Minggu, 29 Desember 2019

Ditanya Potensi Pariwisata Ibu Kota Baru, Menpar Irit Komentar

Menteri Pariwisata Arief Yahya belum mau berkomentar terkait potensi pariwisata di ibu kota baru Indonesia. Bahkan, dia menanggapi hal tersebut dengan guyonan.

"Hahaha, nggak mau ah jawab, curang tuh pertanyaannya, curang banget. Nggak ah, aku nggak mau jawab itu, itu pertanyaan jebakan," ujar Arief sembari masuk mobil yang akan membawanya meninggalkan Yogyakarta International Airport (YIA) di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Jumat (23/8/2019).

Diketahui bersama, Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Djalil mengatakan rencana pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur masih menjadi alternatif. Sebabnya, Bappenas masih melakukan kajian terhadap lokasi calon ibu kota.

"(Kaltim) itu alternatifnya, antara lain. Itu saya koreksi. Salah satu alternatif. Tunggu saja, ada beberapa studi yang dikerjakan Bappenas nanti presiden akan umumkan," jelasnya di kantor pusat BPK, Jakarta, Jumat (23/8).

Bappenas, lanjutnya, sedang melakukan kajian terhadap lokasi calon ibu kota baru. Namun Sofyan tidak mengetahui pasti apa saja kajian yang dilakukan.

"Itu kajian yang sedang dikerjakan Bappenas, saya nggak tahu, itu masalah teknis," katanya.

Sofyan mengungkapkan, setelah kajian tersebut selesai dikerjakan, maka Jokowi akan langsung memberi pengumuman lebih lanjut terkait pindah ibu kota.

Pemetaan Wisata Mesti Jelas Agar Wisatawan ke DIY dan Jateng Meningkat

Portofolio pariwisata di DIY dan Jateng masih perlu diperbaiki. Saat ini diperlukan sebuah pola perjalanan wisata yang jelas supaya wisatawan bisa meningkat.

"Kita butuh travel pattern yang sudah jadi produk. Tidak hanya sekadar di sini ada atraksi alam dan budaya, tetapi harus jadi produk yang dijual ke wisatawan menjadi satu hal yang bisa dinikmati oleh mereka," kata Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan Badan Otorita Borobudur (BOB), Bisma Jatmika kepada wartawan, Jumat (23/8/2019).

Melihat pentingnya hal tersebut lanjut dia, BOB gencar melakukan koordinasi dengan banyak pemangku kepentingan. BOB ingin mengupayakan pola perjalanan wisata yang siap untuk dinikmati wisatawan.

Ia mencontohkan kesiapan destinasi kelas dunia telah memiliki pola perjalanan wisata yang telah menjadi produk. Wisatawan sudah memiliki banyak pilihan travel pattern sesuai jangka waktu yang mereka inginkan mulai dari enam jam, lima hari, hingga 20 hari.

"DIY dan Jawa Tengah bagaimana? Potensi ada, tetapi hal itu belum dibentuk, ini yang perlu kita lakukan," kata dia.

Ia mengatakan BOB bersama dengan pelaku pariwisata, industri pariwisata, travel agent dan hotel perlu menangkap peluang tersebut dan mempertimbangkannya sehingga bisa memberikan alternatif dalam wisata.

"Di DIY dan Jateng length of stay (lama tinggal) wisatawan 1,5 hari sampai dua hari. Kami percaya jumlah wisatawan datang dengan length of stay panjang akan berdampak pada ekonomi lebih tinggi karena mereka spending di sini," paparnya.

Bisma fokus kepada wisman karena merekalah sumber devisa yang bisa menyeimbangkan kondisi makro yakni terhadap neraca perdagangan.

"Ini juga bisa untuk memperbaiki situasi rupiah terhadap dolar, salah satunya itu. Pak Presiden juga bilang leading sector adalah pariwisata menjadi salah satu yang didorong," terang dia.

Keberadaan Yogyakarta International Airport (YIA) diyakini juga akan mampu membawa masuk wisatawan dalam jumlah besar ke wilayah DIY dan sekitarnya. Badan Otorita Borobudur (BOB) melihat para pemangku kepentingan harus memiliki pemetaan akan dibawa ke mana para wisatawan tersebut.

Menurut Bisma dalam kajian selama ini konektivitas udara menjadi handicap di Jawa Tengah dan DIY. Bandara yang ada baik di Solo maupun DIY memiliki kapasitas yang terbatas.

"Enggak hanya jumlah penumpang, tetapi juga tipe pesawat. Bandara yang ada saat ini belum bisa untuk pesawat badan lebar. Beda dengan YIA, YIA bisa tampung pesawat berbadan lebar," kata dia.

Menurutnya bandara yang mampung menampung pesawat berbadan lebar sangat diperlukan untun mendukung konektivitas internasional. Misalnya, penerbangan dari Eropa dan Australia yang memakai pesawat berbadan lebar.

"Kalau memang, misalkan wisatawan bisa kita bawa, dari luar negeri dengan air carrier tipe pesawat kaya itu, maka wisatawan akan masuk akan banyak," tutur dia.

Menurutnya jika sektor unggulan di daerah seperti DIY adalah sektor wisata, maka harus memiliki pemetaan yang jelas ke mana saja wisatawan tersebut akan dibawa.

"Apakah ke DIY dan sekitarnya atau tawarkan yang lain misalnya Dieng, Purwokerto, Semarang, Solo, Sangiran," papar dia.

Ia menyebutkan Kementerian Pariwisata memiliki framework tiga destinasi pariwisata nasional (DPN) di Jawa Tengah dan DIY yakni DPN Semarang-Karimunjawa; DPN Borobudur-Yogyakarta dan DPN Solo-Sangiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar