Sabtu, 21 Desember 2019

Di Pulau Miangas, Jangan Coba-coba Sembarangan Petik Kelapa

 Kelapa mungkin jadi tanaman dianggap biasa. Tapi lain cerita dengan Miangas. Untuk ambil kelapa saja, kamu harus izin dari ketua adat.

Lain ladang lain belalang. Lain tempat, beda pula tradisinya. Inilah Miangas, pulau kecil di ujung utara Indonesia. detikcom bersama Bank BRI melakukan ekspedisi ke Miangas dan melihat langsung kehidupan masyarakatnya.

Ada banyak hal menarik yang bisa ditemui di Miangas. Cuaca ekstrem dan adat yang kental, membuat Miangas nyentrik.

Di artikel kali ini, saya masih akan membahas soal adat dan gaya hidup masyarakat Miangas. Adat yang akan dibahas adalah soal pohon kelapa.

Di daerah Indonesia lainnya, kelapa sangat mudah ditemui. Harganya pun sangat murah. Begitu pula dengan kelapa di Miangas. Tapi bukan itu yang akan dibahas.

Ini soal panen dan pelarangan panjat kelapa, namanya Eha. Eha adalah hukum panen kelapa di Pulau Miangas. Meski sebagian besar pulau ini terdiri dari pohon kelapa, tapi masyarakatnya punya aturan dalam memanen.

Dalam 3 bulan sekali, masyarakat Miangas akan panen raya buah kelapa. Sebelum tanggal yang ditetapkan, masyarakat tidak diperbolehkan untuk mengambil kelapa.

"Kegiatan ini diberlakukan untuk semua warga di pulau ini, yaitu pelarangan untuk mengambil kelapa," ujar Ismael Essing sebagai Mangkubumi 2 di Pulau Miangas.

Meski demikian, masyarakat masih bisa memetik kelapa dengan hari yang sudah disepakati. Biasanya waktu yang disepakati adalah hari Sabtu.

"Karena buah kelapa adalah kehidupan dari masyarakat Miangas. Dalam waktu 3 bulan sekali kemudian baru diadakan panen raya," ujar Ismael.

Masyarakat yang tidak mengikuti aturan atau kedapatan memetik pohon kelapa bisa kena sanksi adat. Meskipun itu dari kebunnya sendiri.

"Orang yang kedapatan memanjat dan mengambil kelapa akan diarak keliling kampung sambil memegang kelapa yang sudah dipetik. Sambil keliling kampung orang tersebut harus berteriak 'Jangan ikuti saya' karena sudah mencuri," ungkap Ismael.

Wah, ketat juga ya traveler. Tapi kembali lagi, karena kelapa adalah satu satu sumber kehidupan orang Miangas, ada syarat lain yang bisa diikuti.

"Jika ada keperluan tertentu untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak, masyarakat boleh mengambil buah kelapa dengan izin dari kepala desa dan ketua adat," jelas Mangkubumi 2.

Masyarakat Miangas terbilang telaten karena pengambilan buah kelapa masih menggunakan cara tradisional. Petani kelapa naik ke atas pohon dan memetik kelapa dengan parang.

Cara ini dianggap ampuh untuk membersihkan pohon kelapa. Karena kelapa yang dicungkil dari bawah hanya akan menghambat pohon kelapa kotor.

Kalau sudah di Miangas, cobalah untuk mencicipi kelapa asli pulau ini. Rasanya manis dengan sedikit sensasi soda. Benar-benar menyegarkan!

Sejak dulu warga Miangas mengolah kelapa untuk menjadi kopra. Kopra adalah buah kelapa yang dipecah dan dikeringkan di bawah matahri. Setelah itu, kopra akan dijual ke kota-kota lain seperti Bitung, Melonguane dan Manado lewat kapal.

Namun harga kopra saat itu sunggulah murah. Harga satu kilo kopra hanyalah Rp 3.000 saja. Petani kelapa sendiri rugi karena pengolahan kopra memakan waktu sampai 3 hari. Cara terbaik untuk menghindari rugi adalah dengan menjadikannya minyak kelapa.

detikcom bersama Bank BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan.

Ikuti terus berita tentang ekspedisi di pulau-pulau terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar