Minggu, 22 Desember 2019

Air Terjun di Ibu Kota Baru: Kenyataan Tak Seindah Instagram

 Ibu Kota Baru, Penajam Paser Utara kabarnya punya air terjun Tembinus yang cantik. Tapi sayang, kecantikannya di dunia nyata tak seperti di Instagram.

Saat mengekplorasi daerah Penajam Paser Utara yang disebut oleh Presiden Jokowi akan jadi Ibu Kota Negara (IKN) baru, Tim Jelajah Ibu Kota Baru detikcom tertarik dengan satu destinasi wisata ini: Air Terjun Tembinus.

Kalau dilihat-lihat di Instagram fotonya sih terlihat sangat menjanjikan. Air terjun ini terlihat cantik dengan aliran air yang deras, berpadu dengan batuan raksasa dan tebing batu cadas di belakangnya.

Sepertinya air terjun ini bakal seindah seperti yang ada di Instagram. Berbekal Google Maps, saya pun meminta tolong kepada seorang warga untuk diantar ke sana naik motor. Tentunya dengan imbalan sejumlah uang.

Jika dilihat dari peta, waktu tempuhnya sekitar 1 jam 48 menit dari titik perjalanan saya mulai di Kecamatan Sepaku. Jaraknya cukup jauh memang.

Panas matahari sangat menyengat siang itu. Tapi karena rasa penasaran yang begitu besar, teriknya mentari saat itu sedikit saya lupakan.

Perjalanan tidak semulus yang saya bayangkan. Jalanan di Kecamatan Sepaku berlubang parah. Belum lagi kontur tanahnya yang berbukit-bukit. Ditambah lagi truk-truk pengangkut kayu lalu lalang, membuat perjalanan semakin berat.

Debu-debu tebal beterbangan jadi 'makanan' saya di sepanjang perjalanan. Apalagi saat itu kami melewati jalanan di lahan hutan industri milik PT ITCI Hutani Manunggal. Jangan bayangkan jalan mulus beraspal karena jalannya berbatu-batu terjal.

Setelah satu setengah jam berjibaku dengan medan jalanan yang brutal, akhirnya sampai juga di lokasi yang ditunjuk di Google Maps. Penandanya, hanya berupa papan nama bertuliskan 'Selamat Datang di Kawasan Wisata Air Terjun Tembinus Sector Terunen'.

Begitu sampai di lokasi, saya sudah merasakan adanya keanehan. Biasanya di destinasi air terjun akan terdengar suara gemuruh aliran air, tapi di air terjun Tembinus ini kok tidak terdengar suara air sama sekali ya.

Tapi rasa janggal itu saya simpan dalam hati. "Ah mungkin, air terjunnya masih di dalam hutan sana," batin saya.

Setelah dari papan nama itu, perjalanan dilanjutkan dengan trekking masuk ke dalam hutan. Ternyata tak butuh waktu lama untuk sampai di lokasi persis air terjun Tembinus. Cukup 10 menit jalan kaki pun sudah sampai.

Rasa janggal yang saya rasakan di awal perjalanan akhirnya terjawab sudah begitu melihat pemandangan yang ada. Alangkah terkejutnya ketika melihat Air Terjun Tembinus yang ada di depan mata, rupanya sedang kekeringan.

Tidak ada debit air yang mengalir deras seperti foto-foto di Instagram. Yang ada hanya air menetes dari atas tebing batu yang bergaris-garis. Ini sih namanya bukan air terjun, tetapi air netes.

Begitu pun dengan aliran sungai yang ada di depannya. Nyaris kering kerontang, tidak ada air yang mengalir seperti biasanya. Menyisakan batuan-batuan raksasa yang tak tersentuh basah.

Satu setengah jam perjalanan penuh debu tebal yang saya tempuh berujung pada sebuah kekecewaan. Memang tak selamanya yang kita lihat indah di Instagram, akan sama indahnya di kenyataan.

Tapi dalam dunia traveling, tidak ada namanya perjalanan yang sia-sia. Dari Air Terjun Tembinus saya belajar: Tidak semua yang kita harapkan akan sesuai dengan apa yang kita dapatkan.

Mungkin saya kebetulan datang di waktu yang tidak tepat. Sekarang memang sedang musim kemarau, jadi wajar jika debit air terjun Tembinus berkurang. Lain kali saya akan datang berkunjung saat hujan mulai turun dan debit air terjun deras kembali.

Semoga kita akan berjodoh lagi di lain kesempatan. Sampai berjumpa lagi Air Terjun Tembinus!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar