Jumat, 27 Desember 2019

Pamer Kekayaan Budaya, Bengkulu Gelar Festival Tabut 2019

Kekayaan alam Bengkulu tak perlu ditanyakan lagi. Mau pamer budaya, Bengkulu adakan Festival Tabut 2019.

Kekayaan budaya Provinsi Bengkulu diperlihatkan secara apik dalam pembukaan Festival Tabut 2019. Hampir seluruh sub event yang digelar dibalut dengan budaya khas Bengkulu, dan mendapat sambutan warga.

Even budaya Mufakat Rajo Penghulu mengawali seluruh kegiatan. Kegiatan ini berlangsung di panggung utama Lapangan Merdeka, Kota Bengkulu. Masyarakat yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) sebelumnya mendatangi Kantor Gubernur Bengkulu, dengan diiringi tabuhan alat musik tradisional. Mereka menjemput Gubernur Rohidin Mersyah untuk membuka acara.

Gubernur Rohidin Mersyah menyatakan, Festival Tabut lebih dari tampilan budaya.

"Tapi lebih dari itu. Tabut juga digelar untuk merayakan tahun baru Islam. Juga menjadi tempat bertemunya semua pihak. Keterpaduan ini yang menjadi makna. Budaya kita angkat, dan dengan sendirinya ekonomi akan berkembang," ujar Rohidin dalam keterangan yang diperoleh, Minggu(1/9/2019).

Suasana pembukaan yang berlangsung pada Sabtu (31/8) malam itu berlangsung sangat meriah. Sebagai pembuka, seluruh pengunjung disajikan tarian kolosal Jari-Jari Karbala. Tarian ini menceritakan mengenai perjalanan Cucu Nabi Muhammad SAW Husein.

Selain itu, ada juga penampilan musik Mufakat Rajo Agung, Tarian Seni Malabro Serempak Silat Menghadang, yaitu tarian yang dipadukan dengan gerakan silat. Ada juga Nyanyian Karbala yang dibawakan Musik Cahaya Rembulan Bengkulu. Seluruh atraksi ditutup dengan penampilan penyanyi religi Novi Ayla.

Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuty, memberikan apresiasinya. Sebab, even ini sudah dua tahun berturut-turut masuk dalam Calendar of Event Kemenpar.

"Festival Tabut acara yang bagus. Buktinya, sudah dua kali masuk CoE. Tahun depan event ini akan digelar lagi. Dan kita berharap Festival Tabut bisa kembali masuk CoE. Namun, masyarakat Bengkulu dan stakeholder harus berjuang lagi. Karena setiap event harus melewati masa kurasi lagi. Harus diperkuat cultural value, commercial value, dan creative value," papar Esthy.

Esthy mengaku cukup senang melihat pergelaran Festival Tabut. Karena ada perputaran ekonomi di dalamnya.

Rayakan Hari Jadi, Lombok Timur Punya Parade 1.000 Dulang

Ribuan warga mengikuti parade 1.000 dulang. Kegiatan itu untuk memeriahkan hari ulang tahun (HUT) Kabupaten Lombok Timur yang ke-124.

Kegiatan itu sekaligus bertepatan dengan perayaan tanggal 1 Muharam pada Sabtu siang (31/8) kemarin. Ada sekitar 1000 dulang yang ditutup tembolaq merah dibawa ribuan perempuan Sasak dari penjuru desa yang ada di Lombok Timur.

Peserta parade yang perempuan menggunakan pakaian khas Sasak yaitu lambung, lengkap dengan tongkaq atau lempot yang melilit pinggang. Pakaian yang melambangkan kesopanan dan kesuburan.

Peserta pria juga menggunakan pakaian adat Sasak yang disebut pegon, lengkap dengan dodot, keris dan sapuk yang melambangkan penghormatan dan penyerahan diri kepada Yang Maha Kuasa.

Ribuan dulang yang dibawa berisikan makanan khas masyarakat Sasak. Selain dulang ada kendi, tempat air minum yang terbuat dari tanah liat.

Deretan panjang parade dulang sebagai simbol semangat gotong-royong warga Lombok Timur yang tetap terpelihara hingga saat ini.

"Itu isinya makanan untuk makan siang atau makan malam. Bisa juga isinya makanan ringan tradisional Sasak," ucap Kepala Dinas Pariwisata Lombok Timur, HM Mugni, Minggu (1/9/2019).

Dia juga menjelaskan dulang sebagai simbol gotong-royong masih terpelihara di tengah masyarakat Lombok Timur.

"Dulang dalam budaya Sasak adalah lambang gotong royong. Biasanya dibuat untuk membantu keluarga atau tetangga yang pesta hajatan. Lambang kebersamaan karena makan dilakukan bersama-sama. Baik berdua, bertiga atau berempat. Itu biasa kita sebut dengan istilah makan begibung," jelasnya.

Parade seribu dulang yang dibawa dari tiap desa dan kelurahan di Kabupaten Lombok Timur tersebut dimeriahkan dengan seni musik tradisional gendang belek, klenang, rebana duduk, rebana lima dan bentuk lain kesenian yang ada di desa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar