Sabtu, 21 Desember 2019

Di Pulau Tidung, Taman Baca pun Ada

 Traveler yang liburan ke Pulau Tidung di Kepulauan Seribu bisa melakukan banyak hal. Selain main ke pantai, juga ada taman baca di sini.

Sebagai pulau terluas di Kepulauan Seribu, Pulau Tidung dilengkapi dengan sejumlah fasilitas pendukung. Salah satunya adalah fasilitas berupa taman baca yang bisa dikunjungi oleh traveler.

Berlokasi di Pulau Tidung Besar, tepatnya di samping kantor kelurahan, taman baca itu diketahui sudah beroperasi dari tahun 2016 silam. Hal itu pun dijelaskan oleh staff bernama Sri Damayanti yang ditemui detikcom di lokasi Jumat pekan lalu (20/9/2019).

"Inisiatif dari 2016, pas saya tugas di sini," ujar Sri.

Diketahui, taman baca tersebut ada di bawah Dinas Perpustakaan dan Arsip. Tak hanya di Pulau Tidung, taman baca serupa juga dapat dijumpai di Pulau Pari hingga Pulau Lancang yang sama-sama ada di Kepulauan Seribu.

Menurut Sri, taman baca yang dijaganya tersebut cukup populer didatangi anak SD ke bawah usai jam pelajaran. Pilihan bukunya pun cukuo banyak dan bervariasi.

"Sebenarnya banyak, ada 2.700 buku, hampir 500 judul," terang Sri.

Hanya diakui oleh Sri, minat baca anak-anak di Pulau Tidung masih cukup kurang. Padahal, Pulau Tidung adalah pulau yang terbesar di Kepulauan Seribu.

"Tapi untuk pulau sebesar ini minat baca masih kurang, terutama SMP ke atas. Mungkin karena gadget juga," urai Sri.

Dari semua jenis buku, yang paling diminati adalah buku anak-anak. Pengunjung pun juga bisa meminjam buku yang ada di taman baca, asal dikembalikan. Taman baca ini pun buka pada hari kerja dari pukul 08.00 hingga sore sekitar pukul 15.00 WIB.

Festival Rogojembangan, Penyatuan 9 Sumber Mata Air Sarat Makna

Festival Rogojembangan yang digelar di Lapangan Sigeger Desa Kesimpar, Minggu (29/09/2019), berlangsung meriah. Tidak hanya pesta seni budaya atau kirab gunungan hasil bumi saja, ada juga penyatuan air yang diambil dari sembilan sumber mata di Petungkriyono.

Penyatuan dari sembilan sumber mata air Petungkriyono ini bermakna ajakan kepada warga untuk senantiasa menjaga lingkungan dan sumber mata air petung. Sembilan sumber mata air ini berada di masing-masing desa yakni Desa Curugmuncar, Gumelem, Kasimpar, Kayupuring, Simego, Songgodadi, Tlogohendro, Tlogopakis dan desa Yosorejo.

Dalam festival Rogojembangan kali ini Bupati Pekalongan Asip Kholbihi mengajak warga untuk senantiasa menjaga lingkungan agar sembilan mata air di Petungkriyono senantiasa ada kendati di musim kemarau seperti saat ini.

"Kita harus menjaga sembilan mata air di sembilan desa di Petungkriyono ini. Penyatuan sembilan mata air ini sebagai wujud tekad kita untuk menjaga satu sama lain sumber air yang ada," kata Asip.

Menurut Asip, menjaga kelestarian hutan dan kebersihan hutan juga akan menjaga sembilan sumber mata air tetap lestari dan bermanfaat bagi warga. "Ini kita rawat karena sebagai sumber kehidupan. Kabupaten Pekalongan adalah kabupaten yang memiliki sumber air baku di wilayah pantura."

Perlu diketahui, Kecamatan Petungkriono sendiri merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian antara 600-2100 Mdpl yang sebagian besar wilayanya merupakan dataran tinggi Pegunungan Serayu Utara dan Selatannya merupakan Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Kecamatan Petungkriono sendiri menjadi hulu dari tiga sungai besar yakni Sungai Wola, Kali Sengkarang, dan Sungai Kupang (Kali Pekalongan).

Penamaan Festival Rogojembangan sendiri terkait dengan adanya Gunung Rogojembangan yang berada di wilayah Petungkriyono. Nama Gunung Rogojembangan ini berasal dari nama seorang ulama yang menyebarkan agama di lokasi setempat.

"Syeh Rogojembangan ini sebutan untuk Syeh Abdulah seorang ulama besar yang menyebarkan agama disini (Petungkriyono)," Bupati Pekalongan Asip Kholbihi.

Sementara itu, acara puncak Festival sendiri berjalan meriah. Gunungan hasil bumi dan sembilan kendi yang berisi sembilan mata air diarak dari Kantor Kecamatan Petungkriyono menuju ke Lapangan Sigeger Desa Kesimpar hampir 1 km.

Setelah dilakukan doa bersama, gunungan hasil bumi baik buah-buahan maupun hasil pertanian lainnya langsung diperebutkan para pengunjung. Tidak hanya gunungan hasil bumi saja, air dari sembilan mata air yang telah disatukan dalam sebuah tempat pun menjadi rebutan warga.

"Iya biar berkah. Air ini kan penyatuan sembilan mata air. siapa tau berkah," Mundiroh (48) Warga Desa Gumelem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar