Senin, 23 Desember 2019

Kemenpar Luncurkan 2 Event untuk Tarik Kunjungan ke Papua Barat

 Kemenpar meluncurkan 2 acara yang akan digelar di Papua Barat. Kedua event tersebut yakni Festival Seni Budaya Papua Barat dan Festival Bahari Raja Ampat.

Dihadiri detikcom dalam peluncuran di Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jakarta, Selasa (17/9/2019) malam, Menpar Arief Yahya mengatakan bahwa kegiatan ini dibuat untuk meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain itu, karena pariwisata Raja Ampat yang sudah dikenal dunia.

"Berkali-kali Raja Ampat dinobatkan sebagai best diving spot. CNN telah menobatkan yang pertama, kemudian yang kedua masih di Indonesia, yakni Labuan Bajo. Juga Dive Magazine Inggris," ujarnya.

Dalam Festival Seni Budaya Papua Barat, akan digelar sejumlah rangkaian kegiatan seperti berbagai lomba tari kreasi baru, lomba musik tradisional, lomba folk song, body painting dan sejumlah atraksi lainnya.

Sedangkan dalam Festival Bahari Raja Ampat yang mengangkat tema 'Exotic Raja Ampat, From Ridge to Reef', terdapat rangkaian seperti pengenalan terhadap flora dan fauna, Island Hopping, dan pameran budaya lokal.

Menteri Pariwisata pun menerapkan rumus 3C untuk mendongkrak berbagai acara pariwisata. Yakni Creative Value, Commercial Value, dan Commitment.

"Dari baju, desainernya juga harus lokal. Begitu pula dengan aransemen musik dan koreografi. Ini bukan dari saya saja tetapi dari bapak presiden. Commercial value juga harus menarik wisatawan, begitu juga dengan Komitmen," tambah Arief.

Wakil Gubernur Papua Barat Mohammad Lakatoni mengatakan bahwa wisata di Raja Ampat sudah meningkat dalam 10 tahun terakhir. Dahulu, Raja Ampat hanya dikunjungi oleh peneliti dan profesional. Namun, wisatawan kini sudah mulai mengenal dan menjajal pariwisata Raja Ampat.

"Tahun 2017 misalnya, terdapat peningkatan sejumlah 44 persen. Sedangkan pada tahun 2018 meningkat 45 ribu wisatawan baik lokal maupun mancanegara," ujarnya saat ditemui pada acara yang sama.

Asal Usul Goyang Karawang, Antara Stigma Erotis & Sejarah

 Karawang punya Goyang Karawang yang lekat dengan stigma tari erotis dan menggoda pria. Padahal, Goyang Karawang merupakan produk budaya yang cukup bersejarah.

Istilah 'Goyang Karawang' cukup melekat terutama pada perempuan Karawang. Ada stigma jika 'Goyang Karawang' adalah tarian erotis dan para penarinya adalah perempuan nakal yang kerap membuat lelaki tergoda. Saking terkenalnya istilah itu, sampai muncul cap jika orang Karawang pandai bergoyang.

"Saya kerap mendengarnya saat berada di perantauan. Rata-rata orang Karawang dianggap pandai menggoyangkan pinggul dan bokongnya. Tapi stigma itu hanya muncul di luar Karawang. Padahal orang Karawangnya sendiri tak tahu apa sebetulnya itu goyang Karawang," kata Herman El Fauzan, budayawan asal Karawang saat seminar Kajian Sejarah Goyang Karawang di Kantor Disbudpar Karawang, Minggu (15/9/2019).

Untuk menjawab rasa penasaran masyarakat, sejumlah pegiat sejarah tergabung dalam Karawang Heritage menelisik asal muasal istilah 'Goyang Karawang'. Mereka mencari keberadaan penari-penari yang konon tampil berani pada zaman dulu.

"Secara umum, Goyang Karawang adalah gaya menari rancak penari Karawang zaman dulu. Menurut para seniman, tarian Goyang Karawang diidentikkan dengan gerak pinggul penari perempuan yang cenderung erotis," ujar Asep Ruhyani, seorang pegiat sejarah Karawang kepada detikcom, Selasa (17/9/2019).

Dalam melacak istilah 'Goyang Karawang', Asep melakukan serangkaian wawancara dengan sejumlah seniman tua. Sampai suatu saat, ia disarankan menemui Itoh Masyitoh, mantan penari ronggeng yang pernah beken pada tahun 1970an.

"Kalau ingin tahu Goyang Karawang datangi saja Ibu Itoh Masyitoh," ujar Asep, menirukan ucapan seorang seniman tua tersebut.

Asep kemudian menemui Itoh dan mewawancarainya pada tahun 2011. Saat diwawancara, kata Asep, Itoh bercerita soal penampilannya yang selalu membuat penonton heboh pada periode 1970-an. Itoh pun bercerita tentang dampak menari pinggul sejak puluhan tahun lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar