Selasa, 24 Desember 2019

Jembatan Barelang, Warisan Mendiang BJ Habibie di Batam

Mendiang Presiden Ketiga Indonesia, BJ Habibie, meninggalkan banyak warisan semasa hidupnya. Salah satunya adalah Jembatan Barelang di Batam.

Kepintaran mendiang almarhum BJ habibie yang baru berpulang kemarin tak hanya dikagumi, tapi juga mewujud dalam karya nyata. Traveler yang liburan ke Batam pun bisa mendapati salah satu karyanya yang ikonik, yakni Jembatan Barelang.

Mulai dibangun dari tahun 1992 hingga 1998, Jembatan Barelang menjadi pilot project yang diprakarsai ratusan insinyur Indonesia. Proses pembangunannya memakan waktu enam tahun.

Selaku pemrakarsa, BJ Habibie sama sekali tak mempekerjakan tenaga ahli asing saat itu. Tentunya hal itu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

Secara makna, Jembatan Barelang merupakan singkatan dari Batam, Rempang dan Galang. Nama itu merupakan tiga dari nama enam pulau yang disambungkan oleh Jembatan Barelang, termasuk Pulau Tonton, Pulau Nipah dan Pulau Galang Baru di Kepulauan Riau.

Jembatan Barelang sendiri terdiri dari enam jembatan dengan nama berbeda. Diketahui, satu yang terbesar dan terpanjang adalah Jembatan Tengku Fisabilillah atau yang dikenal juga sebagai Jembatan I.

Kini, nama Jembatan Barelang pun populer sebagai ikon wisata di Batam. detikcom pun pernah mengunjunginya beberapa waktu lalu. Namanya memang cukup populer di kalangan wisatawan.

Melihat dari figurnya, tak sedikit juga yang menyebut Jembatan Barelang sebagai Golden Gate-nya Indonesia. Oleh sebab itu, tak heran kalau banyak wisatawan yang menyempatkan untuk berfoto dengan Jembatan Barelang sebagai latar belakangnya.

Tak hanya saat terang, Jembatan Barelang pun cantik untuk diabadikan di malam hari. Hadirnya kelap-kelip lampu jalan di malam hari pun dijamin akan membuat syahdu suasana.

Jika lapar, traveler juga bisa jajan jagung bakar hingga aneka panganan dan minuman yang dijajakan oleh para penjual di sekitar jembatan.

Itulah sedikit cerita tentang Jembatan Barelang sebagai peninggalan mendiang BJ Habibie. Buat kamu yang mau berfoto di sini, harus hati-hati dan tetap mawas diri ya.

Budaya Indonesia Sukses Unjuk Gigi di Amerika Serikat

Indonesia kembali unjuk gigi di hadapan dunia internasional. Penampilan budaya Nusantara berhasil memukau penduduk Amerika Serikat.

Berdasarkan rilis yang diterima detikcom dari KBRI Washington DC, Kamis (12/9/2019) Somersworth Indonesian Festival (SIF) merupakan acara berisi sejumlah budaya Indonesia. Acara dibuka dengan parade Nusantara, penampilan angklung bahkan sejumlah makanan khas Indonesia.

Festival dibuka dengan pengguntingan pita dan parade Nusantara dengan iringan tari Kabasaran khas Sulawesi Utara, yang diikuti oleh Dubes RI, para walikota, senator, dan tamu undangan lainnya. Pengunjung juga dihibur dengan aneka tarian daerah, musik yang dibawakan oleh masyarakat dan diaspora Indonesia, serta mahasiswa dan pelajar Indonesia setempat maupun yang datang dari kota-kota di sekitarnya.

Tercatat, ada 4.271 orang menghadiri Festival Indonesia. Acara yang berlokasi di Somersworth, New Hampsire, Amerika Serikat ini menjadi gelaran rutin yang diadakan untuk mengenalkan Indonesia lewat sejumlah aspek budaya kepada warga setempat di Negeri Paman Sam. Rencananya, lokasi ini juga akan dibuat kawasan 'Little Indonesia'.

Kota Somersworth memiliki luas 25 kilometer persegi dengan populasi 11.000 jiwa, sekitar 2.000 di antaranya berasal dari Indonesia, dengan mayoritas dari Provinsi Sulawesi Utara. Besarnya proporsi ini menjadikan diaspora (WNI) Indonesia sebagai kelompok etnis imigran terbesar di Somersworth.

Di puncak acara, para tamu undangan dan pengunjung diajak memainkan angklung yang dipimpin oleh Tricia Sumarijanto, pelatih angklung dari kelompok seni budaya House of Angklung di Washington, DC. Sebagian pengunjung yang merupakan warga AS mengatakan mereka baru pertama kali memegang angklung tampak takjub dan sangat menikmati harmoni alunan angklung, terutama lagu-lagu yang sudah dikenal seperti 'America the Beautiful' dan 'I Have A Dream'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar