribu.
Di lokasi, ratusan kendaraan terlihat berjajar rapi di bagian depan yang juga halaman parkir.

Kemudian begitu masuk ke dalam, suasana hiruk-pikuk seperti pasar jadul amat terasa. Para anggota pengurus pasar hilir mudik dengan mengenakan baju adat setempat. Puluhan lapak bambu, menjajakan aneka makanan tradisional, tampak berjajar rapi.

Di bawah rimbunan pohon bambu, alas tikar terhampar. Ratusan pengunjung tumpah-ruah. Seorang pengunjung bernama Budi, warga Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, terlihat bingung.

Lelaki berusia 45 tahun bersama sang istri bingung sebab setiap kali memesan makanan, selalu ditanya penjualnya. "Pringnya (bambunya) mana," kata Budi menirukan ucapan penjual makanan.

Akhirnya dia baru tahu kalau bambu yang dimaksud penjual makanan adalah alat bayar di pasar itu. Dia pun menukarkan uannya dengan uang bambu.

"Saya tadi tukar uang bambu sebanyak 10 koin. Nanti kalau kurang, saya tukar lagi," ungkapnya.

Satu uang bambu bernilai Rp 2 ribu. Pengunjung harus menukarkan uangnya lebih dulu ke lapak khusus bertuliskan 'ijol duwit'. Di sana, pengunjung pasar bisa menukar uangnya dengan uang bambu tanpa ada batasan. Selain juga mereka diminta mengisi buku tamu sebagai tanda kehadiran di pasar.

Penggagas Pasar Kalangon, Salma Istianahar terlihat sibuk di lapak penukaran uang bambu. Saat berbincang dengan detikcom, perempuan ini mengatakan, semua pengunjung yang hendak membeli makanan memang harus menukar uang lebih dulu.

"Bambu ini jadi uang atau koin untuk membeli makanan di pasar ini," kata Salma.

Pihaknya tidak membatasi pengunjung menukarkan uang rupiahnya dengan koin. "1 koin boleh, banyak bebas. Rata-rata pengunjung menukarkan uang Rp 20 ribu. Tapi yang lebih besar juga banyak," imbuh dia.

Menurut dia, pengunjung rata-rata bisa membeli makanan dan minuman per porsi, setidaknya harus membayar lima uang bambu. Itu pun tergantung juga dari menu yang dimakannya. Ada beragam menu tradisional disajikan. Mulai dari sate, pecel, soto, aneka ubi, kue putu, dan lainnya.

Menurut dia, para penjual makanan di Pasar Kalangon bisa mencatatkan transaksi penjualan dari Rp 150 ribu sampai Rp 2 juta per hari buka.

"Transaksinya ada yang sampai Rp 2 juta, Rp 1,5 juta, dan paling sedikit ya Rp 150 ribu," beber Salma.

Dia melanjutkan, para penjual makanan dan minuman itu tidak dibebankan biaya sewa. Baik sewa lapak, atau sewa tempat. Namun mereka menyisihkan 10 persen dari total pendapatannya hari itu untuk pengelola pasar.

"Total penjualan disisihkan 10 persen untuk panitia. 10 persen itu untuk operasional panitia," ujarnya.

Adapun jumlah panitia di pasar itu mencapai sekitar 22 orang. Yang semuanya adalah warga Desa Kradenan. Sedangkan jumlah penjual makananan dan minumannya sekitar 40 orang. Sama seperti panitia, para penjual di lokasi itu seluruhnya warga desa setempat. Hal itu sekaligus sebagai bentuk pemberdayaan penduduk desa.

Genting Highlands, Wisata Seru di Negeri Jiran

Malaysia punya wilayah rekreasi yang wajib dikunjungi. Inilah Genting Highlands, lokasinya tidak jauh dari ibukota Negeri Jiran, Kuala Lumpur.
Beberapa kali ke Negara Malaysia, saya tidak pernah mengunjungi tempat wisata Genting Highlands. Kali ini, saya dan keluarga menyempatkan ke Genting Highlands selama 2 malam. Tempat wisata ini pun tak jauh dari Kuala Lumpur, lokasinya kurang lebih sekitar 60 menit dari Kuala Lumpur.

Genting Highlands ini sendiri terletak di puncak dengan ketinggian sekitar 1.800-2.000 meter di atas permukaan laut. Jadi bila Anda ingin berwisata kesini, jangan lupa untuk membawa jaket dan baju hangat, karena udaranya yang dingin. Di Genting Highlands Resorts ini terdapat hotel, kasino dan taman bermain. Kasino adalah salah satu yang cukup populer di tempat ini, mengingat kasino tersebut juga legal.

Nah, asyiknya, di sini Anda juga bisa mencoba menaiki cable car atau kereta gantung yang dikatakan terpanjang di Asia Tenggara. Dari ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut ini, kita bisa menikmati keindahan hutan rindang di Genting Higlands, dan dilihat dari atas, sebagian besar masih banyak pembangunan untuk outdoor theme park yang mengusung tema dari film-film yang diproduksi oleh Fox.

Kereta gantung ini bisa muat 8-10 orang. Kebetulan kemarin bersama keponakan, jadi muat untuk diisi 10 orang. Jadi semua tergantung dari berat badan masing-masing penumpang. Untuk menaiki kereta gantung ini, Anda harus merogoh ongkos sebesar 16 ringgit (round way) dengan standard cabin.

Selain itu, saat di tengah akan akan pemberhentian ke Chin Swee Temple. Tempat wisata ini berada di ketinggian 4600 di atas permukaan laut, dan merupakan salah satu tempat instagrammable yang wajib Anda kunjungi.

Tiket masuknya pun gratis. Disini terdapat Pagoda sembilan lantai menjulang tinggi yang di dalamnya terdapat 2.000 lampu berkata yang konon dipercaya dapat memberkati para pengunjung yang masuk.

Selain itu, ada juga patung Buddha setinggi 15 meter, dan patung Dewi Kwan Yin.Selain itu terdapat dua ruang pertemuan dan Goh Tong Meditation Hall yang berguna sebagai tempat acara pernikahan, grup meditasi, dan acara lainnya.

Kemudian, ke bawah lagi Anda akan menemukan Genting Premium Outlet. Premium Outlet ini ada 2 lantai, menjual berbagai macam merk yang biasa dijual di mall, dari yang terjangkau sampai branded item premium. Tapi disini harganya bisa diskon sampai 70%. Merk yang di jual disini seperti Nike, Fossil, Kate Spade, Michale Kors, dan sejenisnya. Dan saat diskon, kita harus antri untuk masuk, gantian dengan pengunjung lain.

Jadi jangan lupa buat Anda jika ke Kuala Lumpur, luangkan waktu ke Genting Highland and shop till you drop.

Destinasi selanjutnya yang ingin sekali saya kunjungi adalah Dubai. Saya pilih Dubai karena Dubai adalah negara dengan wisata yang atraktif, luas, menantang, dan menyenangkan, serta mempunyai gedung pencakar langit tertinggi di dunia. Jika saya berkesempatan ke Dubai, saya ingin berpetualang ke Desert Safari, mengarungi lautan pasir/padang pasir dengan mobil SUV, berswafoto dengan unta saat melewati berbagai gundukan pasir. Jika saya berkesempatan ke Dubai, saya ingin berpetualang ke Desert Safari, mengarungi lautan pasir/padang pasir dengan mobil SUV, berswafoto dengan Unta saat melewati berbagai gundukan pasir. Kemudian hunting foto dengan gedung tertinggi dunia, Burj Khalifa. Lalu mengunjungi Underwater Zoo yang ada di Dubai Mall.

Senin, 30 Desember 2019

Belanja di Pasar Ini, Bayarnya Pakai Uang Bambu (3)

Di Grobogan, Jawa Tengah, ada satu pasar yang unik. Berkonsep jadul dan terletak di tepi waduk, traveler bisa belanja di sini pakai uang bambu. Seperti apa?

Nama destinasi wisata baru yang unik ini adalah Pasar Kalangon. Nama itu diambil karena lokasinya juga berada di tepi Waduk Nglangon, Jawa Tengah. Pasar ini berkonsep jadul.

Mulai dari tempatnya yang berada di tepian waduk, lapaknya terbuat dari anyaman bambu, uangnya pakai koin bambu, bungkus makanannya pakai daun serta bambu, serta petugas pengelolanya mengenakan pakaian adat.

Pasar ini hanya dibuka tiap Minggu pertama dan ketiga di setiap bulannya. Meski dibuka dua hari setiap bulan, jumlah pengunjung mencapai ribuan orang. Mereka tidak hanya datang dari wilayah sekitar tapi juga luar kota, seperti Kudus, Sragen, Solo, Boyolali, Pati, Semarang dan sekitarnya.

detikcom sendiri tahu pasar ini dari media sosial (medsos). Tempat ini ramai di kalangan warganet. Nama akun medsos Instagram lokasi itu adalah @pasarkalangon. Akhirnya Minggu (18/8/2019) kemarin, detikcom membuktikannya langsung dengan mendatangi lokasi.

Ternyata memang tempatnya tak biasa dan menarik untuk dikunjungi. Lokasinya berada di tepi Waduk Nglangon. Tepatnya di Desa Kradenan, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. Kecamatan Kradenan ini berjarak sekitar 18 Km dari Kota Purwodadi, ibu kota Kabupaten Grobogan.

Kebetulan Minggu (18/8/2019), merupakan minggu ketiga bulan tersebut. Sesuai jadwal, pasar itu buka. Untuk bisa masuk ke Pasar Kalangon, pengunjung harus masuk melalui permukiman dengan masuk Gang 3 Desa Kradenan. Terpampang tulisan Wahana Ranu Nglangon (WRN).

Traveler yang hendak berkunjung terlebih dulu membayar uang tiket masuk Rp 3 ribu per orang. Bila ke lokasi menggunakan kendaraan pribadi, maka harus membayar uang parkir Rp 2 ribu.
Di lokasi, ratusan kendaraan terlihat berjajar rapi di bagian depan yang juga halaman parkir.

Kemudian begitu masuk ke dalam, suasana hiruk-pikuk seperti pasar jadul amat terasa. Para anggota pengurus pasar hilir mudik dengan mengenakan baju adat setempat. Puluhan lapak bambu, menjajakan aneka makanan tradisional, tampak berjajar rapi.

Di bawah rimbunan pohon bambu, alas tikar terhampar. Ratusan pengunjung tumpah-ruah. Seorang pengunjung bernama Budi, warga Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, terlihat bingung.

Lelaki berusia 45 tahun bersama sang istri bingung sebab setiap kali memesan makanan, selalu ditanya penjualnya. "Pringnya (bambunya) mana," kata Budi menirukan ucapan penjual makanan.

Akhirnya dia baru tahu kalau bambu yang dimaksud penjual makanan adalah alat bayar di pasar itu. Dia pun menukarkan uannya dengan uang bambu.

"Saya tadi tukar uang bambu sebanyak 10 koin. Nanti kalau kurang, saya tukar lagi," ungkapnya.

Satu uang bambu bernilai Rp 2 ribu. Pengunjung harus menukarkan uangnya lebih dulu ke lapak khusus bertuliskan 'ijol duwit'. Di sana, pengunjung pasar bisa menukar uangnya dengan uang bambu tanpa ada batasan. Selain juga mereka diminta mengisi buku tamu sebagai tanda kehadiran di pasar.

Penggagas Pasar Kalangon, Salma Istianahar terlihat sibuk di lapak penukaran uang bambu. Saat berbincang dengan detikcom, perempuan ini mengatakan, semua pengunjung yang hendak membeli makanan memang harus menukar uang lebih dulu.

"Bambu ini jadi uang atau koin untuk membeli makanan di pasar ini," kata Salma.

Pihaknya tidak membatasi pengunjung menukarkan uang rupiahnya dengan koin. "1 koin boleh, banyak bebas. Rata-rata pengunjung menukarkan uang Rp 20 ribu. Tapi yang lebih besar juga banyak," imbuh dia.

Menurut dia, pengunjung rata-rata bisa membeli makanan dan minuman per porsi, setidaknya harus membayar lima uang bambu. Itu pun tergantung juga dari menu yang dimakannya. Ada beragam menu tradisional disajikan. Mulai dari sate, pecel, soto, aneka ubi, kue putu, dan lainnya.

Menurut dia, para penjual makanan di Pasar Kalangon bisa mencatatkan transaksi penjualan dari Rp 150 ribu sampai Rp 2 juta per hari buka.

"Transaksinya ada yang sampai Rp 2 juta, Rp 1,5 juta, dan paling sedikit ya Rp 150 ribu," beber Salma.

Dia melanjutkan, para penjual makanan dan minuman itu tidak dibebankan biaya sewa. Baik sewa lapak, atau sewa tempat. Namun mereka menyisihkan 10 persen dari total pendapatannya hari itu untuk pengelola pasar.

"Total penjualan disisihkan 10 persen untuk panitia. 10 persen itu untuk operasional panitia," ujarnya.

Adapun jumlah panitia di pasar itu mencapai sekitar 22 orang. Yang semuanya adalah warga Desa Kradenan. Sedangkan jumlah penjual makananan dan minumannya sekitar 40 orang. Sama seperti panitia, para penjual di lokasi itu seluruhnya warga desa setempat. Hal itu sekaligus sebagai bentuk pemberdayaan penduduk desa.

Belanja di Pasar Ini, Bayarnya Pakai Uang Bambu (2)

Di bawah rimbunan pohon bambu, alas tikar terhampar. Ratusan pengunjung tumpah-ruah. Seorang pengunjung bernama Budi, warga Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, terlihat bingung.

Lelaki berusia 45 tahun bersama sang istri bingung sebab setiap kali memesan makanan, selalu ditanya penjualnya. "Pringnya (bambunya) mana," kata Budi menirukan ucapan penjual makanan.

Akhirnya dia baru tahu kalau bambu yang dimaksud penjual makanan adalah alat bayar di pasar itu. Dia pun menukarkan uannya dengan uang bambu.

"Saya tadi tukar uang bambu sebanyak 10 koin. Nanti kalau kurang, saya tukar lagi," ungkapnya.

Satu uang bambu bernilai Rp 2 ribu. Pengunjung harus menukarkan uangnya lebih dulu ke lapak khusus bertuliskan 'ijol duwit'. Di sana, pengunjung pasar bisa menukar uangnya dengan uang bambu tanpa ada batasan. Selain juga mereka diminta mengisi buku tamu sebagai tanda kehadiran di pasar.

Penggagas Pasar Kalangon, Salma Istianahar terlihat sibuk di lapak penukaran uang bambu. Saat berbincang dengan detikcom, perempuan ini mengatakan, semua pengunjung yang hendak membeli makanan memang harus menukar uang lebih dulu.

"Bambu ini jadi uang atau koin untuk membeli makanan di pasar ini," kata Salma.

Pihaknya tidak membatasi pengunjung menukarkan uang rupiahnya dengan koin. "1 koin boleh, banyak bebas. Rata-rata pengunjung menukarkan uang Rp 20 ribu. Tapi yang lebih besar juga banyak," imbuh dia.

Menurut dia, pengunjung rata-rata bisa membeli makanan dan minuman per porsi, setidaknya harus membayar lima uang bambu. Itu pun tergantung juga dari menu yang dimakannya. Ada beragam menu tradisional disajikan. Mulai dari sate, pecel, soto, aneka ubi, kue putu, dan lainnya.

Menurut dia, para penjual makanan di Pasar Kalangon bisa mencatatkan transaksi penjualan dari Rp 150 ribu sampai Rp 2 juta per hari buka.

"Transaksinya ada yang sampai Rp 2 juta, Rp 1,5 juta, dan paling sedikit ya Rp 150 ribu," beber Salma.

Dia melanjutkan, para penjual makanan dan minuman itu tidak dibebankan biaya sewa. Baik sewa lapak, atau sewa tempat. Namun mereka menyisihkan 10 persen dari total pendapatannya hari itu untuk pengelola pasar.

"Total penjualan disisihkan 10 persen untuk panitia. 10 persen itu untuk operasional panitia," ujarnya.

Adapun jumlah panitia di pasar itu mencapai sekitar 22 orang. Yang semuanya adalah warga Desa Kradenan. Sedangkan jumlah penjual makananan dan minumannya sekitar 40 orang. Sama seperti panitia, para penjual di lokasi itu seluruhnya warga desa setempat. Hal itu sekaligus sebagai bentuk pemberdayaan penduduk desa.

Setiap kali buka, lanjut Salma, jumlah pengunjung rata-rata bisa mencapai 2 ribu orang sampai 4 ribu orang. Selain panitia mendapatkan pemasukan dari bagi hasil 10 persen penjualan, juga mendapatkan pemasukan dari uang tiket.

Dia mengaku gagasan Pasar Kalangon mencontoh dari Pasar Papringan di Temanggung. Kemudian dimodifikasi dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada. Seperti halnya lokasi pasar di tepi waduk.

Tempat ini di bawah pengelolaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Pesona. Menurut dia, untuk pemasaran lokasi murni dari media sosial. Tidak heran jika tempat ini juga dikenal sebagai Pasar Digital Kalangon.

"Promosi atau pemasaran kita ya selain dari mulut ke mulut warga, ya dari media sosial. Ada Facebook, Instagram, Twitter, Youtube," ungkap seorang panitia pengelolaan pasar, Febri.

Pasar Kalangon, terang pemuda ini, berdiri pada minggu pertama bulan Januari 2019. Meski belum genap satu tahun, namun selalu ramai dikunjungi warga dari berbagai daerah.

Seorang penjual makanan hasil kebun, Ny Suti (50), keberadaan Pasar Kalangon amat menguntungkan. Sebab, warga bisa mendapatkan pendapatan.

"Senang ya bisa berjualan di sini. Saya kan juga jualan makanan di luar. Di sini (Pasar Kalangon) juga bisa jualan hasil kebun. Ada ubi rebus, kacang rebus, pisang rebus, buah nanas dan lainnya," kata Suti.

Belanja di Pasar Ini, Bayarnya Pakai Uang Bambu

Di Grobogan, Jawa Tengah, ada satu pasar yang unik. Berkonsep jadul dan terletak di tepi waduk, traveler bisa belanja di sini pakai uang bambu. Seperti apa?

Nama destinasi wisata baru yang unik ini adalah Pasar Kalangon. Nama itu diambil karena lokasinya juga berada di tepi Waduk Nglangon, Jawa Tengah. Pasar ini berkonsep jadul.

Mulai dari tempatnya yang berada di tepian waduk, lapaknya terbuat dari anyaman bambu, uangnya pakai koin bambu, bungkus makanannya pakai daun serta bambu, serta petugas pengelolanya mengenakan pakaian adat.

Pasar ini hanya dibuka tiap Minggu pertama dan ketiga di setiap bulannya. Meski dibuka dua hari setiap bulan, jumlah pengunjung mencapai ribuan orang. Mereka tidak hanya datang dari wilayah sekitar tapi juga luar kota, seperti Kudus, Sragen, Solo, Boyolali, Pati, Semarang dan sekitarnya.

detikcom sendiri tahu pasar ini dari media sosial (medsos). Tempat ini ramai di kalangan warganet. Nama akun medsos Instagram lokasi itu adalah @pasarkalangon. Akhirnya Minggu (18/8/2019) kemarin, detikcom membuktikannya langsung dengan mendatangi lokasi.

Ternyata memang tempatnya tak biasa dan menarik untuk dikunjungi. Lokasinya berada di tepi Waduk Nglangon. Tepatnya di Desa Kradenan, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. Kecamatan Kradenan ini berjarak sekitar 18 Km dari Kota Purwodadi, ibu kota Kabupaten Grobogan.

Kebetulan Minggu (18/8/2019), merupakan minggu ketiga bulan tersebut. Sesuai jadwal, pasar itu buka. Untuk bisa masuk ke Pasar Kalangon, pengunjung harus masuk melalui permukiman dengan masuk Gang 3 Desa Kradenan. Terpampang tulisan Wahana Ranu Nglangon (WRN).

Traveler yang hendak berkunjung terlebih dulu membayar uang tiket masuk Rp 3 ribu per orang. Bila ke lokasi menggunakan kendaraan pribadi, maka harus membayar uang parkir Rp 2 ribu.
Di lokasi, ratusan kendaraan terlihat berjajar rapi di bagian depan yang juga halaman parkir.

Kemudian begitu masuk ke dalam, suasana hiruk-pikuk seperti pasar jadul amat terasa. Para anggota pengurus pasar hilir mudik dengan mengenakan baju adat setempat. Puluhan lapak bambu, menjajakan aneka makanan tradisional, tampak berjajar rapi.

Di bawah rimbunan pohon bambu, alas tikar terhampar. Ratusan pengunjung tumpah-ruah. Seorang pengunjung bernama Budi, warga Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, terlihat bingung.

Lelaki berusia 45 tahun bersama sang istri bingung sebab setiap kali memesan makanan, selalu ditanya penjualnya. "Pringnya (bambunya) mana," kata Budi menirukan ucapan penjual makanan.

Akhirnya dia baru tahu kalau bambu yang dimaksud penjual makanan adalah alat bayar di pasar itu. Dia pun menukarkan uannya dengan uang bambu.

"Saya tadi tukar uang bambu sebanyak 10 koin. Nanti kalau kurang, saya tukar lagi," ungkapnya.

Satu uang bambu bernilai Rp 2 ribu. Pengunjung harus menukarkan uangnya lebih dulu ke lapak khusus bertuliskan 'ijol duwit'. Di sana, pengunjung pasar bisa menukar uangnya dengan uang bambu tanpa ada batasan. Selain juga mereka diminta mengisi buku tamu sebagai tanda kehadiran di pasar.

Penggagas Pasar Kalangon, Salma Istianahar terlihat sibuk di lapak penukaran uang bambu. Saat berbincang dengan detikcom, perempuan ini mengatakan, semua pengunjung yang hendak membeli makanan memang harus menukar uang lebih dulu.

"Bambu ini jadi uang atau koin untuk membeli makanan di pasar ini," kata Salma.

Pihaknya tidak membatasi pengunjung menukarkan uang rupiahnya dengan koin. "1 koin boleh, banyak bebas. Rata-rata pengunjung menukarkan uang Rp 20 ribu. Tapi yang lebih besar juga banyak," imbuh dia.

Menurut dia, pengunjung rata-rata bisa membeli makanan dan minuman per porsi, setidaknya harus membayar lima uang bambu. Itu pun tergantung juga dari menu yang dimakannya. Ada beragam menu tradisional disajikan. Mulai dari sate, pecel, soto, aneka ubi, kue putu, dan lainnya.

Menurut dia, para penjual makanan di Pasar Kalangon bisa mencatatkan transaksi penjualan dari Rp 150 ribu sampai Rp 2 juta per hari buka.

"Transaksinya ada yang sampai Rp 2 juta, Rp 1,5 juta, dan paling sedikit ya Rp 150 ribu," beber Salma.

Dia melanjutkan, para penjual makanan dan minuman itu tidak dibebankan biaya sewa. Baik sewa lapak, atau sewa tempat. Namun mereka menyisihkan 10 persen dari total pendapatannya hari itu untuk pengelola pasar.

"Total penjualan disisihkan 10 persen untuk panitia. 10 persen itu untuk operasional panitia," ujarnya.

Adapun jumlah panitia di pasar itu mencapai sekitar 22 orang. Yang semuanya adalah warga Desa Kradenan. Sedangkan jumlah penjual makananan dan minumannya sekitar 40 orang. Sama seperti panitia, para penjual di lokasi itu seluruhnya warga desa setempat. Hal itu sekaligus sebagai bentuk pemberdayaan penduduk desa.

Tak Jauh Dari Semarang, Ada Air Terjun Cantik Nih

Tahukah kamu, ada air terjun yang tak jauh dari Semarang. Ini Curug Lawe yang menyegarkan.

Curug Lawe terletak di tengah cekungan tebing dan memiliki air terjun yang cukup deras. Memiliki keindahan alam yang masih asli, air terjun ini yang buat traveler ingin mengunjunginya lagi.

Semarang adalah salah satu tempat tujuan wisata para pelancong, tentu saja dengan referensi dari berbagai pihak. Salah satunya mungkin media sosial, yang dengannya kita bisa mudah mendapatkan berbagai informasi tentang objek wisata yang sudah maupun belum kita ketahui.

Salah satu objek wisata alam yang sangat recommended di Semarang adalah Curug Lawe yang berada di lereng Gunung Ungaran. Tepatnya di Desa Kalisidi, Ungaran, Kabupaten Semarang. Walaupun tempatnya berada cukup jauh dari kota, tetapi air terjun Curug Lawe ini sudah populer di kalangan traveler.

Berada di tempat ini, serasa di surga dunia dengan keindahan alam dan kesejukannya karena dikelilingi oleh alam yang masih asli. Air terjunnya cukup deras, saran saya kalau tidak membawa pakaian ganti jangan terlalu dekat dengan air terjun. Selain kawasan ini, air terjun yang tak kalah menarik yaitu Curug Benowo.

Untuk bisa sampai ke air terjun ini, memang perlu sedikit pengorbanan. Tentunya korban tenaga karena jalan menuju air terjun ini harus melewati jalur naik turun dengan melalui hutan.

Tapi tenang, kita tidak akan tersesat karena ada petunjuk arah. Jika beruntung, kita juga akan sering menemui para pemandu yang biasanya stay di tengah hutan. Sebenarnya, medannya ga berat, karena putri saya yang berumur 7 tahun saja bisa sampai ke sini dengan penuh semangat.

Cukup bawa bekal seperlunya buat energi naik turun dan ingat jangan meninggalkan sampah, karena air di sana sangat terjaga kejernihannya. Jadi, traveler juga wajib menjaga kebersihan tempat ini.

Jika membawa pasangan, traveler bisa foto-foto di Jembatan Romantis yang instagramable. Selain itu, di sepanjang perjalanan saya juga tak pernah berhenti mengambil gambar gambar pemandangan yang masih alami dan sangat sejuk. Tempat ini tutup pukul 15.00 WIB karena kalau sudah malam, jalan menuju tempat Curug Lawe gelap.

Tiket masuknya pun cukup terjangaku hanya Rp 5000. Jadi, tidak perlu pikir panjang, yuk masukkan daftar tujuan wisatamu selanjutnya karena pasti akan berkesan dan ingin kesana lagi.

Mengunjungi tempat tempat wisata itu adalah seperti candu yang membuat hidup ini bergairah. Jika ada kesempatan untuk traveling ke luar negeri, saya ingin ke Dubai, bagaikan negeri dongeng di dunia nyata. Jika bisa ke Dubai, saya akan mengunjungi Burj Khalifa, gedung tertinggi di dunia dan berfoto di puncaknya. Karena keunikan gedung ini yang dibangun di tengah padang pasir, pasti akan membuat warna baru dalam pengalaman traveling saya.

Belanja di Pasar Ini, Bayarnya Pakai Uang Bambu

Di Grobogan, Jawa Tengah, ada satu pasar yang unik. Berkonsep jadul dan terletak di tepi waduk, traveler bisa belanja di sini pakai uang bambu. Seperti apa?

Nama destinasi wisata baru yang unik ini adalah Pasar Kalangon. Nama itu diambil karena lokasinya juga berada di tepi Waduk Nglangon, Jawa Tengah. Pasar ini berkonsep jadul.

Mulai dari tempatnya yang berada di tepian waduk, lapaknya terbuat dari anyaman bambu, uangnya pakai koin bambu, bungkus makanannya pakai daun serta bambu, serta petugas pengelolanya mengenakan pakaian adat.

Pasar ini hanya dibuka tiap Minggu pertama dan ketiga di setiap bulannya. Meski dibuka dua hari setiap bulan, jumlah pengunjung mencapai ribuan orang. Mereka tidak hanya datang dari wilayah sekitar tapi juga luar kota, seperti Kudus, Sragen, Solo, Boyolali, Pati, Semarang dan sekitarnya.

detikcom sendiri tahu pasar ini dari media sosial (medsos). Tempat ini ramai di kalangan warganet. Nama akun medsos Instagram lokasi itu adalah @pasarkalangon. Akhirnya Minggu (18/8/2019) kemarin, detikcom membuktikannya langsung dengan mendatangi lokasi.

Pesisir China yang Syahdu

Hainan terkenal dengan daerah tropis cantik di China. Salah satu pantai yang bisa dikunjungi adalah Pantai Da Dong Hai.

Da Dong Hai terletak di Sanya, jantung pariwisata Pulau Hainan. Sekitar 2-3 perjalanan darat dari Ibukota Hainan, yakni Haikou. Inilah salah satu paling populer di Pulau.

Bisa dibilang, pantai ini jadi incaran turis lokal maupun internasional. Saat sore hari, banyak turis yang bersantai di pinggir pantai atau mencoba berbagai olahraga air.

Meski pantainya tidak memiliki air yang terlalu jernih dan pasir putih bersih, nyatanya Da Dong Hai masih jadi primadona wisatawan. Pantai yang memiliki garis sepanjang 2,200 kilometer ini memiliki pusat wisatawan di dekat hotel Beauty Crown.

Traveler bisa mencoba jet ski, berenang di pesisir bahkan mencicipi kuliner lezat di restoran terapung. Di bagian pinggir pantai, juga ada sejumlah pedagang yang menawarkan aneka makanan dan minuman.

Karena Hainan dikenal dengan wilayah tropis serta aneka buah segar, maka itu lah yang banyak dijual. Mulai dari apel, jambu, buah naga, mangga sampai durian pun tersedia.

Yang paling banyak ditemui di Hainan adalah Kelapa. Mulai dari kelapa muda dan kelapa gading kuning mudah ditemukan di sini. Rasanya segar dan melegakan dahaga!

Nah, waktu terbaik saat berkunjung ke Da Dong Hai adalah siang menjelang sore hari. Meski ramai, pantai tidak terlalu penuh namun cenderung masih nyaman dikunjungi.

Umumnya, wisatawan yang berwisata ke Hainan dengan tur akan diajak ke Da Dong Hai Beach. Selain itu, biaya tur ke Hainan akan jauh lebih murah dibandingkan backpacking karena subsidi pemerintah setempat kepada wisatawan internasional salah satunya Indonesia.

Tak Jauh Dari Semarang, Ada Air Terjun Cantik Nih

Tahukah kamu, ada air terjun yang tak jauh dari Semarang. Ini Curug Lawe yang menyegarkan.

Curug Lawe terletak di tengah cekungan tebing dan memiliki air terjun yang cukup deras. Memiliki keindahan alam yang masih asli, air terjun ini yang buat traveler ingin mengunjunginya lagi.

Semarang adalah salah satu tempat tujuan wisata para pelancong, tentu saja dengan referensi dari berbagai pihak. Salah satunya mungkin media sosial, yang dengannya kita bisa mudah mendapatkan berbagai informasi tentang objek wisata yang sudah maupun belum kita ketahui.

Salah satu objek wisata alam yang sangat recommended di Semarang adalah Curug Lawe yang berada di lereng Gunung Ungaran. Tepatnya di Desa Kalisidi, Ungaran, Kabupaten Semarang. Walaupun tempatnya berada cukup jauh dari kota, tetapi air terjun Curug Lawe ini sudah populer di kalangan traveler.

Berada di tempat ini, serasa di surga dunia dengan keindahan alam dan kesejukannya karena dikelilingi oleh alam yang masih asli. Air terjunnya cukup deras, saran saya kalau tidak membawa pakaian ganti jangan terlalu dekat dengan air terjun. Selain kawasan ini, air terjun yang tak kalah menarik yaitu Curug Benowo.

Untuk bisa sampai ke air terjun ini, memang perlu sedikit pengorbanan. Tentunya korban tenaga karena jalan menuju air terjun ini harus melewati jalur naik turun dengan melalui hutan.

Tapi tenang, kita tidak akan tersesat karena ada petunjuk arah. Jika beruntung, kita juga akan sering menemui para pemandu yang biasanya stay di tengah hutan. Sebenarnya, medannya ga berat, karena putri saya yang berumur 7 tahun saja bisa sampai ke sini dengan penuh semangat.

Cukup bawa bekal seperlunya buat energi naik turun dan ingat jangan meninggalkan sampah, karena air di sana sangat terjaga kejernihannya. Jadi, traveler juga wajib menjaga kebersihan tempat ini.

Jika membawa pasangan, traveler bisa foto-foto di Jembatan Romantis yang instagramable. Selain itu, di sepanjang perjalanan saya juga tak pernah berhenti mengambil gambar gambar pemandangan yang masih alami dan sangat sejuk. Tempat ini tutup pukul 15.00 WIB karena kalau sudah malam, jalan menuju tempat Curug Lawe gelap.

Tiket masuknya pun cukup terjangaku hanya Rp 5000. Jadi, tidak perlu pikir panjang, yuk masukkan daftar tujuan wisatamu selanjutnya karena pasti akan berkesan dan ingin kesana lagi.

Mengunjungi tempat tempat wisata itu adalah seperti candu yang membuat hidup ini bergairah. Jika ada kesempatan untuk traveling ke luar negeri, saya ingin ke Dubai, bagaikan negeri dongeng di dunia nyata. Jika bisa ke Dubai, saya akan mengunjungi Burj Khalifa, gedung tertinggi di dunia dan berfoto di puncaknya. Karena keunikan gedung ini yang dibangun di tengah padang pasir, pasti akan membuat warna baru dalam pengalaman traveling saya.

Kisah Hotel Horor di Taman Nasional Warisan Dunia UNESCO

Sebuah hotel Kanada populer karena kisah mistisnya. Inilah hotel dengan kisah horor di suatu taman nasional yang masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.

Inilah Fairmont Banff Springs, sebuah hotel fenomenal di Kanada. Berada di Banff National Park (suatu taman nasional yang diakui UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia), hotel ini menjadi buah bibir di kalangan wisatawan.

Kok bisa? Mari kita mulai dengan cerita mistis yang beredar di area hotel ini.

Dihimpun detikcom dari berbagai sumber, Senin (19/9/2019) Fairmont Banff Springs adalah hotel mewah berbintang 4. Hotel dengan julukan The Castle in the Rockies ini menyimpan 3 kisah horor yang terkenal.

Yang paling sering muncul adalah kisah seorang staff yang terlihat mondar-mandir di lantai 9. Staff ini akan membantu para tamu yang mengalami kesulitan dalam membawa barang.

Setelah selesai membantu, staff ini akan hilang begitu saja tanpa jejak. Tak ada yang tahu pasti permulaan munculnya cerita ini.

Ada lagi kisah seorang perempuan yang akan menikah di hotel ini. Ceritanya, wanita ini hendak turun menuju ballroom menggunkan gaun pengantin.

Sialnya, ada sebuah kelereng di tangga. Pengantin wanita ini terpeleset dan jatuh. Sedihnya, wanita ini meninggal di tempat.

Semenjak itu, akan ada suara kelereng yang terdengar di tangga hotel. Rumornya, kelereng itu dilempar oleh arwah pengantin wanita.

Yang terakhir adalah kisah kamar 873. Menurut cerita warga setempat, dulu pernah ada pembunuhan berdarah dingin di kamar 873. Satu keluarga tewas di dalam kamar tanpa tahu siapa pembunuhnya.

Kasus ini ditutup untuk menghidupkan bisnis hotel. Bukan cuma kasusnya, nomor kamar 873 di hotel ini pun lenyap. Para staff akan menutup rapat soal cerita pembunuhan ini.

Walau punya cerita mistis, hotel ini bisa menjadi pilihan tepat bagi traveler yang berlibur di Banff, Kanada. Karena hotel ini masuk dalam situs warisan dunia UNESCO.

Fairmont Banff Springs Hotel masuk dalam National Historic Site of Canada. Hotel ini dibuka pada tahun 1888 untuk memperkenalkan keindahan Kanada pada wisatawan dunia. Sebutan lain hotel ini adalah Most Iconic Luxury Hotel.

Keindahan pemandangan hotel ini memang tiada dua. Bagaimana tidak? Fairmont Banff Springs Hotel berdiri di tengah Taman Nasional Banff. Taman Nasional ini adalah yang pertama di Kanada.

Berlatar pemandangan Rocky Mountains, hotel ini bisa dinikmati mulai dari harga Rp 5 jutaan per malamnya. Traveler yang tidak menginap juga diperbolehkan untuk mengikuti tur sejarah yang disediakan oleh hotel ini.

Kamu cukup berani untuk menginap di hotel legendaris ini, traveler?

Pesisir China yang Syahdu

Hainan terkenal dengan daerah tropis cantik di China. Salah satu pantai yang bisa dikunjungi adalah Pantai Da Dong Hai.

Da Dong Hai terletak di Sanya, jantung pariwisata Pulau Hainan. Sekitar 2-3 perjalanan darat dari Ibukota Hainan, yakni Haikou. Inilah salah satu paling populer di Pulau.

Bisa dibilang, pantai ini jadi incaran turis lokal maupun internasional. Saat sore hari, banyak turis yang bersantai di pinggir pantai atau mencoba berbagai olahraga air.

Meski pantainya tidak memiliki air yang terlalu jernih dan pasir putih bersih, nyatanya Da Dong Hai masih jadi primadona wisatawan. Pantai yang memiliki garis sepanjang 2,200 kilometer ini memiliki pusat wisatawan di dekat hotel Beauty Crown.

Traveler bisa mencoba jet ski, berenang di pesisir bahkan mencicipi kuliner lezat di restoran terapung. Di bagian pinggir pantai, juga ada sejumlah pedagang yang menawarkan aneka makanan dan minuman.

Karena Hainan dikenal dengan wilayah tropis serta aneka buah segar, maka itu lah yang banyak dijual. Mulai dari apel, jambu, buah naga, mangga sampai durian pun tersedia.

Yang paling banyak ditemui di Hainan adalah Kelapa. Mulai dari kelapa muda dan kelapa gading kuning mudah ditemukan di sini. Rasanya segar dan melegakan dahaga!

Alas Purwo, Hutan Tertua di Pulau Jawa yang Diselimuti Misteri

Taman Nasional Alas Purwo atau Alas Purwo National Park merupakan salah satu kawasan bagi ratusan jenis flora dan fauna di Indonesia. Alas Purwo terletak di ujung tenggara Pulau Jawa, yaitu Banyuwangi, Jawa Timur.

Taman Nasional Alas Purwo memiliki luas sekitar 43.420 hektar dan terbagi menjadi beberapa zona bagian, yaitu zona inti 17.200 ha, zona rimba 24.767 ha, zona pemanfaatan 250 ha dan zona penyangga 1.203 ha.

Nah, berikut ini fakta-fakta Alas Purwo yang dirangkum oleh DetikTravel dari berbagai sumber.

1. Sejarah Alas Purwo

Penamaan Alas Purwo berdasarkan legenda masyarakat yang menceritakan tentang awal mula penciptaan Pulau Jawa, dimulai dari Alas Purwo yang memiliki arti 'Hutan Pertama atau Permulaan' di Pulau Jawa. Pada tahun 1992 Taman Nasional Alas Purwo telah diresmikan oleh Kementrian Kehutanan. Dan masuk ke dalam dua kecamatan, Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi.

Hutan di kawasan Alas Purwo merupakan ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa sehingga menjadi tempat ideal bagi aneka flora dan fauna. Terkadang fauna di Alas Purwo dapat kamu saksikan secara bebas di pinggir jalan yang terdapat di dalam kawasan Alas Purwo.

2. Misteri dan Mitos

Alas Purwo selain memiliki keindahan alamnya juga memiliki segudang misteri di dalamnya. Tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata paling angker di Pulau Jawa loh Detikers.

Mulai dari kegiatan-kegiatan mistis, seperti pesugihan, semedi untuk mencari wangsit atau ilmu hitam, dan hilangnya beberapa orang di sana.

Kegiatan tersebut memicu sebagian orang menganggap bahwa Alas Purwo tempat yang angker dan keramat. Tak hanya itu, sebagian orang percaya bahwa di Alaas Purwo terdapat kerajaan gaib yang menjadi tempat seluruh jin di Pulau Jawa.

Mitos di sana pun cukup terkenal, seperti saat mengunjugi Alas Purwo, kamu mendengar suara asing memanggil maka jangan langsung untuk menengok ke belakang. Hal itu dipercaya akan membawa malapetaka, orang tersebut akan dibawa oleh makhluk gaib yang memanggilnya.

3. Objek Wisata di Alas Purwo

Taman Nasional Alas Purwo sendiri memiliki banyak keindahan alam yang eksotis berupa situs, goa, padang savana, dan pantai. Salah satu goa yang paling terkenal ialah Goa Istana, konon memiliki kegelapan abadi cocok untuk kamu yang suka dengan tantangan saat berwisata. Sedangkan, untuk pantainya terdiri dari Pantai Parang Ireng, Pantai Ngagelan, Pantai Pancur dan Pantai Plengkung.

Jika kamu ada rencana untuk ke Banyuwangi, baiknya ikut event yang diadakan pemerintah daerah dalam event Sport Tourism, yaitu Alas Purwo Geopark Green Run pada 17 November 2019. Acara ini bertujuan untuk mempromosikan taman nasional Alas Purwo dan diajukan menjadi bagian dari Global Geopark Network UNESCO, salah satu badan PBB yang menangani pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan.

4. Peninggalan Situs di Alas Purwo

Salah satu peninggalan situs di Alas Purwo ialah Pura Giri Selaka. Pura tersebut terletak di bagian tengah ALas Purwo yang berjarak sekitar 3 km dari kawasan Pantai Plengkung. Para pengunjung bisa mengakses menggunakan angkutan mirip dengan mobil truk (Grandong) dan dikenakan biaya sekitar 3000 rupiah.

Sejarah pura Alas Purwo sendiri memiliki cerita menarik, awalnya sekitar tahun 1967 masyarakat mulai menemukan situs ini, tapi tidak mengetahui pengetahuan mengenai peninggalan sejarah ini sehingga batu dari bagian situs dibawa pulang dan dipakai untuk dijadikan tungku dapur. Selang beberapa waktu, masyarakat yang mengambilnya terkena musibah.

Dan, akhirnya masyarakat memutuskan untuk memagari situs dan menjaga kesucian situs Alas Purwo.

Sebagian masyarakat setempat percaya bahwa penguasa Alas Purwo dalam situs tersebut merupakan Empu Bharadah, sosok yang mampu membelah Sungai Brantas dengan kesaktiannya.

5. Akses ke Alas Purwo

Perjalanan menuju Alas Purwo dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi (sepeda, motor atau mobil), atau kamu bisa menyewa mobil karena tidak ada kendaraan umum yang melalui tempat wisata ini.

Kamu bisa memilih rute kota Banyuwangi menuju ke kecamatan Rogojampi, kec.Srono, kec. Muncar dan kec.Tegaldimo. Dari Tegaldimo sekitar 10 km akan melalui Jalan Makadam dan menemukan Pos Rawabendo, gerbang utama Taman Nasional Alas Purwo.

Jadi, kapan kamu ke Alas Purwo?

Emak-emak Ini Kaget, Liburan di Rumah Teman Disuruh Bayar Rp 13 Juta

Kejadian kurang mengenakkan menimpa emak-emak ini. Dia ditagih Rp 13,7 juta setelah menumpang nginap di rumah temannya saat liburan ke Italia.

Seorang emak-emak yang tidak disebutkan identitasnya berkeluh kesah di forum internet. Dia sedih sekaligus kesal, karena ditagih uang oleh temannya setelah menginap di rumahnya saat liburan ke Italia.

Tak tanggung-tanggung, jumlah tagihannya sebesar 800 Poundsterling (sekitar Rp 13,7 jutaan) untuk biaya menginap selama 5 hari. Dihimpun detikcom dari beberapa sumber, Senin (19/8/2019), padahal emak-emak ini sebenarnya tidak berniat untuk liburan ke sana, melainkan memenuhi undangan berkunjung dari si teman ini.

Ibu dua anak ini menceritakan, sebenarnya dirinya diundang berkunjung oleh temannya yang tinggal di bagian selatan Italia. Sudah berkali-kali dirinya diajak untuk main ke rumah temannya ini. Setidaknya 2 kali dalam setahun ajakan itu terus datang.

Karena merasa tidak enak terus menolak, ibu ini bersama keluarganya akhirnya merencanakan liburan sekaligus mengunjungi temannya di Italia tadi. Setibanya di sana, semua berjalan baik-baik saja sampai ketika liburan sudah usai.

Tiba-tiba si ibu tadi ditagih biaya menginap sebesar Rp 13 jutaan untuk biaya menginap dan makan selama liburan 5 hari di rumah temannya tersebut. Suaminya yang tahu kemudian marah besar.

Dia merasa menyesal ditagih dengan cara seperti itu dan jumlahnya tidak sedikit pula. Tahu gitu, dia memilih menginap di penginapan atau hotel yang lebih pantas, daripada menumpang di tempat teman istrinya.

Netizen yang membaca curhatan emak-emak ini di forum pun ikut kesal. Mereka bahkan merasa kelakuan si teman ibu tadi sangat keterlaluan.

"Ini sungguh keterlaluan. Saya jadi ikutan marah. Saya tidak akan pernah tega menagih teman saya yang datang berkunjung, apalagi mereka sudah keluar banyak uang untuk beli tiket pesawat dll," ujar salah satu netizen.

"Seharusnya kalau si teman tadi ingin uang, dia bisa memberitahunya di awal, bukan ditagih di akhir," komentar netizen lainnya.

Setelah curhatan ini viral, akhirnya emak-emak itu dihubungi oleh si teman yang menagih biaya liburan tadi. Akhirnya si teman meminta maaf, dan keduanya bersepakat untuk berdamai dengan beberapa perjanjian yang sudah disetujui keduanya.

Alas Purwo, Hutan Tertua di Pulau Jawa yang Diselimuti Misteri

Taman Nasional Alas Purwo atau Alas Purwo National Park merupakan salah satu kawasan bagi ratusan jenis flora dan fauna di Indonesia. Alas Purwo terletak di ujung tenggara Pulau Jawa, yaitu Banyuwangi, Jawa Timur.

Taman Nasional Alas Purwo memiliki luas sekitar 43.420 hektar dan terbagi menjadi beberapa zona bagian, yaitu zona inti 17.200 ha, zona rimba 24.767 ha, zona pemanfaatan 250 ha dan zona penyangga 1.203 ha.

Nah, berikut ini fakta-fakta Alas Purwo yang dirangkum oleh DetikTravel dari berbagai sumber.

1. Sejarah Alas Purwo

Penamaan Alas Purwo berdasarkan legenda masyarakat yang menceritakan tentang awal mula penciptaan Pulau Jawa, dimulai dari Alas Purwo yang memiliki arti 'Hutan Pertama atau Permulaan' di Pulau Jawa. Pada tahun 1992 Taman Nasional Alas Purwo telah diresmikan oleh Kementrian Kehutanan. Dan masuk ke dalam dua kecamatan, Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi.

Hutan di kawasan Alas Purwo merupakan ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa sehingga menjadi tempat ideal bagi aneka flora dan fauna. Terkadang fauna di Alas Purwo dapat kamu saksikan secara bebas di pinggir jalan yang terdapat di dalam kawasan Alas Purwo.

2. Misteri dan Mitos

Alas Purwo selain memiliki keindahan alamnya juga memiliki segudang misteri di dalamnya. Tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata paling angker di Pulau Jawa loh Detikers.

Mulai dari kegiatan-kegiatan mistis, seperti pesugihan, semedi untuk mencari wangsit atau ilmu hitam, dan hilangnya beberapa orang di sana.

Kegiatan tersebut memicu sebagian orang menganggap bahwa Alas Purwo tempat yang angker dan keramat. Tak hanya itu, sebagian orang percaya bahwa di Alaas Purwo terdapat kerajaan gaib yang menjadi tempat seluruh jin di Pulau Jawa.

Mitos di sana pun cukup terkenal, seperti saat mengunjugi Alas Purwo, kamu mendengar suara asing memanggil maka jangan langsung untuk menengok ke belakang. Hal itu dipercaya akan membawa malapetaka, orang tersebut akan dibawa oleh makhluk gaib yang memanggilnya.