Jumat, 20 Desember 2019

Sumatera Punya Kebun Teh Favorit Keluarga Kerajaan Belanda (2)

Banyak pekerja migran dari Jawa dan Sunda didatangkan karena mereka sangat berpengalaman dalam memelihara, merawat dan memetik dauh teh. Sehingga tidak heran apabila ada tradisi wiwitan petik teh, gabungan dari tradisi Jawa, Sunda dan Minang diperkebunan tersebut. Bahkan banyak warga pendatang dari Jawa dan Sunda yang sudah berasimilasi dengan budaya Minang.

Siang hari bahkan cuaca di sini sering berawan dan hawanya sangat sejuk sekali, kami mengambil posisi dilantai 2 cafe Liki sehingga bisa menikmati kebun teh Liki 360 derajat.

Beragam angle foto kami abadikan dan bahkan berswafoto, kemudian kami memesan makanan dan minuman. Minuman yang paling top yaitu Liki Green Tea dan Rose Tea. Green Tea Liki dihidangkan dengan air panas dan gelas tungku khusus dari kaca dan bahkan teh hijau/Green Tea Liki ini merupakan favorit Ratu Beatrix dari Kerajaan Belanda.

Mengapa keluarga kerajaan Belanda sampai tergila-gila dengan teh hijau Liki dari Solok Selatan ini? Ternyata sudah turun temurun, keluarga kerajaan Belanda ini memesan Teh Hijau Liki karena kandungan Tanin (zat akti oksidan) yang sangat tinggi yaitu sekitar 17%, bahkan tertinggi di Indonesia.

Teh hijau dari lokasi perkebunan lain di Indonesia, biasanya taninya hanya 10-11% kadarnya, tetapi dikebuh teh Liki bisa mencapai 17% dikarenakan kondisi tanah gunung Kerinci yang sangat baik dan sumber air yang mengandung Alkaline sehingga sangat baik bagi kesehatan.

Setiap bulannya, kebun teh Liki ini mengirimkan dua kontener dengan berat 50 ton ke negri Belanda, hingga pada suatu saat kerajaan Belanda sempat mendengar bahwa perkebunan teh ini mau tutup.

Akhirnya perwakilan kerajaan Belanda memastikan berita tersebut dengan berkunjung langsung kekebun teh ini. Dan pada akhirnya kabar burung itu ditepis dan bahkan keluarga kerajaan Belanda pun sering pesan langsung dengan jumlah terbatas tanpa melalui agen trader.

Bagaimana rasanya? Teh Hijau Liki sedikit asam tapi sangat harus sekali baunya, dan ketika bercampur dengan air panas dan diseduh rasanya sangat ringan dan menyegarkan sekali. Sementara Rose tea yang asli dari kebun teh Liki juga sangat enak sekali ketika bercampur dengan es.

Hampir 3 hari dikota ini, saya selalu menyempatkan makan siang dan malam dicafe Liki, selain makanan enak serta minumannya yg asli dr kebun di depan cafe, harganya pun sangat bersahabat.

Bayangkan kalau teh hijau ini sudah tiba di Belanda, pasti harganya bisa ratusan ribu pergelas. Padahal di cafe aslinya hanya 15 ribu secangkir besar dan bisa diminum 2-3 orang.

Jangan petik dauh teh perkebunan Liki, cukup nikmati saja keindahan padang teh yang maha luas dikaki gunung kerinci, hiruplah oksigen gratis tanpa batas sambil makan pisang goreng serta seduhan teh panas tanpa gula. Ah ingin rasanya kembali kekebun teh favorit keluarga kerajaan Belanda dan kebanggaan masyarakat Solok Selatan!

Sebagai oleh-oleh, saya membeli beberapa jenis teh yaitu teh celup rasa jahe dan jeruk seharga Rp 25.000/bungkus besar. Sementara yang paling mahal yaitu White Tea dalam bentuk kalengan seharga Rp 160.000 dan ini murah lho, kalau beli di mall dengan merk yang sudah diganti bisa ratusan ribu. Karena white tea hanya bisa diambil dari pucuk terbaik dan waktu tertentu, tidak semua pucuk teh bisa untuk white tea.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar