Jumat, 06 Desember 2019

Ahok Beberkan Rencana Besar Pertamina Garap Biodiesel

Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahaja Purnama mengatakan Pertamina sedang menuju 100% memproduksi biofuel. Kebijakan tersebut sesuai instruksi Presiden Joko Widodo.

Ahok mengatakan dia dan jajaran Pertamina lainnya mendapatkan tugas mengawal produksi biofuel.

"Presiden inginnya kita mengarak sampai ke biofuel 100%. Kita ini produsen CPO yang besar," kata pria yang beken disapa Ahok itu saat ditemui di Solo, Kamis (5/12/2019).

Menurutnya, Pertamina sanggup melaksanakan proyek tersebut. Alasannya, menurut Ahok, Pertamina sudah mulai ekspor avtur.

"Ini menarik, Pertamina sanggup. Avtur saja sudah ekspor kita," katanya.

Namun untuk kebijakan-kebijakan lebih detail, Ahok enggan berbicara. "Tanya direktur, nggak enak saya ngomong," katanya.

Seperti diketahui, Ahok sudah memasuki pekan kedua menjadi Komisaris Utama PT Pertamina. Kini dia sedang membangun kerja sama dengan direksi dan komisaris Pertamina lain.

"Kerja sama yang baik. Saya kira ini tim, dewan komisaris yang sangat baik. Dewan direksi pun, kerja sama dengan Dirut juga sangat baik. Nanti kita lihat hasilnya lah. Terutama soal subsidi, soal penghematan. Keuntungan nanti bisa dilihat nanti," pungkasnya.

Menanti Gebrakan Ahok Sikat Mafia Migas hingga Tekan Impor BBM

Basuki Tjahaja Purnama dipercaya oleh Menteri BUMN Erick Thohir menjadi Komisaris Utama (Komut) PT Pertamina (Persero). Ada beberapa tugas yang akan diemban pria yang beken disapa Ahok itu selama menjadi Komut Pertamina.

Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmy Rady menyebut ada beberapa tugas khusus yang harus dijalani Eks Gubernur DKI Jakarta. Salah satunya mendorong jajaran direksi melakukan perbaikan.

"Ahok diharapkan dapat melecut direksi untuk jalankan perbaikan di Pertamina, termasuk mengganyang mafia migas beserta sekutu internal," kata Fahmy saat dihubungi detikcom, Jakarta, Sabtu (30/11/2019).

Prioritas pertama Ahok untuk melecut direksi Pertamina, dikatakan Fachmy, adalah menurunkan defisit neraca migas, seperti yang diharapkan Jokowi. Caranya dengan menaikkan ekspor dan menurunkan impor Migas.

Dengan begitu, Ahok harus mendorong jajaran direksi Pertamina, pertama untuk meningkatkan investasi untuk penggunaan high technology dalam eksplorasi dan eksploitasi Migas untuk menaikkan produksi migas.

Kedua, menyelesaikan pembangunan kilang minyak untuk menurunkan impor BBM. Kalau tidak kunjung mendapatkan investor, Pertamina dapat membiayai dengan menerbitkan global bond.

Ketiga, mempercepat pengembangan EBT, dari B20 ke B30 dilanjut B100 untuk menurunkan impor solar dan avtur. Kerja sama dengan Eny Italia untuk hasilkan B100 dengan bahan baku sawit harus segera direalisasikan.

Keempat, secara sistemik dan terus menerus memaksa direksi memberantas mafia migas dan oknum internal yang menjadi sekutunya.

Kelima, pertemuan dengan Serikat Pekerja (SP) tidak mendesak, tapi perlu dilakukan. Pasalnya, SP tampaknya sudah bisa menerima Ahok sebagai Komut, bukan Dirut Pertamina.

Sementara itu, Ahok yang dimintai komentarnya soal gebrakannya di Pertamina, hanya menjawab singkat. "Nanti aja ceritanya. Terima kasih," ujar Ahok kepada detikcom, Sabtu (30/11/2019).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar